Anaya baru saja bangun dengan kepala yang masih terasa agak pusing, lalu mulai mengatur pandangannya. Betapa terkejutnya Anaya ketika menoleh kesamping matanya menangkap sosok pria yang sedang tertidur membelakanginya.
Anaya menggosok matanya tidak percaya, bisa saja itu hanya halusinasi karena dirinya masih mabuk, mungkin. Ketika Anaya masih mencoba mengumpulkan kesadarannya, tiba-tiba pria yang membelakanginya berbalik membuat mereka saling pandang.
Mata Anaya yang terkejut tampak membulat seperti ingin keluar, bahkan tubuhnya seakan menjadi kaku untuk beberapa saat.
".... Devan" gumam nya.
Dengan sikap santainya Devan bangun lalu bersandar di kepala ranjang, seperti dugaannya tadi malam. Wajah wanita itu terlihat pucat pasi karena terkejut.
Devan mengangkat sedikit ujung bibirnya, "apakah kau ingat betapa panasnya kita tadi malam. "Ucapnya.
Anaya memegang kepalanya yang agak pusing, tiba-tiba ingatan nya tadi malam mulai terlintas di kepalanya. Ia ingat pria itu masuk menerobos kedalam kamar nya, ia juga ingat kalau minuman nya dibuat obat perangsang dan meskipun agak samar, ia juga ingat beberapa adegan yang sudah ia lakukan bersama Devan tadi malam.
Anaya yang baru sadar bahwa dirinya tidak mengenakan sehelai pakaian pun menarik selimut tinggi sampai ke dadanya. Ia juga baru sadar ternyata Devan juga sedang telanjang.
Anaya menarik semua selimut karena ingin memungut pakaian nya yang berceceran di lantai. Ia tidak peduli dengan tubuh telanjang Devan, tetapi untung saja Devan masih memakai CD.
Dengan terburu-buru Anaya menyelesaikan pakaiannya, Devan juga sudah memakai kembali pakaian nya.
Anaya bergegas mengambil tas dan juga hp nya, jujur saja Anaya merasa takut jika harus berdua saja dengan Devan. Devan pria brengsek dan berbahaya, ia harus cepat melarikan diri sebelum sesuatu yang buruk kembali terjadi padanya.
Anaya yang sudah siap pergi malah harus harus terperangkap di depan pintu yang ternyata terkunci, ia baru ingat kalau pria itu lah yang mengunci pintu tadi malam.
"Buka pintunya, ku mohon! "Pintanya pada Devan yang kini sudah berdiri di hadapannya.
"Aku harus segera pulang. "ucapnya lagi dengan suara yang memohon.
Devan menatap Anaya yang hanya setinggi dadanya, sebelum membuka pintu Devan membisiki sebuah kalimat di telinga Anaya.
"Milik mu benar-benar nikmat. "Secara reflek tangan Anaya menampar wajah Devan, tetapi pria itu tetap terlihat biasa saja.
Napas Anaya sudah terlihat turun naik tak karuan, mata nya juga terlihat agak memerah karena ingin segera menjatuhkan buliran air mata. Tapi ia masih mencoba bertahan, dan ketika pintu terbuka Anaya langsung pergi meninggalkan ruangan yang menjadi saksi bisu tempatnya kehilangan mahkotanya yang paling berharga.
Untung saja villa itu sudah terlihat kosong, jadi ia tidak terlalu khawatir jika ada yang melihatnya bersama dengan Devan.
.
Sebelum masuk kedalam rumah, Anaya kembali merapikan penampilan nya sekali lagi. Ia merasa sedikit gugup, apalagi sekarang sedang weekend pasti semua anggota keluarganya sedang berada di rumah.
Anaya melihat mamah dan juga papahnya yang sedang asik bermain dengan Kayla, keponakan lucunya yang baru berusia tiga tahun.
Ketika ingin menaiki tangga menuju lantai dua untuk pergi ke kamarnya, Anaya berpapasan dengan kakaknya, Desy.
"Apa kamu sakit. "Desy tampak sedikit khawatir melihat wajah pucat adiknya.
"Tidak, hanya sedikit kelelahan saja. "Anaya kembali melanjutkan langkah nya, untuk menaiki anak tangga yang tadi sempat terhenti.
Masuk kedalam kamar, menutup pintu nya rapat-rapat, lalu mengunci pintu kamar. Anaya bergegas masuk kedalam kamar mandi melepaskan seluruh pakaian yang ia kenakan.
Buliran air mata yang sudah ia tampung sedari tadi akhirnya tumpah jua, Anaya melihat bayangan tubuh nya di cermin. Seluruh tubuhnya dipenuhi oleh jejak Devan.
Anaya membiarkan tubuhnya berada di bawah guyuran shower, dengan air mata yang masih setia menetes. Meskipun hanya sedikit, Ia berharap bisa menghilangkan rasa jijik yang ia rasakan pada tubuhnya saat ini.
.
Anaya memeriksa ponselnya, ternyata ada beberapa panggilan dan chat yang masuk dari Bella. Ia melihat isi chat Bella yang mengatakan dirinya pulang lebih dulu, setelah itu ia kembali menyimpan ponselnya.
Anaya hanya bisa meringkuk meresapi rasa sakit ditubuh nya, apalagi di bagian bawah dan juga pinggangnya. Mungkin karena ia sudah merasa agak aman dan tenang, jadi rasa sakitnya semakin terasa. Karena ketika ia masih berada di villa bersama Devan tadi, ia sama sekali tidak merasakan sakit apapun, kecuali kepalanya yang terasa agak pusing serta rasa takut dan cemas yang menyelimuti nya.
Tok.
Tok.
Tok.
Suara ketukan pintu kamar membuat Anaya merasa terusik.
"Naya... "Itu suara ibunya yang sedang memanggil.
"Nay, kamu masih tidur!" Norma tak henti mengetuk dan memanggil Anaya, karena sebentar lagi waktu makan malam.
Norma juga khawatir karena putri bungsunya itu tak kunjung keluar dari kamar dan sudah melewatkan makan siangnya. Jadi, ia tak mau kalau harus membiarkan Anaya kembali melewatkan makan malamnya, bisa-bisa ia sakit nanti.
"Anaya!! "Panggil nya lagi.
"Iya, mah. Tunggu! "Dengan tubuh yang masih terasa sedikit lemas, Anaya membuka pintu kamar nya yang terkunci. Menghampiri ibunya yang terlihat begitu tak sabar untuk membawanya melakukan acara makan malam bersama anggota keluarga yang lain di bawah.
"Naya sakit, ya?? "Tanya Norma melihat Anaya yang terlihat begitu lesu dan sedikit pucat.
Anaya menggelengkan kepalanya, "cuman kecapean kok, Mah "Jawab nya.
Sampai di meja makan ia segera duduk di tempat duduk biasanya, bersebelahan dengan tempat kakak perempuannya yang terlihat sibuk menyuapi Kayla.
Anaya merasa tidak mempunyai selera makan karena terus-terusan mengingat kejadian ketika berada di villa. Tetapi, karena tak ingin membuat keluarga nya cemas. Anaya terpaksa mulai memasukan makanannya kedalam mulut.
Sebisa mungkin ia bersikap seperti biasanya, ia tak mau kalau keluarganya sampai ada yang mengetahui kejadian yang terjadi sewaktu ia reuni di villa. Keluarganya pasti akan merasa sangat amat kecewa kalau sampai mengetahui nya. Tak hanya itu, ayah nya juga pasti akan marah besar kepada nya.
"Sedang memikirkan apa? " Tanya Bowo pada Anaya di tengah makan malam mereka.
"Naya! "Suara Norma mengagetkannya.
"Kenapa, Mah? "
"Papah mu tadi bertanya, apa yang kau pikirkan? "Norma mengulangi pertanyaan yang dilontarkan Bowo kepada Anaya.
Anaya melirik kearah ayahnya yang juga sedang menatap nya, "tidak ada, "sahutnya.
"Apakah kamu tidak sedang berbohong? "Tanya Bowo memastikan, karena sedari tadi ia memperhatikan Anaya selalu terlihat melamun dan seakan tenggelam dalam pikirannya sendiri.
"Beneran, Pah. Cuman kepikiran masalah pekerjaan aja kok, dikit. "Bohong nya guna membuat ayahnya percaya.
Selah itu mereka kembali menikmati makan malam seperti biasa.
.
.
.
Mohon dukungannya ya, para readers sekalian....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 68 Episodes
Comments
꧁♥𝑨𝒇𝒚𝒂~𝑻𝒂𝒏™✯꧂
Karya mu bagus thor...terus semangat 💪💪 ya
2023-08-14
0
Ara Julyana
lanjut thor
ceritanya seru,ayo semangat
2023-07-17
0