Satu bulan sudah berlalu sejak kejadian kemarin. Anaya sudah bisa melupakan kejadian semalam, meskipun tak sepenuhnya bisa ia lupakan.
Saat ini ia sedang bekerja di sebuah perusahaan yang lumayan besar, perusahaan yang di bangun dan dipimpin oleh ayahnya, Bowo Gunandya.
Ia bekerja di bagian pemasaran bersama dengan sahabat nya, Bella.
"Nay, kita cari makan di luar saja! "Karena sudah tiba saat nya mereka beristirahat, Bella mengajak Anaya untuk mencari makan di luar. Ia sedang malas memakan makanan kantin.
Anaya merapikan barang-barang nya, "Iya, iya ... Tunggu sebentar. "Ucap nya sebelum menyambar tas dan juga ponselnya.
Mereka pergi dengan mengendarai mobil milik Bella. Cuaca nya terlihat begitu cerah hari ini, membuat Anaya dan Bella semakin bersemangat. Pasalnya, akhir-akhir ini cuacanya selalu mendung.
Tak butuh waktu lama bagi mereka untuk tiba di tempat yang dituju, karena letak nya yang tak terlalu jauh dari tempat kerja.
Mereka berhenti di tempat penjual nasi goreng langganan pinggir jalan, mereka langsung menuju tempat duduk yang paling dekat dengan mereka.
"Kamu pesan apa, Nay? "
"Yang biasa aja. "
Keduanya memesan masing-masing satu porsi nasi goreng, ditemani dengan segelas teh es. Sambil menunggu pesanan datang mereka menyibukkan diri dengan ponsel yang ada di genggaman.
"Coba liat! cute banget ..., "Bella menyodorkan layar ponselnya pada Anaya.
"Lucu banget ..., "Lebay Anaya.
"Kok bisa sih?? "Sambung nya, mereka berdua begitu terpesona.
"Ini tuh lucunya kebangetan ... kebangetan, ngerti gak sih, Nay!! "Dengan ekspresi gemas, Bella menatap layar ponselnya yang menampilkan seekor kucing oren dengan bulunya yang terlihat sangat lembut. Maklum saja, meskipun Anaya dan Bella tidak memelihara kucing, tapi mereka berdua begitu menyukainya.
Ditengah keasikan mereka, datang seorang pelayan yang membawa pesanan mereka.
"Wih! Aromanya sedap bener ...! "Ucap Bella yang mendapat anggukan dari Anaya.
Setelah pelayan itu pergi, Anaya terlihat begitu bersemangat memakan makanan nya, karena memang seenak itulah rasanya. Ditambah perutnya yang memang sudah minta makan dari tadi.
"Santai aja sih, Nay. "Tegur Bella melihat sahabatnya yang makan seperti orang yang sedang kerasukan.
"Lapar banget ..., "Ucapnya, yang tak menghiraukan Bella dan terus melahap makanan yang rasanya begitu pas di lidahnya.
Anaya sudah melahap semua nasi goreng yang ada di piringnya. "Masih laper, nih. "Ia merasa tak cukup kalau hanya makan satu porsi saja, perutnya masih terasa lapar.
"Seriusan kamu?! "Belakangan ini Bella merasa nafsu makan Anaya bertambah, padahal sebelumnya sahabatnya tidak makan sebanyak itu.
"Serius, Bell. "Mana mungkin ia bercanda.
Bella membagikan nasi goreng nya yang masih cukup banyak pada Anaya, karena kalau memesan lagi akan memakan waktu. Apalagi para pelanggan sudah mulai berdatangan.
"Apa kau minum obat penambah nafsu makan?? "Tanya Bella penasaran.
Anaya menelan nasi goreng tambahannya, "tidak... Kenapa, Bell? "Sahutnya, sebelum kembali memasukan makanan ke dalam mulut.
"Gak papa, hanya saja sekarang makan mu agak banyakan. "
Sebetulnya, Anaya juga sadar kalau nafsu makan nya bertambah akhir-akhir ini. ia juga merasa mudah lapar, padahal belum waktunya. Tapi Anaya tidak terlalu ambil pusing mengenai hal itu, karena masih terasa wajar saja baginya.
Ketika masih dalam perjalanan kembali ke kantor, Anaya meminta Bella untuk berhenti sebentar.
"Lidahku ingin memakan sesuatu yang asam. "Anaya keluar dari mobil tuk menghampiri abang-abang tukang rujak yang nangkring di pinggir jalan.
"Tumben, "setahu Bella, setahunya Anaya sama sekali tidak menyukai makanan yang asam, ini juga kali pertama nya ia melihat Anaya membeli rujak.
Bella menemani Anaya yang tampak begitu lahap dan bersemangat memasukkan tiap potongan mangga muda ke dalam mulutnya, Bella yang melihatnya sampai merasa ngilu dibuatnya.
"Seperti orang yang sedang hamil muda saja, "celetuk Bella asal.
Deg. Deg. Deg
Tiba-tiba degup jantung Anaya terasa tak karuan setelah mendengar kata hamil. Setelah di ingat-ingat, sepertinya ia sudah lama terlambat datang bulan.
"Nay... "Panggil Bella
"Nay, kamu kenapa?! "Bella menyentuh tangan Anaya, ia cemas karena melihat wajah Anaya yang tiba-tiba berubah pucat pasi.
Sentuhan Bella di tangannya membuat Anaya sedikit terkejut, "ah...tidak papa. "
"Tapi, wajah mu sangat pucat. "Khawatir Bella.
"Aku hanya merasa sedikit pusing, "bohong nya, "lebih baik kita segera kembali kantor, bisa-bisa nanti terlambat. "
Bella melirik jam yang melingkar di tangan nya, ternyata sebentar lagi waktu istirahat mereka akan segera habis dan harus kembali bekerja.
.
Anaya mengunci pintu kamarnya rapat-rapat, ia mengeluarkan sebuah tespek dari dalam tas yang sudah ia beli diam-diam sewaktu pulang kerja tadi.
Anaya membawa benda persegi panjang itu masuk ke dalam kamar mandi, jujur saja ia merasa agak ragu untuk mencobanya. Tetapi, ia juga cukup penasaran dengan hasilnya.
Ayana keluar dari kamar mandi dengan membawa tespek yang sudah ia celupkan pada air urinnya.
Ayana duduk di tepi tempat tidur, ia masih belum berani melihat bagaimana hasilnya. Bagaimana kalau hasil nya positif, apa yang harus ia lakukan. Detak jantung nya juga semakin tak beraturan.
Anaya menutup matanya sebelum menarik napas dalam-dalam, supaya detak jantung nya bisa sedikit lebih tenang.
"Semoga hasil nya negatif. " gumam nya dalam hati.
Anaya memberanikan diri untuk melihat hasil nya, seketika tubuhnya menjadi lemas setelah melihat dua garis merah pada benda yang ada di tangannya.
Detak jantung nya yang tadi sudah normal kembali berdegup tak beraturan, membuat dadanya menjadi sesak. Napasnya terasa begitu berat, ia juga sudah keringat dingin ditambah dengan tangan yang juga ikut bergetar.
Anaya menutup mulut tak percaya, seketika itu juga air matanya mengalir dengan begitu deras. bagaimana bisa benih Devan tumbuh di dalam rahim nya.
Anaya meremas perutnya, ia tak tahu harus apa dan bagaimana. Kepalanya juga tidak bisa berpikir jernih.
Ia merasakan kepalanya seperti berputar, apa yang harus ia perbuat dengan janin yang ada di dalam perutnya. Apa lebih baik ia gugurkan saja sebelum ada yang mengetahuinya. Tapi sepertinya ia tak sanggup melakukan hal itu, karena bagaimanapun janinnya itu tak bersalah.
Namun jika dipertahankan, apa yang akan orang-orang katakan. Anaya juga sadar betul tidak hanya dirinya, tapi keluarganya juga akan terkena imbasnya.
Hiks... Hiks... Hiks...
Air matanya mengalir semakin deras mengingat wajah kedua orang tuanya, ia tak sanggup membayangkan bagaimana reaksi sedih dan kecewa ketika mengetahui dirinya saat ini sedang berbadan dua.
Anaya tidak tahu harus mengambil keputusan yang mana. Ia merasa seperti tak mempunyai jalan keluar. Perasaan takut, cemas, gelisah semuanya bercampur menjadi satu.
.
.
.
Mohon bantuannya ya, para readers sekalian😘😁
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
yuriko
lanjut kak, semangat ya~ disemangatin zolo juga tu sm chopper XD
2023-07-17
0
Yuri_be💜
lanjut kak semangat,aku mampir nih♥️
saling dukung ya.
2023-07-17
0
Ara Julyana
lanjut thor,aku udah marathon bacanya...penasaran ni gmna ya selanjutnya
2023-07-17
0