Surat Perjanjian

Di dalam sebuah ruangan kerja, tampak duduk seorang pria dengan gaya sok angkuhnya. Menatap lekat wajah gadis yang masih dibalut perban itu. Hingga, sejenak membuat sang gadis sedikit risih. Karena di tatap sedemikian rupa oleh nya.

"Ada apa? " tanyanya dengan nada ketus. Setelah beberapa menit yang lalu diam, dan terus memberikan tatapan mengerikan seperti itu.

"Saya ingin... em itu... em! "

"Jangan am.. em.. am... em saja!. Bicara yang jelas! " Potong pria bernama Zein dengan gaya songong nan menjekelkannya itu.

Helaan nafas sedikit kasar, gadis itu hembuskan begitu saja. Ia pun tampak tak memiliki keberanian lagi, hanya untuk meminta hal yang semestinya tak ingin ia utarakan. Namun, apa boleh buat. Ia juga tak memiliki tempat tinggal lain. Sementara, untuk pulang ke rumah orang tuanya. Dia sendiri pun masih merasa enggan. Rasa kecewa dan juga sedih karena di lupakan begitu saja, sampai sekarang masih saja merasa tak di inginkan. Padahal, mereka adalah saudara adik kakak. Tapi, kenapa Mommy nya malah lebih peduli akan kakaknya saja, dibandingkan dengan dirinya. Yang pada saat itu lukanya lebih parah dibandingkan dengan sang kakak.

"Oke, kalau tidak ada yang ingin kau katakan. Kau boleh langsung pergi saja! " Zein pun mengusir gadis itu, yang mana mustahil baginya jika ia tak memiliki informasi, tentang identitas sang gadis saat ini.

Zein tak akan kesulitan menemukan identitas seseorang, walaupun negara ini bukanlah negara kelahirannya ataupun kekuasan dia. Namun, semenjak ia memutuskan pergi dan juga menjauh dari keluarganya. Pria itu bukan tak menyiapkan diri untuk apapun.

Yang dulunya ia adalah seorang pria sedikit manja, dan tak mampu melakukan hal apapun. Selain menjual tampang dan juga skill dalam berakting. Sekarang, hidupnya benar-benar berubah drastis.Apapun ia lakukan sendiri, bahkan keluarganya pun tak pernah tahu, jika ia telah mendirikan sebuah restoran besar. Yang sangat terkenal di kota ini. Namun, di sela aktivitas nya sebagai seorang chef. Zein memiliki bisnis yang juga sangat membahayakan.

"Tunggu, tuan! " Gadis itu hanya bisa mencegah Zein untuk tidak pergi. Ataupun membuatnya keluar dari kediamannya sekarang ini.

Zein berhenti melangkah. Dan kembali menoleh pada gadis cantik itu. "Ada apalagi?. Jangan buang waktuku dengan sia-sia! , karena setiap waktu ku sangat berharga" Ujarnya masih dengan nada yang sangat ketus.

"Apa saya boleh tinggal beberapa hari lagi, disini? "

"What? " Zein menatap sambil membulat sempurna. "Kau pikir mension ini tempat penampungan? " Sambungnya lagi dengan tersenyum sinis.

"No!, " Tegasnya menolak.

"Saya mohon, tuan!.Hanya beberapa hari saja! " Bujuk sang gadis dengan tatapan penuh harap untuk minta di setujui.

Pria bernama Zein hanya diam. Sambil memperhatikan sang gadis dari ujung kaki sampai ke ujung kepala. Lalu, ia pun menyeringai licik.

"Tidak!. Kau cari saja tempat lain!. Dan kau pikir biaya hidup itu tidak mahal di Negara ini? " Ujarnya lagi dengan nada jauh lebih ketus dari sebelumnya.

"Saya akan membayarnya! " Jawab sang gadis lagi, terus berusaha untuk membuat sang pemilik mension mau menerimanya.

Walaupun, ia tak yakin. Jika pria ini akan mengerti dengan keadaan dia yang sebenarnya. Ia tak memiliki tujuan lagi sekarang. Bahkan, gadis itu pun sudah bisa menebak. Kalau tempat kerja nya yang lama. Pasti sudah memecatnya, sebab ia pergi tanpa kabar berita selama hampir satu minggu. Apalagi, perusahaan tempat ia bekerja sangatlah ketat.

Nampaknya, Zein pun mulai memikirkan tawaran sedikit menggiurkan dari sang gadis. Sehingga, seringai liciknya pun mulai tampak.

"Kau yakin akan membayar semua biaya, yang telah gunakan untuk mengobati, hm? " Tanya Zein dengan sudut bibir terangkat membentuk senyum liciknya.

Gadis itu hanya menganggukkan kepalanya saja. Walaupun ia sendiri tak tahu, akan membayar semua dengan apa. Bahkan, dompet, ponsel serta kartu ATM nya sudah raip terbakar api. Bersamaan dengan mobil Mommy nya.

"Apa yang akan kau jaminkan sekarang?. Agar aku bisa percaya? " Tanya Zein lagi dengan penuh keseriusan nya.

"Tuan, sebaiknya kita bicarakan dulu dengan santai!. Sambil duduk misalnya? " Usul sang gadis dengan sedikit takut.

Zein pun menunjukkan arah sofa sana. Lalu, pria itu juga menggerakkan dagunya. Untuk memberikan isyrat agar gadis itu lebih dulu duduk disana.

Gadis itu pun tak tahu, jika ini semua adalah sebuah taktik licik, seorang pria bernama Zein tersebut. Ia tak akan membiarkan seorang wanita, lepas begitu saja darinya. Apalagi, yang sudah masuk ke wilayahnya sendiri.

Dengan semua ide dan juga kelicikan yang ia miliki. Zein pasti akan mendapatkan keuntungan dari sana. Yang jelas akan membuat dirinya merasa puas. Dengan bayaran setimpal tentunya.

"Apa tuan setuju?. Aku pasti akan membayar nya! " Ujar sang gadis lagi.

"Siapa namamu? " Tanya Zein malah keluar dari pembahasan.

"Selena, tuan. Saya adalah... "

"Tidak usah mau jelaskan detail tentang silsilah keluargamu itu!." Potong Zein yang tak pernah lembut sedikitpun dalam berucap.

"Dari sini saja, aku sudah tahu. Kalau kau pasti anak tiri, makanya di buang begitu saja" Zein menggeleng kan kepalanya pelan.

"Saya bukan anak tiri, tuan!. Itu perlu anda garis bawahi!. Dan keluarga saya adalah keluarga berada, saya bisa bayar anda dengan bayaran mahal" Kali ini, giliran gadis itu yang kesal. Sebab, Zein malah sangat meremahkan dia sejak tadi.

"Really?"

Gadis bernama Selena pun hanya bisa mencebik kesal. Lalu, ia pun langsung menatap Zein dengan tatapan sedikit emosi.

"Jadi, apa saya masih boleh tinggal disini? " Tanya Selena kembali memastikan. Ia juga sedang tak mau melihat wajah orang di rumah nya itu saat ini.

Zein diam. Pria itu tampak berpikir, sambil terus mencari ide yang pas. Agar ia bisa mendapatkan apa yang ia incar sejak awal. Yaitu bayaran yang setimpal akan waktunya yang terbuang sia-sia. Karena, malah memilih untuk menolong gadis yang tidak ia kenal sama sekali.

"Kalau tuan terus diam, itu akan saya anggap tuan sudah setuju! " Ucap Selena dengan tersenyum.

Zein memajukan badannya. Hingga ia bisa lebih dekat dengan gadis bernama Selena itu. Walaupun mereka duduk saling bersebrangan meja. Terhalang oleh meja kaca di hadapan keduanya.

"Kau pasti akan menyesal, jika tak ingin pergi sekarang" Ujar Zein dengan sudut bibir terangkat tipis.

Selena pun mulai berdetak sedikit ragu. Ia juga sudah mendengar kalimat itu, dari dua orang sekaligus. Termasuk asisten Zein tadi. Jika tak pergi sekarang, maka ia pasti tidak akan bisa keluar selamanya.

"Ah, anda jangan bercanda tuan!. Saya yakin anda adalah orang yang baik" Selena berusaha untuk tetap santai. Walaupun, Tiba-tiba bulu kuduknya merinding tak ada sebab.

Prak!

"Kau tanda tangani itu dulu! " Zein melemparkan sebuah map yang berisikan kertas kearah Selena.

"Apa ini? "

"Surat perjanjian! "

"Hah!? "

Terpopuler

Comments

Aditya HP/bunda lia

Aditya HP/bunda lia

mf nih aku skip2 lupa alur dah lumayan lama soalnya baru up lagi yah 🙏

2024-07-27

1

Iis Cah Solo

Iis Cah Solo

zein nnti jatuh cinta looohhh😀😀😀

2023-10-19

1

Duma Candrakasi Harahap

Duma Candrakasi Harahap

dibaca dulu,jgn maen asal tanda tangan y se,,.

2023-10-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!