Kokok kan ayam biasanya terdengar nyaring ketika pagi menjelang, saat-saat dimana matahari mulai terbit dari arah timur. Tapi dikediaman yang sangat mewah itu, jelas tidak ada hewan bernama Ayam hidup yang membuat Rene terbangun karena gangguan dari cahaya matahari.
Ketika cahaya terang menyorot retina matanya dari celah-celah gorden yang sedikit tersingkap, Rene mulai mengerjapkan matanya beberapa kali sambil mengumpulkan nyawanya yang masih di awang-awang. 30 detik berselang, Rene pun mulai terbangun dengan sempurna.
Kepalanya menoleh kearah samping yang membuat hidungnya langsung bersentuhan dengan hidung mancung pria yang menjadi suami fiksi nya itu, Rene mengukir sebuah senyuman tipis sambil melepaskan perlahan tangan kekar Lucas yang memeluknya erat.
Setelah berhasil terlepas, Rene pun bergegas menuju lemari gantung di walk in closet nya. Meraih sebuah kimono dengan warna hitam beraksen bunga-bunga sakura, dia pun memilih memakai kimono itu untuk menutupi tubuh polosnya dengan membiarkan rambutnya tergerai indah.
Tanpa menunggu lama, Rene pun segera berjalan menuju dapur karena ingin membuatkan sarapan. "Pagi, Bi."
Para pelayan yang tengah sibuk di dapur langsung tersentak kaget saat sang Nyonya tiba-tiba menyapa mereka di pagi hari, mereka semua menunduk sopan sambil menjawab sapaan Rene tak kalah ramah. "Pagi juga, Nyonya. Ada yang bisa kami bantu?"
"Ah, saya ingin meminjam sebentar dapurnya. Apa boleh?" Tanya Rene dengan nada suara yang terdengar lembut.
Wanita yang berusia sekitar 50 tahunan itu melangkah maju, dia kepala pelayan. "Silakan, Nyonya. Jika ada sesuatu yang dibutuhkan, langsung panggil kami saja."
Rene tersenyum, "Baiklah."
Setelahnya, Rene pun lekas mengambil beberapa sayuran didalam kulkas dan mulai berkutat dengan peralatan dapur yang lagi-lagi berhasil membuat para pelayan menatapnya kagum. Terutama Lanie, dia merasa kalau dia sudah mengenal Nyonya nya sejak lama dan tahu segalanya tentang Nyonya nya tapi kini dia ragu.
Memang kenyataan nya, Lanie menghabiskan masa mudanya dengan mengabdikan diri pada Aglaia. Dia mulai menjadi pelayan pribadi Aglaia sejak baru berusia 13 tahun, menjadi seorang pelayan kecil yang selalu direndahkan hingga Aglaia mengangkatnya menjadi pelayan pribadi sekaligus teman bercerita.
Perekonomian keluarganya sangat buruk, Ayahnya telah meninggal sejak dirinya berusia 4 tahun, meninggalkan dirinya, Kakak nya, kedua Adiknya, dan sang Ibu. Memang pada dasarnya tak memiliki pendidikan yang memadai, Ibunya pun hanya bisa bekerja serabutan entah sebagai buruh cuci atau setrika.
Diusianya yang baru 13 tahun, Lanie memohon pada satu keluarga kaya agar mempekerjakan dirinya sebagai apapun dia tak masalah, yang penting bisa mendapatkan uang. Akhirnya, Nyonya besar keluarga kaya itu memintanya agar menjadi pelayan pribadi Cucu kesayangan si Nyonya besar dan harus mematuhi seluruh perintah Nona muda.
Tanpa pikir panjang, Lanie pun menerima pekerjaan itu. Dan siapa sangka, kalau ternyata si Nona muda sangat baik hati. Nona mudanya itu mengajaknya untuk ikut sekolah hingga sekarang, Lanie bisa meraih keberhasilan di pendidikan nya dengan lulusan S1 Sarjana hukum. Tapi demi balas budi, Lanie enggan berhenti bekerja sebagai pelayan pribadi Aglaia.
Nyonya besar pun tak memaksa, kalau Lanie ingin melanjutkan kuliah nya atau bekerja sebagai penguasa hukum, Nyonya besar tak masalah. Dia hanya ingin membahagiakan Cucunya dan menuruti permintaan Cucu nya yang ingin kalau Lanie bisa sekolah sampai tinggi-tinggi. Terbukti, sekarang Lanie bisa membiayai sekolah Adik-adiknya.
Bahkan Nyonya besar membayar Lanie dengan gaji yang sangat tinggi, jadi tak rugi kalau S1 sarjana hukum malah menjadi pelayan pribadi. Makanya, sampai detik ini Lanie masih setia menjadi pelayan pribadi Aglaia. Terhitung, keduanya sudah bersama hampir 14 tahun tapi Lanie masih merasa, kalau dia tak sekenal itu pada Nona mudanya.
Sementara itu, Rene telah selesai membuat hidangan untuk sarapan pagi ini. Dia pun langsung melepas apron nya dan berjalan menuju kamarnya bersama Lucas, sesampainya di sana, suara gemericik air dari arah kamar mandi terdengar yang menandakan kalau Lucas sedang membersihkan diri.
Rene pun lekas membereskan kasur, mengambilkan pakaian kerja untuk Lucas, dan terakhir membangunkan Putra tampannya. Masih dilantai yang sama tapi berbeda kamar, Rene menggeleng pelan saat melihat Ezekiel masih asik di alam mimpinya. Rene berjalan mendekat, duduk ditepi ranjang dengan seprei bermotif Princess Sofia.
Ya, Putra tampannya itu sangat menyukai serial kartun Princess Sofia! Alasan nya tentu karena Rene sangat menyukai kartun satu itu, dia pun menuangkan kesukaan nya menjadi kesukaan tokoh anak kecil disalah satu karyanya. Jadilah, Ezekiel sangat bucin pada Princess Disney bernama Sofia.
Sekaligus sebagai ciri khas tokoh Ezekiel dalam cerita Dangerous Trap, mengingat karyanya yang satu itu, tanpa sadar Rene memudarkan senyumnya, wajahnya berubah sendu. Betapa jahatnya dia saat menciptakan tokoh Ezekiel namun dengan segala macam kesedihan yang bocah itu tanggung sendiri.
Kala Aglaia sudah meninggal, Ezekiel mau tak mau hidup bersama keluarga baru Ayahnya. Dia selalu menyaksikan kedekatan antara Ayahnya bersama anak-anak tiri pria itu. Mereka selalu bercanda ria, bahkan tak segan Lucas mengelus perut buncit Daeva didepan bocah malang itu.
Saat melihat Ayahnya mengelus perut Daeva, Ezekiel merasa kalau dunia tak adil untuknya dan Ibunya. Ibunya sangat baik, tapi kenapa selalu di jahati? Kini rasa bersalah dalam dada Rene semakin membesar, dirinya memang pantas dibenci ternyata. Karena tega membuat takdir seburuk itu untuk bocah berusia 5 tahun kurang.
"Mommy?"
Suara serak khas bangun tidur berhasil membuat Rene tersentak dari lamunan nya, Rene menunduk menatap wajah polos Putra tampannya yang berhasil membuat air matanya menetes tanpa bisa ditahan. Rene segera menunduk, mengecup seluruh wajah Ezekiel dengan penuh sayang.
"Maaf, maafkan Mommy..." Maafkan aku sebagai Rene, anak tampan. Dia hanya bisa melanjutkan ucapannya didalam hati dengan rasa sesak dan menyesal.
Bocah kecil itu tampak bingung sebelum mengangkat tangannya lalu menghapus lembut air mata di pipi Rene, "Mommy tidak salah lantas kenapa meminta maaf padaku? Bagi aku, Mommy adalah yang terbaik! Jangan menangis, Mom. Air mata Mommy terlalu berharga untuk menangisi aku,"
Rene terkekeh pelan, "Mommy menangis bahagia dan kamu adalah yang paling berharga bagi Mommy."
"Tapi aku masih hidup, Mom. Aku belum mati, jadi jangan tangisi aku yang hanya akan membuat matamu lelah dan sakit." Ucapnya sambil tersenyum manis.
Perasaan Rene seperti ditumbuhi ribuan bunga yang bermekaran, menunjukkan betapa lega dan bahagia nya dia sekarang. Tapi ada satu hal yang membuatnya merasa aneh, darimana bocah umur 5 tahun bisa mengetahui kalimat manis seperti itu? Anaknya tak akan menjadi buaya darat kan?
Seakan mengerti kemana pemikiran Rene, Ezekiel tersenyum lebar. "Buku novel Alice sangat bagus, Mom! Aku pernah membaca salah satu cerita novel milik Alice, judulnya Penjahat Cinta!"
Mata Rene memelotot kaget, Penjahat Cinta? Dirinya ingat, judul itu memang pernah dirinya sematkan dalam dialog salah satu tokohnya. Dia pun menjelaskan tentang buku Penjahat Cinta itu yang menceritakan tentang kisah percintaan remaja yang dipenuhi kebucinan, sontak Rene menatap penuh selidik pada Ezekiel.
Mendadak, bocah 5 tahun itu mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya. "Piece, Mom! Aku tak membaca keseluruhan, hanya beberapa bab lalu terciduk Alice."
Menghela napasnya pelan, Rene mengangguk sambil tersenyum lembut. "Kamu harus sekolah, lekas mandi, sarapan, lalu Mommy akan mengantar mu ke sekolah nanti. Ayo bangun!"
Dengan semangat, Ezekiel meloncat dari atas kasur yang membuat Rene tertawa gemas. "Mau Mommy bantu mandi, Boy?"
Cepat-cepat Ezekiel menggelengkan kepalanya, "No! Aku bisa sendiri, aku sudah besar, Mom!"
"Baiklah, selesai mandi dan berpakaian, langsung kemeja makan, minta temani Marry. Paham, Nak?"
"Paham, Mom!"
"MOMMY! I LOVE YOU!"
Rene terkekeh, "Love you too Boy."
Tersenyum sekali lagi, Rene pun segera berjalan menuju kamarnya untuk membersihkan diri. Saat pintu terbuka, bersamaan dengan Lucas yang baru menyelesaikan mandinya. Rene tersenyum malu melihat sesuatu yang tak asing dileher suaminya itu, dia pun berjalan menuju kamar mandi.
"Aku mandi dulu, pakaian kerja kamu udah ada diatas kasur." Ucap Rene seraya melesat masuk ke kamar mandi.
Lucas mengangguk pelan dan segera berpakaian.
20 menit kemudian, Rene keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit di kepala nya dan juga bathrobe yang menutup tubuh polosnya. Kening Rene berkerut bingung, saat melihat Lucas yang masih duduk di sofa sambil memainkan ponselnya.
"Kamu belum turun? Sarapan sudah aku buat," Ucap Rene seraya berjalan melewati Lucas karena dia akan berpakaian di walk in closet nya.
Pria tampan itu mendongak, menyimpan kembali ponselnya dan berjalan mengikuti Rene dari belakang. "Aku akan berpakaian, bisa tunggu didepan saja?"
Tanpa memperdulikan ucapan Rene, Lucas malah memeluk nya dari belakang dengan dagu yang dia taruh diatas bahu Rene. Lingkaran tangan Lucas pada perut Rene mengerat, hembusan napas hangat dari Lucas terasa dileher jenjang Rene yang membuatnya merasa menggelitik.
"Aku disini dan silakan berpakaian. Tak usah malu, karena kamu akan semakin sering tak memakai pakaian saat bersamaku."
Tak bisa dicegah, rona merah menjalari kedua pipi Rene bahkan telinga wanita itu. "Kau terlalu frontal, Tuan Elguerro."
Mengangkat bahunya tak perduli, Lucas pun menempelkan bibirnya dileher sang istri dan kembali membuat karya nya. "Aku ingin," ucapnya dengan nada suara serak.
Mata Rene kembali memelotot dibuatnya, "Astaga! Semalam kau sudah membuat ku kelelahan, di kantor pun sudah, sekarang mau lagi?! Tak ada! Aku harus mengantar anakku sekolah, ak—Mmpph!"
Memutar cepat kepala Rene hingga menoleh kearah kanan, Lucas pun segera ******* bibir yang super bawel itu. "Baiklah, cepat bersiap. Aku tunggu didepan,"
Melihat kepergian Lucas, Rene hanya bisa mengelus dada sabar.
Suami gue kok agresif banget sih, astaga.
...***...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments