Perpindahan Jiwa Sang Penulis

Perpindahan Jiwa Sang Penulis

01. Terbangun Kembali

Disebuah cafe yang sepi pengunjung, seorang gadis tampak sibuk dengan laptop yang menyala didepannya juga kaca mata minus yang bertengger manis di hidung mancungnya. Sesekali gadis itu menyeruput coklat hangat nya dengan mata yang tak teralihkan sedikitpun dari layar laptop.

Sebuah tepukan pelan di bahunya berhasil membuat Rene mengalihkan pandangan nya sejenak, "Re! Jadinya, lo bakal film-in cerita yang mana? Tiga karya lo semuanya ditawarin buat jadi film juga, kan?"

Rene mengangguk pelan, tapi masih saja sibuk dengan laptop didepannya. "Jawab gue dong, Re! Lo bakal film-in yang mana?"

"Mungkin yang 'Begin With Love'," jawabnya seraya menutup layar laptop lalu memusatkan perhatian nya pada seorang gadis didepannya.

Tampaknya, gadis itu kurang setuju dengan pilihan Rene mengenai karya yang akan difilmkan. "BWL? Yakin? Kenapa nggak yang 'Dangerous Trap' aja? Menurut gue, DT bakal lebih boom sih kalo beneran difilm-in."

"DT lagi proses revisi, lo tau kan kalo gue bakal buat sequel nya dalam waktu dekat ini, jadi buat ngefilm-in DT kayaknya nggak dulu deh." Jelasnya yang di angguki mengerti oleh gadis didepannya itu.

Gadis itu meraih gelas berisi coklat hangat milik Rene yang sudah sisa setengah, lalu meminum nya tanpa permisi. "Terus yang 'Labirin', bakal lo buat sequel nya juga gak?"

"Nggak deh, males gue."

"Yailah! Sayang banget anjir, udah tiga puluh juta pembaca di ******* terus juga udah laku keras di Gramedia, masa gak mau lanjutin?" Cecar Yumna yang merasa gemas dengan ucapan dari sahabatnya itu.

Sama gemas nya dengan Yumna, Rene pun menjitak kening gadis itu pelan. "Lo pikir bikin alur gampang? Gue lagi sibuk sama sequel DT dan BWL yang mau difilm-in, jadi buat Labirin bisa nanti."

Yumna menyengir tanpa dosa, benar sih apa yang Rene ucapkan. Karena dulu, Yumna pernah mengajak Rene untuk kerja sama dalam membuat satu cerita. Dengan pede, Yumna mengajukan diri sebagai penentu alur dan dia juga yang akan membuat setiap chapter nya.

Tugas Rene hanya revisi, bahasa kasarnya-Yumna mau pansos diakun nya Rene biar karyanya bisa sukses juga. Rene tak masalah dengan hal itu, tapi yang menyebalkan nya, Yumna malah berhenti ditengah jalan dengan alasan stuck ide. Jadilah Rene yang diteror pembaca nya karena dianggap menggantung sebuah cerita.

Akhirnya, cerita yang belum jalan setengah nya itu di take down oleh Rene. Membiarkan Yumna misuh-misuh dan memilih melanjutkan hobi nya sebagai seorang dancer. Dan terbukti, kini Yumna sudah menjadi penari hebat yang wajahnya sudah dikenal kalangan remaja milenial sebagai anggota dari salah satu girlband di negara mereka ini.

"Dah jam sebelas, gue balik ya, Re! Besok harus manggung juga, jadi gue mau istirahat dulu. Lo bawa mobil kan?"

Rene mengangguk, "Semoga lancar acaranya dan gue bawa mobil kok."

Yumna melambaikan tangannya sambil tersenyum, "Bye Re!!"

"Bye!"

Selepas kepergian Yumna, Rene memilih merapikan laptopnya dan segera pergi karena cafe ini akan tutup beberapa menit lagi. Didalam mobil, Rene tak berniat melajukan mobilnya sekarang dan dia lebih memilih membuka ponselnya lalu menekan aplikasi berwarna orange, *******.

Membuka akun pribadi nya dan memilih menjelajahi kolom komentar cerita nya yang berjudul Dangerous Trap. Jutaan komentar memenuhi lapak DT, kebanyakan komentar tentang mereka yang gemas dengan pemeran utama dan juga greget dengan antagonis di cerita itu.

'Ah bego banget! Harusnya jangan pukul kepala, tapi buwung nya!'

'Ih gemes banget deh sama si Daeva, kenapa doyan banget nangis sih?'

'Bodo amat, gue tim Aglaia-Lucas!'

'Setuju sama yang diatas!'

'Author, pokoknya kalo Aglaia gak sama Lucas di sequel, gue sumpahin lo gak dapet jodoh!!'

Tanpa bisa dicegah, Rene bergidik ngeri membayangkan kalau koment itu menjadi nyata. Sebucin-bucinnya Rene sama tokoh fiksi, tetap saja dirinya ingin memiliki jodoh di dunia nyata ini. Tak muluk-muluk kok, hanya saja harus tinggi diatas 180 cm, kulit putih mulus kayak Chenle, mata setajam pisau tapi lembut saat bersama dirinya saja, alis tebal, bulu mata lentik, punya ABS, singkatnya, kayak Manu Rios atau Jung Jaehyun lah.

"Readers gue seram-seram banget sih," Gumamnya seraya mematikan ponselnya dan mulai menyalakan mesin mobilnya.

Meski sudah kebal dengan hate comments atau pun sumpah serapah yang ditunjukkan untuknya, tetap saja ada kalanya Rene merasa sedih juga khawatir kalau sewaktu-waktu, sumpah serapah itu beneran terjadi pada dirinya. Membayangkan hal itu, Rene mendadak tak fokus pada jalanan didepannya.

Ketika tikungan tajam berada didepannya, Rene tersentak dari lamunan nya dan segera membelokkan setir nya kearah kanan tanpa menyadari kalau ada mobil lain yang hendak menyalipnya dari sisi kanan. Karena hantaman yang sangat kencang, sisi kanan mobil Rene rusak parah.

Berdampak pada Rene yang duduk di kursi kemudi, posisi tubuhnya terjepit bagian depan mobil yang menabraknya. Pecahan kaca dari depan dan samping berhasil melukai seluruh tubuhnya hingga cairan kental berwarna merah mulai merembes keluar, membasahi dress putih yang Rene kenakan.

Sebelum kesadaran menarik dirinya dengan paksa, samar-samar Rene mendengar suara sirine polisi. "Semoga pembaca gue bisa memaafkan gue yang suka bikin mereka kesel," lirihnya.

Perlahan tapi pasti, mata itu terpejam bersamaan dengan tim kepolisian yang mulai mengeluarkan dirinya dari dalam mobil.

...***...

Dalam tidurnya, wanita itu tersentak kaget lalu terduduk dengan napas terengah-engah. Keringat sebesar biji jagung membasahi kening nya yang mulus kinclong, nyamuk yang lewat pun pasti akan terpeleset karena terlalu licin.

Mata itu menatap sekeliling dengan panik, seingatnya, dia sedang diperjalanan lalu hendak belok tapi sebuah mobil dari arah belakang kanan malah menabrak mobilnya. Tapi kenapa dirinya disini? Ini jelas bukan neraka, mana ada neraka yang dingin kayak di AC?

Lebih tidak mungkin kalau Rene masuk surga, karena dia sadar diri, dosa nya pada para pembaca setianya sudah begitu numpuk seperti cucian kotor. Dirinya sangat suka menggantung cerita dan akan update seabad kemudian, dirinya juga suka sekali mempermainkan perasaan pembaca nya. Dari yang senang bisa tiba-tiba nangis kejer terus dibuat kesal bukan main.

"Gu-"

Ceklek.

"Selamat pagi, Nyonya. Mari saya bantu membersihkan diri, air hangat dan pakaian anda sudah disiapkan. Anda harus segera membersihkan diri karena dua puluh menit lagi, sarapan bersama akan dimulai."

Mata Rene mengerjap, menatap bingung seorang perempuan berpakaian khas pelayan yang terus nyerocos tanpa henti. Sampai akhirnya, Rene dituntun masuk ke kamar mandi dan sialnya, Rene hanya diam, menurut begitu saja. Tapi ketika si pelayan hendak membuka tali piyama nya, Rene sontak memeluk tubuh nya sendiri.

"APA YANG LO LAKUIN ANJIR?! G-gue, gue masih suka batang! Awas jauh-jauh! Jangan deket-deket sama gue!" Pekiknya dengan raut wajah seperti perawan yang mau di perkosa.

Pelayan bernama Lanie itu mengernyit, ada apa dengan Nyonya yang sangat anggun dan menjunjung tinggi harga dirinya itu. Kenapa Nyonya nya bisa berteriak sehisteris itu? "Nyonya, saya hanya ingin melaksanakan tugas saya seperti biasanya."

Mata Rene memelotot sempurna sambil mundur perlahan, tugas? Apa tugas dia 'iya-iya' sama cewek? Ih geli! Batinnya menggebu dengan perasaan was-was.

"Lo! Pergi! Gue bisa mandi sendiri!" Ketus Rene saat dia sudah menyadari kalau sedang berada dikamar mandi.

Meski bingung, Lanie tetap mengangguk. "Kalau begitu, saya permisi dulu Nyonya. Jika anda membutuhkan sesuatu, panggil saja saya, saya menunggu didepan pintu kamar Nyonya."

Selepas kepergian Lanie, barulah Rene menghela napasnya dengan lega. Gadis itu berjalan mendekati pintu dan segera mengunci nya, takut kalau Lanie tiba-tiba masuk. Setelah dirasa aman, barulah Rene berbalik badan dan terpaku menatap pantulan wajah di cermin besar itu.

"Dilraba Dilmurat? Gila, unreal banget visualnya!" Decak Rene dengan kagum yang belum menyadari tentang siapa sebenarnya yang ada di pantulan cermin itu.

Saat tangan nya terulur ke depan hendak menyentuh pipi yang katanya Dilraba, gerakan nya malah diikuti cermin itu yang berhasil membuat tangan Rene terhenti di udara. Ingin lebih memastikan, Rene pun beralih menampar pipinya sendiri yang membuat pantulan di cermin mengikuti apa yang dia lakukan.

Sontak, tubuh Rene membeku dengan mata terpaku serta lidahnya yang mendadak kelu. Seakan waktu berhenti bergerak, begitu pun dengan Rene yang berdiri diam bak patung. Ketika napas nya terasa sesak karena dia menahan napas sejak tadi, barulah Rene kembali tersadar ke dunia.

Wajahnya memerah seperti kepiting rebus karena entah sudah berapa lama dia menahan napas dengan tubuh kaku seperti jelmaan patung. Sampai akhirnya, ketukan di pintu berhasil membuat Rene tersentak kaget untuk yang kesekian kalinya. Awas jantungan, mana masih muda, kan sayang.

"Nyonya, semuanya sudah menunggu kedatangan anda diruang makan. Apa anda sudah selesai mandi nya?"

Itu suara si perempuan yang tadi, Rene pun segera membuka pintu yang berhasil membuat Lanie menatap terkejut juga panik pada sang Nyonya yang wajah nya memerah padam. Bahkan pipi kiri Nyonya nya terlihat lebih merah seperti bekas ditampar dengan cukup kuat.

"Nyonya, anda kenapa?"

Rene menutup mulut Lanie dengan jari telunjuknya, lalu berdecak. "Saya ingin istirahat, bawakan saja sarapan saya keatas."

"Nyonya sedang tidak enak badan?"

"Bilang saja begitu."

"Saya akan segera menelpon Dokter Aiden!"

Rene menggeleng, "Tidak usah. Saya hanya butuh istirahat."

"Tap—"

"Tidak ada bantahan," Rene menatap tajam si pelayan yang berhasil membuat Lanie mengangguk pasrah.

"Sekarang, silakan kau pergi!"

Selepas Lanie pergi, barulah Rene menghempaskan tubuhnya keatas ranjang empuk itu.

...***...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!