Bab 2

Hari keberangkatan sang kekasih pun tiba, namun Rani tak bisa mengantar karena sang kekasih mendapat jadwal penerbangan pagi di hari ia harus masuk sekolah di tambah hari ini ia akan ulangan harian mata pelajaran Fisika.

Yang mana ulangan harian itu menentukan nilai ujian akhir semesternya nanti, jadi mau tak mau Rani melepas kepergian sang kekasih tanpa mengantar sang kekasih ke bandara dan sang kekasih hanya bisa pamitan melalui sambungan telepon.

Bunyi bel panjang pertanda masuk, Rani mengakhiri sambungan telepon dengan sang kekasih kemudian menyimpan HP-nya di saku rok putih abu-abu sembari melangkahkan kaki menuju ruang kelasnya.

"Kamu kenapa?" tanya Ica sahabat Rani yang kebetulan satu bangku dengan Rani

"Sedih, Kak Putra dapat penerbangan pagi ini jadi gak bisa ngantar dia ke bandara"

"Iya mau bagaimana lagi, sabar ya. Aku yakin kok Kak Putra orangnya setia, kamu disini cukup pikir positif aja" kata Ica sembari mengelus pundak sang sahabat agar agak lebih baikan

Rani menganggukkan kepala, mulai detik ini ia harus terbiasa tanpa sang kekasih meski pastinya sulit karena biasanya setiap pulang sekolah sang kekasih lah yang selalu menjemputnya setiap hari.

Yang di kira sang papa ia pulang bersama Ica, padahal itu semua kebohongan Rani agar ia bisa bertemu dengan sang kekasih setiap hari namun sekarang sepertinya hari-harinya akan terasa sepi.

Tak berapa lama guru yang mengajar mata pelajaran Fisika pun datang, setelah mengucap salam dan mengabsen murid kelas XII.IPA.2 guru tersebut meminta semua murid menyiapkan dua lembar kertas di atas meja masing-masing.

Dan meminta semua murid untuk mengumpulkan buku catatan Fisika di atas meja guru, dengan patuh semua murid mulai maju satu persatu meletakan buku catatan Fisika milik mereka.

"Baiklah! Seperti biasa satu kertas buat menulis soal dan jawaban, satu kertas buat kalian coret-coret mencari jawaban. Soal akan ibu tulis di papan tulis, waktu kalian sampai penggantian mata pelajaran" jelas Bu Meri kemudian mulai menulis soal ulangan dari satu sampai kelima

Setelah Bu Meri selesai menulis soal ulangan di papan tulis, Rani mulai sibuk mencoret-coret kertas yang ada di atas meja sembari berpikir mencari semua jawaban kelima soal ulangan itu.

Ica yang memiliki otak pas-pas selalu mencontek jawaban milik Rani, yang kebetulan Rani tak keberatan sama sekali meski ia susah sendiri untuk mencari jawaban kelima soal tersebut.

Terdengar kembali bunyi bel pertanda pergantian mata pelajaran, kerasak kerusuk mulai terdengar di ruang kelas XII.IPA.2 menandakan mereka semua tengah gelisah karena waktu ulangan telah habis.

Rani dan Ica segera bangkit dari bangku mereka lalu berjalan maju ke depan mengumpulkan ulangan harian mereka, setelah semua terkumpul Bu Meri pun keluar dari ruang kelas sembari mengucap salam.

Drrrtt....

HP milik Rani yang ada di dalam saku rok abu-abu miliknya bergetar, segera Rani merogoh saku rok abu-abu miliknya kemudian melihat ke layar HP ada sebuah pesan masuk yang di kirim oleh sang kekasih.

^^^[Aku belum berangkat, penerbangan aku di tunda satu jam. Aku harap kamu bisa menyempatkan diri untuk ke bandara, berpisah dengan aku]^^^

^^^[Serius, baiklah aku usahakan akan ke bandara sekarang]^^^

"Kamu kenapa lagi, senyum-senyum gitu?" tanya Ica yang sedikit bingung dengan perubahan ekspresi sang sahabat

"Mata pelajaran selanjutnya apa?" bukannya menjawab pertanyaan Ica, Rani justru balik bertanya

"Kalau gak salah Bahasa Inggris, Bu Nafisah" jawab Ica mengingat mata pelajaran selanjutnya

"Akhh! Bu Nafisah, baguslah tolong bilang dengan Bu Nafisah aku izin sebentar karena ada urusan mendadak. Hanya setengah jam, gak lebih" kata Rani sembari menggenggam tangan sang sahabat kemudian berlari di koridor sekolah menuju gerbang sekolah

Ica melihat Rani pergi begitu saja sembari meminta tolong izin dengan Bu Nafisah hanya bisa menggaruk kepalanya yang tak gatal, bingung bagaimana caranya menyampaikan pada Bu Nafisah.

Meski Ica tau Bu Nafisah guru yang paling baik di sekolah ini, bahkan anak murid minta izin keluar sebentar di bolehin asal ketika ulangan harian mata pelajaran Bahasa Inggris harus bisa.

"Ica, kenapa berdiri disitu. Ayo, masuk" tegur Bu Nafisah saat melihat Ica yang diam mematung

"Akkhh! Iya Bu" jawab Ica sembari tersenyum yang menampakan tak enak hati

Bu Nafisah masuk ke dalam kelas bersamaan dengan Ica sembari mengucap salam dan menanyakan kabar semua anak muridnya, setelah semuanya duduk di bangku masing-masing Bu Nafisah segera mengabsen.

Saat nama Rani di panggil dan tak ada jawaban, semua murid langsung menoleh ke arah bangku tempat duduk Rani dimana sosok Rani tak ada, menghilang begitu saja padahal bel pergantian mata pelajaran baru berapa menit.

"Maaf Bu, Rani tadi bilang dia izin keluar sebentar ada urusan mendadak" kata Ica sembari menundukkan kepala takut Bu Nafisah marah padanya

"Ohh begitu, ya sudah tidak apa-apa. Kita mulai mata pelajaran Bahasa Inggris, ayo buka buku kalian halaman 53" kata Bu Nafisah dengan tenang meski sebenarnya sedikit bertanya-tanya kenapa Rani izin keluar dengan alasan ada urusan mendadak.

Padahal Bu Nafisah sangat paham dengan Rani anak yang termasuk disiplin dan tau aturan, mungkin saja Rani memang memiliki urusan mendadak dan Bu Nafisah hanya bisa berdoa semoga Rani baik-baik saja.

Di tempat lain Rani yang naik ojek online kini tiba di parkiran bandara, setelah membayar ongkos Rani segera turun lalu berlari masuk ke dalam bandara yang sangat luas berusaha mencari sosok sang kekasih.

Putra yang memang menunggu Rani bisa melihat seorang perempuan dengan seragam putih abu-abu tengah berlari ke arahnya, segera Putra bangkit dari duduknya dan berlari juga ke arah Rani.

Sepasang kekasih itu kembali berpelukan tak menghiraukan semua mata orang di bandara itu menyaksikan ke bucinan sepasang kekasih itu, Rani langsung menitikkan air matanya hendak berpisah dengan sang kekasih.

"Jaga diri kamu baik-baik ya disini, jangan nakal, jangan bergadang, jangan telat makan, belajar yang rajin biar nilainya tetap paling tinggi lulus nanti" kata Putra sembari menghapus air mata di kedua pipi Rani

Rani hanya diam dan masih menangis bahkan tangisannya kini semakin sesenggukan saking sedih karena akan di tinggal sang kekasih, Putra tentu membiarkan Rani menumpahkan kesedihannya.

Agar setelah ia pergi Rani tak sedih lagi menjalankan hari-harinya tanpa dirinya, tak lama kemudian terdengar dari pihak bandara memanggil nama Putra karena penerbangan yang sempat tertunda akan segera di lakukan.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!