Bab 3

Satu tahun kemudian

Hubungan Rani dengan sang kekasih tetap baik meski selama ini mereka menjalankan hubungan jarak jauh, saat tau semalam sang kekasih telah tiba di kota ini karena libur semester tentu membuat Rani bahagia.

Drrrtt.....

Hp milik Rani yang ada di atas meja rias berbunyi, Rani yang kebetulan baru selesai mandi dan keluar dari kamar mandi segera mendekati HP-nya ingin melihat pesan masuk dari siapa.

^^^[Cepat kesini, Kak Putra lagi di rumahku]^^^

Ternyata pesan masuk barusan dari sang sahabat, Rani langsung mengembangkan senyum mendengar kabar tersebut buru-buru ia mengambil baju styles yang cocok untuk di pakainya bertemu sang kekasih.

Setelah siap, Rani mengirim pesan pada sang sahabat jika lima belas menit lagi ia akan sampai di kediaman sang sahabat lalu Rani keluar dari kamar tidurnya sembari menyelendangkan tas kecil yang selalu menjadi tempat penyimpanan HP dan dompetnya.

"Kamu mau kemana? pagi-pagi sudah rapi, bukankah hari ini hari minggu?" tanya Rangga pada putri bungsunya itu

"Mau main ke rumah Ica, pa"

Sang papa langsung mengangguk jika mendengar nama Ica yang di sebut Rani, karena Rani tak pernah membuat hal aneh-aneh jadi sang papa sepenuhnya percaya dengan Rani seperti Raya dulu.

Selesai sarapan Rani pamit kepada kedua orang tuanya sembari mencium punggung tangan kedua orang tuanya dengan takzim secara bergantian, lalu Rani melangkahkan kaki menuju pintu keluar.

Seperti biasa Rani minta antar dengan Pak Ismet supir pribadi yang bekerja di kediamannya kemudian Rani masuk ke dalam mobil avanza yang telah di siapkan Pak Ismet, dengan kecepatan sedang mobil di lajukan oleh Pak Ismet.

Hanya sepuluh menit mobil avanza yang di naiki Rani telah tiba di kediaman Ica sang sahabat, Rani pun turun dari mobil sembari mengatakan pada Pak Ismet tak perlu menunggunya karena ia akan pulang di antar oleh Ica.

Pak Ismet dengan patuh mengangguk lalu kembali melajukan mobil avanza milik majikannya itu, sedangkan Rani segera masuk melangkahkan kaki menuju pintu utama rumah Ica.

Di dalam rumah Ica tengah bergurau dengan kakak sepupunya itu siapa lagi kalau bukan Putra kekasihnya Rani, namun kebanyakan tertawa Putra jadi sakit perut ia pun pamit dengan adik sepupunya hendak ke kamar mandi sebentar.

Ketika Putra telah masuk ke kamar mandi yang ada di ruang tamu, bertepatan Rani langsung nyelonong masuk ke dalam rumah Ica yang kebetulan pintu depan terbuka sedikit yang artinya tak terkunci.

"Ehh, Ran. Kamu udah nyampe, naik apa kesini?" tanya Ica sembari mendekati sang sahabat yang telah duduk di sofa yang ada di ruang tamu

"Biasa minta di antar Pak Ismet"

"Makanya belajar donk naik motor, masak sampai sekarang gak bisa-bisa" celetuk Ica yang heran mengapa bisa Rani belum bisa juga mengendarai motor

"Males dan trauma, udah cukup dulu nyawa hampir melayang gara-gara kecelakaan"

Ica mangut-mangut jadi teringat kembali waktu mereka kelas X dulu Rani yang baru belajar mengendarai motor, namun baru berapa hari Rani mengalami kecelakaan bahkan hampir terlindas truk kalau tidak cepat-cepat di bantu Putra.

Banyak ngobrol Rani lupa menanyakan keberadaan sang kekasih, sampai akhirnya ia tersadar saat mendengar bunyi HP yang tergeletak di atas meja, HP yang sangat di kenali Rani.

Rani dan Ica bersamaan melihat layar HP milik Putra, di layar HP itu tertera nama Nadia yang bisa di tebak oleh Rani dan Ica bahwa si penelepon itu tentunya perempuan sesuai dengan nama itu karena tak mungkin laki-laki.

Kemudian Rani menyenggol Ica sembari menatap Ica seperti memberi kode harus bagaimana, apalagi si penelepon terus menerus menelepon bahkan terlihat sudah tiga panggilan tak terjawab.

"Kak, Kak Putra ada yang nelepon ni di HP Kakak" kata Ica berteriak memanggil kakak sepupunya yang masih di dalam kamar mandi

"Siapa? Coba angkat, takutnya penting" jawab Putra sembari berteriak juga dari kamar mandi

"Cewek namanya Nadia" sahut Ica kemudian menerima sambungan telepon itu

"Hallo, ini siapanya Kak Putra?" tanya Ica to the poin saat sambungan telepon terhubung sembari meng-loudspeaker sambungan telepon

"Iya Hallo, siapanya Putra ya! Kamu pasti Ica adik sepupunya Putra kan, Putra sering cerita tentang kamu. Ohh ya, coba kamu tanya dengan Putra aku siapanya pacarnya bukan?" kata Perempuan di seberang telepon itu

Mendengar perkataan perempuan yang bernama Nadia itu, membuat hati Rani bergemuruh hebat ia jadi takut bahwa perempuan yang bernama Nadia itu benaran kekasihnya Putra.

Ica belum bertanya dengan kakak sepupunya, ia menoleh ingin melihat ekspresi sang sahabat yang sepertinya telah berubah menjadi was-was, jika ia tak bertanya tentu ia maupun sang sahabat jadi penasaran.

"Kak, Kak Putra. Nadia itu siapanya, Kakak. Benar dia pacar Kakak?" tanya Ica sembari berteriak lagi

"Iya"

Putra yang tengah mencuci tangan di wastafel dengan air, karena bunyi air yang terlalu keras ia tak mendengar apa pertanyaan yang di ajukan Ica barusan, jadi ia hanya menjawab seadanya.

Deg

Mendengar jawaban itu dari mulut Putra sendiri, membuat hati Rani seakan di tusuk seribu belati ia bahkan terdiam mematung seakan tak tau harus bagaimana, artinya kesetiannya selama ini hanya sia-sia saja.

Nadia yang di seberang telepon juga mendengar jawaban dari Putra jadi merasa sangat bahagia, karena ternyata kedekatan mereka selama ini telah di anggap Putra seperti sepasang kekasih.

Ica yang masih memegang HP milik Putra terpaksa mengakhiri sambungan telepon saat melihat raut wajah sang sahabat, bahkan terlihat di sudut mata sang sahabat ada air mata meski hanya setitik.

"Ran, kamu gak apa-apa kan?" tanya Ica sembari meletakkan HP milik Putra lalu menggenggam tangan sang sahabat

"Ca, aku pulang ya. Aku lupa kalau aku ada kerjaan" Rani tak menjawab pertanyaan Ica, ia justru memilih bangkit dari sofa ruang tamu di rumah Ica sembari melepas genggaman tangan Ica

"Ran"

"Ran"

Ica terus memanggil Rani, namun Rani tak sedikit pun menoleh justru terus berlari keluar dari rumah Ica bertepatan Putra pun keluar dari kamar mandi namun ia tak melihat Ica di sofa ruang tamu.

"Ca"

"Ica"

Panggil Putra sembari melangkahkan kaki ke arah pintu depan yang terbuka lebar, ia bisa menebak bahwa mungkin Ica ada di luar dan benar saja Ica berdiri di teras sembari menatap ke arah jalanan.

"Ca, kamu kenapa mematung disini. Entar ke sambet loh" canda Putra sembari menepuk pundak adik sepupunya itu

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!