Parang yang sangat panjang menembus kaca jendela mobil yang berada di samping Abduh, karena dia duduk di kursi sebelah kanan, serpihannya menyebar ke mana-mana, membuat pemuda itu sedikit bergeser mendorong tubuh Nathan yang duduk di samping kiri.
Salah satu dari ketiga mobil yang mengejar mobil rombongan Abduh dan Nathan berhasil melewati pengawalnya, sehingga bisa menyerang mobil yang ditumpangi oleh Abduh, beruntung dia keburu menghindar sehingga hanya terkena serpihan kaca, dan tidak membuatnya terluka sedikitpun.
Belum saja berhenti dari rasa kaget dari Serangan yang begitu mendadak, serangan susulan terjadi kembali menghantam kaca mobil bagian belakang, sehingga sudah dua kaca jendela yang bisa diterobos dengan benda tajam, sopir yang membawa mobil itu tidak tinggal diam, dia memacu kendaraannya dengan sangat tinggi menghindari bahaya yang sangat mengerikan.
Mobil yang berada di belakang tidak mau kalah mobil itu terlihat memacu kecepatan dengan begitu tinggi, ingin mendahului mobil yang tumpangi oleh Abduh, sehingga kejar-kejaran pun tidak terelakkan. sedangkan mobil pengawalnya diikuti oleh dua mobil yang masih berada di belakang, mobil itu tak luput dari serangan serangan yang menerpanya Namun sayang Nathan tidak mengetahui bagaimana kondisi mereka, jangankan memikirkan keselamatan orang lain memikirkan keselamatan dirinya sendiri Nathan belum mengetahui. sampai akhirnya kejar-kejaran pun berhenti ketika melewati jalan yang lumayan lurus, mobil pencegat itu berhasil mendahului mobil Nathan. sehingga mobil itu berhenti secara mendadak, dengan posisi yang diluruskan menghalangi jalan, membuat tubuh Natan terdorong ke depan, beruntung dengan Sigap dia memasang tangan sehingga tidak terjedot kursi depan.
"Keluar Kau Dadang, kalau kau lelaki yang gagah dan berani, Jangan bersembunyi dari balik mobil....!" tantang orang yang mengeluarkan kepalanya dari kaca jendela yang terbuka, tangannya mengacungkan Sabit yang sangat panjang dan terlihat sangat tajam memantulkan cahaya matahari yang sedang terik.
"Sekarang bagaimana kang Dadang?" tanya sopir sambil tetap menatap ke arah depan, wajahnya terlihat sangat pucat menandakan Dia sangat ketakutan.
"Trabas.....! karena kalau kita meladeni kita kalah jumlah."
Mendengar berita seperti itu sopir pun dengan segera memutar kemudi ke sebelah kanan sampai mentok, kemudian menginjak Gas sampai habis sehingga mobil melaju sedikit menyenggol bagian belakang mobil yang dikendarai oleh pencegatnya sehingga mobil itu terperosok masuk ke dalam parit.
Sedangkan mobil pengawalnya yang baru sampai terus melaju mengikuti mobil Abduh dengan kecepatan yang sama kencang, meninggalkan para pencegat yang berhenti karena salah satu mobil mereka yang membutuhkan bantuan.
Mobil yang ditumpangi oleh Nathan dan Abduh terus melaju meninggalkan para pencegahnya semakin menjauh hingga lama-kelamaan Mereka pun merasa aman karena tidak ada yang mengejar mobil mereka. Nathan yang merasa heran Sebenarnya dia ingin bertanya karena kejadian yang baru saja terjadi terasa sangat cepat, namun melihat Abduh yang terdiam dengan mengepalkan tangan membuat Nathan tidak melanjutkan, sehingga dia hanya terdiam terjebak dalam kebingungan.
Tak selang Berapa lama, akhirnya mobil Mereka pun tiba di salah satu kampung, yang lihat banyak orang yang berjajar rapi menyambut kedatangan mereka dengan bersiaga. orang-orang terlihat membawa senjata tajam mulai dari Parang, golok, ada pula yang membawa tombak bersiap seperti hendak maju ke medan tempur.
Ketika mobil mereka sampai mereka pun disambut dengan berbagai pertanyaan yang menghujani Dadang. ternyata Dadang adalah ketua Kampung mereka sehingga banyak orang yang khawatir dengan kondisi dan keselamatan pimpinannya.
"Saya tidak apa-apa, tidak tahu kalau dengan mobil pengawal." jawab Dadang yang dengan segera turun kemudian menghampiri mobil pengawalnya yang baru sampai.
"Petugas kesehatan.... petugas kesehatan.....!" teriak salah satu orang yang baru keluar dari mobil yang hendak dihampiri.
"Siapa saja yang terluka?" tanya Dadang dengan panik.
"Rahman dan Roni terkena sabetan Parang ketika tadi mereka Menghadang serangan musuh," ujar sang sopir sambil membuka pintu, untuk membantu kedua tetangganya yang terluka.
Benar saja di dalam terlihat ada dua orang yang terluka bermandikan darah, nafasnya terengah-engah, wajahnya mulai membiru, dengan segera Dadang pun mengecek nadi mereka dan ternyata mereka masih hidup. Namun entah bagaimana harapannya karena Dadang tidak bisa memastikan.
Suasana pun terasa sangat kacau, terdengar suara teriakan teriakan perempuan yang terdengar sangat histeris, apalagi istri dari kedua korban itu mereka berteriak meminta tolong agar suaminya bisa diselamatkan. Anak-anak kecil Terdengar menangis di dalam pangkuan ibu-ibu mereka mungkin anak kecil itu merasakan kengerian yang menimpa kampungnya.
Dari arah belakang terlihat ada beberapa orang yang menyilang-nyila masuk memecah kerumunan, tim penyelamat pun datang dengan membawa kotak P3K. mereka yang terluka dengan segera ditolong agar pendarahannya bisa cepat dihentikan, sebelum mendapat perawatan yang intensif.
"Bagaimana nih Kang Dadang, kita tidak bisa tinggal diam kalau terus diserang. masa kita akan tega membiarkan masyarakat kita terus berjatuhan menjadi korban. Warga Kampung Cisaga khususnya keluarga si Dadi harus segera diberikan pelajaran agar tidak ada korban lagi yang berjatuhan." ungkap salah seorang yang mendekati Dadang.
"Kita tidak boleh gegabah Kang Badru. karena kalau kita terpancing maka korban yang berjatuhan akan semakin banyak, baik dari pihak kita maupun pihak musuh. Saya ingin segera menghentikan permusuhan ini agar kita semua bisa hidup dengan damai." jawab Dadang dengan bijak tidak tergesa-gesa ketika mengambil keputusan, sehingga banyak orang yang sangat menyukai sikapnya.
"Sampai kapan kita akan terus ditindas oleh kampung Cisaga. kalau kita tidak melawan mereka akan semena-mena terus menyerang, terus mengganggu ketentraman hidup."
"Nanti saya coba pikirkan bagaimana jalan terbaiknya sekarang Tolong bantu orang yang terluka untuk segera diobati."
"Tapi kang Dadang tidak terluka?" tanya Badru yang memperhatikan sekujur tubuh pimpinannya Mungkin dia ingin memastikan Kalau ketua Kampung baik baik saja.
"Alhamdulillah.... saya tidak terluka sedikitpun karena saya duduk di samping kiri, sedangkan mereka menyerang dari arah samping kanan."
"Syukurlah kalau tidak terluka, karena kalau ada satu luka meski luka itu sekecil lubang jarum yang mengenai tubuh kang Dadang, saya bersama para warga Kampung akan membalas kelakuan Kampung Cisaga."
"Sudah jangan diperpanjang. Oh iya kalau nggak salah tadi yang penjegat saya itu si Darman, anaknya Kang Dadi orang yang dulu saya Lumpuhkan sekujur tubuhnya."
"Si Darman Bukannya dia dipenjara?" tanya Badru yang merasa heran karena sepengetahuannya anak bungsu orang yang bernama Dadi itu sudah lama tinggal di balik jeruji besi, karena selalu menjadi biang keladi dalam setiap Serangan yang mengakibatkan kedua kampung itu terus berseteru.
"Menurut info yang saya dapat, si Darman sudah keluar karena dipotong masa tahanan." jawab Salah Seorang warga yang menjelaskan pengetahuannya.
"Mungkin dia mau balas dendam atas apa yang terjadi sama orang tuanya?"
"Kalau begitu kang Dadang harus hati-hati karena yang diincar Sudarman adalah Kang Dadang. tapi kang Dadang tidak usah khawatir karena kami berjanji dengan sekuat tenaga akan melindungi semua keluarga kang Dadang."
"Terima kasih atas kesetiaan kalian, semoga saya selalu diberi keselamatan. Ya sudah..... saya mau menyambut adik saya yang baru pulang kuliah, kalian Tolong bantu jaga keamanan kampung kita agar tidak ada serangan susulan.
Akhirnya Dadang pun pergi meninggalkan warga kampung yang sedang mengerumuninya menghampiri Abduh yang masih terdiam di dalam mobil, sedangkan Badru membagi tugas anak buahnya untuk mengurus orang yang terluka dan sebagian berjaga-jaga.
"Nathan ke mana Duh?" tanya Dadang sambil menatap adiknya dari kaca yang sudah hancur.
"Nggak tahu Kang, tadi dia keluar...!" jawab Abduh dengan wajah datarnya.
"Akang minta maaf kalau Kejadian ini selalu terjadi menimpa warga Kampung kita, karena kita tidak bisa memilih di mana kita tinggal dan di mana kita hidup, kita hanya bisa menjalani kehidupan yang sudah diwariskan oleh orang tua kita. mau tidak mau kita harus berada dalam situasi yang sangat tidak diinginkan, Kampung kita kampung segaranten harus terus bermusuhan dengan Kampung Cisaga." ungkap Dadang dengan raut wajah yang murung.
"Iya Kang kalau orang sudah diliputi dengan amarah dan dendam, kita tidak bisa berbuat banyak. saya sangat paham dengan perjuangan Akang yang ingin mendamaikan kedua Kampung ini. tapi selalu ada saja penolakan semoga saja ke depannya ada orang yang mampu menengahi sehingga kita bisa hidup dengan damai."
"Amin.... Ya sudah ayo keluar Kakak iparmu sudah menunggu..." ajak Dadang sambil membukakan pintu mobil minibus untuk adiknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
saepul dalari
teruslah
2023-07-19
0