"Kak Putra" Ica pun tersadar saat pundaknya di tepuk kakak sepupunya itu
Kemudian Ica menarik tangan kakak sepupunya untuk masuk ke dalam rumah, ia butuh penjelasan dari kakak sepupunya yang katanya masih menjalin kasih dengan Rani tapi mengapa memiliki kekasih juga di kota X.
"Ada apa?" tanya Putra bingung saat adik sepupunya mendorongnya ke sofa seakan memaksa ia untuk duduk
"Pacar Kakak itu siapa sebenarnya?" bukan menjawab pertanyaan kakak sepupunya, Ica justru melempar pertanyaan juga
"Iya Rani lah, siapa lagi" jawab Putra dengan tegas meski bingung mengapa adik sepupunya itu memberi pertanyaan yang sudah tau jawabannya
"Terus Nadia itu siapanya Kakak?" lagi-lagi Ica melempar pertanyaan pada kakak sepupunya itu
"Nadia" gumam Putra sembari berusaha mengingat nama perempuan yang sepertinya tak asing
Ica menatap wajah kakak sepupunya dengan lekat, ia ingin memastikan bahwa kakak sepupunya tak berbohong, saat kakak sepupunya ber oh ria Ica terlonjak kaget saking terkejut karena dari tadi sangat fokus menunggu jawaban dari kakak sepupunya.
"Nadia itu teman kakak di kampus, hanya sekedar teman gak lebih tapi mungkin dia yang punya perasaan dengan kakak. Kalau kakak tentu tidak, karena di hati kakak cuma ada Rani" jelas Putra panjang lebar
Ica yang mendengar mangut-mangut saja, detik berikutnya ia baru sadar soal Rani yang telah salah paham ia pun menepuk keningnya lupa memberi tahu kakak sepupunya bahwa Rani barusan dari sini.
Kemudian Ica menjelaskan pada kakak sepupunya tentang kejadian waktu kakak sepupunya selama di dalam kamar mandi, tak lupa tentang Rani yang salah paham bahkan sampai pergi begitu saja dari sini.
Mendengar penjelasan adik sepupunya, Putra langsung bangkit dari duduknya lalu berlari keluar rumah kemudian menaiki motor matic miliknya yang terparkir di samping teras depan.
Dengan kecepatan sedang Putra melajukan motor matic kesayangannya itu, menelusuri jalanan sembari menoleh ke kanan ke kiri mencari sosok sang kekasih namun sampai ujung jalan persimpangan Putra masih tak menemukan sosok sang kekasih.
"Arrgghhh....." teriak Putra frustasi atas apa yang terjadi, ia menyesali jawaban yang keluar dari mulutnya tadi
Ia pikir adik sepupunya tadi bertanya soal apa makanya ia hanya menjawab iya saja, jika tau begini lebih baik ia diam saja tadi tak perlu menjawab, karena frustasi Putra memilih kembali ke rumah adik sepupunya ingin mengambil HP-nya yang tertinggal.
"Gimana, Kak? Ketemu gak dengan Rani?" tanya Ica saat melihat kakak sepupunya kembali dengan raut wajah di tekuk
Putra tak menyahut ia hanya menggelengkan kepala yang artinya ia tak bertemu dengan sosok sang kekasih, dengan lesu Putra kembali duduk di sofa ruang tamu di rumah Ica sembari mengambil HP-nya yang tergeletak di atas meja.
Kemudian membuka layar HP-nya mencari kontak sang kekasih, saat bertemu Putra segera memilih ikon berwarna hijau gambar gagang telepon, panggilan telepon terhubung namun tak kunjung di jawab.
Di tempat lain Rani yang terus berlari tak sadar jika ia sudah sangat jauh dari rumah Ica, karena merasa lelah Rani duduk di sebuah halte bus bertepatan HP-nya berbunyi menandakan ada yang menelepon.
Rani segera mengambil HP-nya di dalam tas kecil yang terselempang di pundaknya, kemudian melihat layar HP-nya yang mana nama sang kekasih yang tertera di layar HP-nya yang dari tadi menghubunginya.
Rani yang sempat berhenti menangis kini kembali menitikkan air mata lagi saat melihat foto kebersamaannya dengan sang kekasih muncul, jika setiap kali sang kekasih meneleponnya.
Kenangan demi kenangan kebersamaan mereka bermunculan di pelupuk mata Rani, kemudian terlintas pikiran negatifnya tentang pengkhianatan sang kekasih membuat ia merasa sangat tersakiti apalagi selama ini ia telah menjaga kesetiaan cinta mereka.
"Tidak, aku tidak boleh menangis hanya karena di khianati. Masa depanku masih panjang, seharusnya dialah yang menangis telah menyakiti perempuan setia sepertiku" kata Rani berkata pada diri sendiri sembari menghapus air mata yang masih mengalir di kedua pipinya
Namun detik berikutnya ia justru kembali menangis, tentu tak bisa ia menjadi kuat apalagi ia yang telah di khianati, karena tak mau terus larut dalam kesedihan Rani pun segera memesan ojek online ingin menuju suatu tempat yang bisa menenangkan hatinya.
Setelah ojek online pesanannya datang, Rani segera naik lalu tukang ojek itu mulai melajukan ojek-nya sesuai alamat yang di tandai Rani di ap1kasi dan hanya setengah jam Rani telah tiba di sebuah rumah mewah bak istana.
"Terima kasih, ini pak ongkosnya"
Rani menyodorkan uang berwarna merah satu lembar pada tukang ojek, tukang ojek itu tak memiliki kembalian namun dengan ikhlas Rani memberikan semua uang tadi karena ia juga tak suka memegang uang recehan.
"Terima kasih, dek. Semoga rezeki adek terus mengalir dan berkah" Tukang ojek itu mendoakan Rani dengan tulus
"Sama-sama" jawab Rani sembari mengulas senyum
Ternyata membuat hati kita merasa bahagia itu sangat mudah, dengan membuat orang lain tersenyum dengan berbagi apapun pada orang yang membutuhkan sesuatu hal yang menurut kita tak butuh.
Lalu Rani melangkahkan kaki mendekat ke arah pagar rumah yang menjulang tinggi, seperti biasa satpam penjaga rumah mewah itu yang sudah mengenal Rani tanpa bertanya langsung membukakan pintu gerbang.
"Pagi non Rani" sapa Satpam dengan ramah
"Pagi"
Meski hati sedang tak baik-baik saja tapi Rani berusaha tetap tersenyum pada orang-orang yang menyapanya, setelah itu Rani melangkahkan kaki mendekati pintu kemudian berapa kali menekan bel sampai akhirnya pintu pun di bukakan oleh ART yang bekerja di rumah mewah itu.
"Heh, non Rani. Pasti mau ketemu nyonya Raya, kebetulan nyonya Raya dan tuan Kevin sedang ada di halaman belakang saat ini" kata ART itu memberi tahu keberadaan majikannya pada adik sang majikan
"Ohh baik, Bik. Terima kasih" jawab Rani lalu melangkahkan kaki ke arah halaman belakang dimana sang kakak dan kakak ipar berada
Kediaman sang kakak dan kakak ipar yang mewah seperti ini sangat sepi, karena sang kakak dan kakak ipar belum juga di karuniai buah hati padahal pernikahan keduanya sudah berjalan delapan tahun.
Rani kadang merasa kasihan kepada keduanya sama-sama sukses di dunia bisnis, soal keuangan tak kekurangan begitu juga dengan keluarga namun Tuhan menguji mereka dengan belum di karuniai buah hati.
Tapi Rani tetap salut pada sang kakak dan kakak iparnya, meski pernikahan mereka telah berjalan cukup lama tapi masih tetap terlihat romantis dan harmonis seperti awal mereka menikah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments