"*Pada senja kuceritakan semua kekagumanku tentangmu. Tentang senyum hangatmu, suara lembutmu, dan ceriamu.
Menceritakan bagaimana bisa hatiku terkunci olehmu sekian lama.
Hari ini kita kembali bertemu, namun lagi-lagi aku tak mampu bicara dan hanya bisa memendam, memujamu dalam diam.
Entah, akankah cinta ini bisa terungkap pada akhirnya? Yang jelas, hatiku terisi penuh olehmu.
Dalam diam, aku mencintaimu.
Kusimpan rasa dibalik tabir rahasia.
Mengagumimu dalam seribu bahasa.
Tersulam rindu dalam jiwa, sunyi tanpa suara.
Angin, sampaikan rinduku dari bibir yang terus membisu.
Dalam goresan tinta, kuuraikan segenap rasa berbentuk kata.
Kusampaikan kekagumanku lewat cara sederhana.
Izinkan aku mencintaimu.
Dariku, pengagum rahasia yang hanya mampu mengungkapkan isi hati lewat goresan tinta*."
"Dave, kamu udah tidur?" Tanya Dara dari luar kamar, Dave buru-buru menutup buku catatan kecil itu. Buku yang selama ini menjadi saksi bisu akan kekagumannya pada sosok Zea.
"belum bun." Sahut Dave lalu membuka pintu kamarnya.
"Kamu gak makan malam sih? Makan dulu entar anak bunda sakit." Kata Dara sambil membenarkan rambut putra bungsunya yang acak-acakan. Dave tersenyum manja kearah ibunya, dia lah orang yang paling muda dirumah ini. Jadi tidak ada satupun yang bisa mengalahkan sifat manjanya pada Dara.
"Dave belum lapar bunda, entar kalo lapar Dave makan kok." Sahutnya sambil merebahkan kepala dibahu Dara. Dara menepuk pipi Dave pelan sambil tersenyum.
"Iya, tapi jangan lupa makan ya." Sahut Dara, Dave mengangguk cepat lalu Dara pergi kekamarnya.
"Sayang" Panggil Dara, mengganggu suaminya yang sedang asik bermain game ditelepon genggamnya.
"Hmmm...." Sahut Daniel yang masih tetap fokus dengan aktivitasnya.
"Kamu ngerasa gak kalo hari ini Dave kita aneh." Ucap Dara duduk disamping Daniel.
"Berubah kenapa? Gak ada yang berubah, masih tetep kek bocah SD manjanya kebangetan." Mendengar hal itu Dara langsung merebut handphone milik Daniel sambil memasang wajah masam membuat Daniel mati kutu. Sadar jika istrinya kesal dengan sikap acuh Daniel, Daniel langsung memutar arah duduknya dan kini duduk menatapi wajah cantik Dara yang tidak terlihat berubah walau diusia yang kini sudah matang.
"Apa?" Sambar Dara melihat tingkah suaminya.
"Kamu galak banget sih, tambah manis tau." Ucap Daniel gemas sambil mencubit hidung mancung wanita itu.
"Kamu dengerin ceritaku gak sih?" Protes Dara melipat kedua tangan didepan dada.
"Denger sayang, tentang Dave kan? Dave kenapa? Apa yang berubah?" Tanya Daniel menggenggam tangan Dara.
"Dave hari ini kek bener-bener seneng banget." Jelas Dara mulai serius, Daniel berbaring dipangkuan Dara sambil mendengarkan cerita istrinya.
"Mungkin dia habis ngelewatin hari yang bahagia atau berkesan. Lagian anak-anak udah pada besar, mereka punya jalan masing-masing. Selama itu masih dalam hal positif dan gak merugikan pihak manapun gak masalah menurutku." Sahut Daniel memainkan rambut panjang istrinya.
"Aku tau, tapi dimataku mereka tetap bocah-bocah kecilku. Aku tau, akan ada saatnya aku gak harus selalu ikut campur urusan mereka. Tapi, yang namanya orangtua apalagi seorang ibu gak akan bisa nutup mata sedikitpun dari anak-anaknya. Entah saat dia bahagia, atau sedang sedih." Tambah Dara, mendengar hal itu Daniel bangun lalu meraih kedua tangan Dara dan mengecup punggung tangan tersebut.
"Kamu bidadari yang Tuhan kirim untuk aku, Davin dan Devan. Kamu jantung untuk kami bertiga, kamu nafas dan dunia kami bertiga. Semoga Tuhan selalu memberikan kesehatan, umur yang sangat panjang dan hati yang selalu lembut. Thanks for all my love." Kata Daniel tersenyum, membuat pipi Dara memerah tersipu malu.
"Aamiin. Thanks for being in my life." Balas Dara mengecup lembut bibir suaminya.
***
"Dad, mom. Ummmm Zea mau ngomong." Kata Zea menghampiri El dan Luma yang sedang duduk santai diruang keluarga. Zea langsung duduk diantar kedua orang tuanya, gadis itu memang tidak bisa menghilangkan sifat manja walau sudah dewasa.
"Ngomong apa anak cantik?" Kata Luna sambil mengusap lembut rambut panjang Zea.
"Umm.....Bang Davin udah cerita belum soal bisnis yang mau dia mulai sama Tian?" El meletakan majalah yang ada ditangannya keatas meja dan mulai mendengarkan Zea.
"Udah, bang Davin udah izin sama daddy dan ayah untuk menjalankan bisnis itu dan kamu ditawari untuk jadi modelnya kan?" Tanya El tersenyum.
"Iya, Zea mau minta izin boleh gak kalo Zea ikut serta disana?" Tanya gadis itu sedikit ragu dan malu.
"Hmmmm......Boleh gak mom?" Tanya El melihat kearah Luna.
"Gimana ya?" Ucap Luna menggoda anak gadisnya, membuat Zea gemas menunggu keputusan kedua orangtuanya.
"Mommy, please....." Rengek Zea memasang wajah imut dan menggemaskan membuat kedua orangtuanya serasa ingin mencubit pipi anak gadisnya itu.
"Entar ganggu kuliah kamu." Sahut Luna makin membuat Zea tidak sabaran.
"Zea janji itu semua gak akan ganggu kuliah Zea. Boleh ya mom, dad...Please." Zea kembali merengek berusaha mengambil simpati kedua orangtuanya agar diizinkan untuk ikut serta dalam pekerjaan tersebut.
Luna menari nafas panjang lalu berfikir sejenak sebelum memberikan izin pada anaknya. Sedangkan El tersenyum sambil mengacak rambut pajang Zea.
"Daddy....." Kata Zea lagi menariki lengan baju El.
"Daddy sih yes, tapi keputusan akhir tetap sama mommy." Sahut El tersenyum sambil melihar kearah Luna
"Mommy....." Kini gadis itu beralih menatap wajah Luna yang masih memikirkan keputusan untuk Zea.
"Janji gak akan ganggu kuliah kamu?" Tanya Luna sekali lagi untuk memastikan. Zea mengangguk yakin memastikan hal tersebut pada kedua orangtuanya.
"Oke, deal." Tambah Luna, mendengar hal itu Zea langsung melompat kegirangan karena hal tersebut memang menjadi cita-citanya. Anak sulung keluarga Leondra rersebut memiliki hobi bergaya didepan kamera, dari kecil ia ingin menjadi seorang model papan atas terkenal dan mendunia.
"Thank you mom, thank you dad." Ucap Zea lalu mencium pipi kedua orangtuanya secara bergantian.
"Good luck baby." Sahut El tersenyum begitu juga dengan Luna yang ikut merasakan kebahagiaan untuk anaknya.
"Ya udah kalo gitu Zea mau kabarin bang Davin dulu ya." Zea lalu pergi kekamarnya dengan perasaan yang benar-benar sangat bahagia.
"Kenapa lo?" Tanya Calla saat berpas-pasan dengan Zea. Zea hanya tersenyum lalu mencium pipi sangnadik membuat Calla menjerit tidak terima.
"HEH!...CEWEK GAK SOPAN, MAIN SOSOR-SOSOR AJA!" Teriak Calla nyaring membuat kedua orangtuanya yang melihat menggelengkan kepala. Sedangkan Zea sudah berada didalam kakamarnya.
"Calla, kok gitu sih ngomongnya sama kakak?" Protes Luna memasang wajah serius.
"Dia sih mom, gak ada hujan gak ada petir tau-tau main cium aja." Sahut Calla membuat El tertawa mendengar hal itu. Calla lalu berpaling ingin pergi dari tempat ia herdiri sekarang.
"Kamu mau kemana buru-buru?" Tanya Luna lagi.
"Mau cuci muka, takut jerawatan." Sahut Calla santai lalu pergi kekamar mandi untuk benar-benar mencuci wajahnya.
"Mereka berdua, aku kadang bingung mesti gimana nanggapinnya. Tiap ketemu berantem mulu, ribut mulu. Ampun deh." Kata Luna membuang nafas panjang. El menggenggam tangan istrinya lalu tersenyum.
"Kamu tau? Walau mereka selalu bertengkar ikatan diantara mereka lebih kuat dari yang kita pikirkan." Ucap El, Luna melihat kearah suaminya lalu tersenyum.
"You are my everything. My friend, my love, my home, my warmth, my happiness, and may future. I love you." Ucap Luna mencium punggung tangan suaminya. El tersenyum lalu membawa Luna kedalam pelukannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
anonim
Calla iiihhh dicium kakaknya cuci muka wkwkwk
2024-07-18
0
Fhita Iftha
so swiit luna bang El Romantis nya
dara sama Daniel juga😘
2020-11-07
2
Ayu Arthamobilindo
el hebat
2020-10-13
1