Tamu Tidak Di Undang

Datuk Priok dan Ramli berlari menuju lapangan desa.

Tapi sudah terlambat. Semua warga desa telah habis di bantai sampai mati.

Saldi masih terlihat bernyawa, Ramli berlari menuju arahnya, memapah kepala yang penuh darah.

"Siapa yang melakukan ini pakde? "

"Laaaaasttri.... "  Suara pak desa gemetar hebat hingga akhirnya Saldi merenggang nyawa di pangkuan Ramli.

Datuk Priok terlihat pucat pasi, wajahnya di penuhi rasa bersalah yang mendalam.

Bagaimana pun dialah yang memberikan tanda aman bagi semua warga untuk berkegiatan malam kembali.

Warga desa semuanya habis terbantai, jiwanya melayang ke udara menjadi kabut menyedihkan.

"Saya takut datuk, saya takut"

"Saya mau pergi datuk"

"Tunggu Ramli"

Ramli berlari pergi meninggalkan desa dan menghilang dibalik malam yang gelap.

Datuk Priok duduk di kursi tengah yang tadi di duduki oleh Lastri.

Ekspresi wajah datuk Priok tak bisa di jelaskan.

Dia meneguk arak sampai habis. Membiarkan arak kuat menghangatkan tubuhnya dari udara dingin yang di pancarkan oleh jiwa-jiwa roh yang meninggalkan tubuhnya.

Datuk Priok menatap nanar semua tubuh yang berserakan, darah segar di mana-mana membuat lututnya gemetar dan hatinya ikut berdarah

"Andai saja aku bisa menahan Lastri, semua warga desa tidak akan habis seperti ini"

Lama Datuk terdiam, lalu bersiap melakukan ritual di tempat tersebut.

Tidak mungkin seorang aki-aki bisa mengubur semua mayat yang sangat banyak.

Datuk Priok tak punya pilihan lain selain meminta bantuan dari para Iblis.

"Atas Ghaib yang terselubung dalam bayangan fana"

"Pada setiap tetes darah yang membuat kenyang"

"Berkunjunglah nafsu ke bumi dengan sekali hentakan"

Datuk Priok terus mengulang kata dan guci di contelan celana usang itu bergoyang hebat

Hingga muncullah 17 iblis nafsu yang terlihat kurus dan kelaparan sangat hebat

"Priok Sialan kau, terkutuk"

"Tak ada makanan bagi kami 5 tahun ini"

"Makanlah semuanya, berhenti protes terhadap ku"

Datuk Priok membentak semuanya dengan lantang.

Meskipun sudah sangat tua tapi dia bisa melenyapkan semua iblis di depannya ini dengan cepat

Iblis nafsu yang telah di kendalikan sepenuhnya oleh Datuk Priok mau tidak mau hanya bisa diam dan membereskan semua jasad dengan melahapnya sampai habis.

Seketika lapangan yang tadinya penuh lautan mayat sekarang bersih seolah tak ada kejadian mengerikan sebelumnya.

Rumah-rumah warga yang ditinggalkan dibiarkan begitu saja

Tersisa hanya ada udara yang segar, tanah yang subur, dan laut yang kaya akan makhluk hidup didalamnya.

Mbah Priok masih ada di desa Galulang Sukma, dia selalu memberikan sesajen di malam kematian para warga untuk menenangkan arwah warga yang telah terbunuh

Semua awalnya berjalan biasa saja, sampai akhirnya anak-anak gadis di kota mulai cemas karena orang tua mereka yang tidak pernah datang.

Sudah dua kali musim panen terlewati tanpa kabar berita dari sanak keluarga mereka.

Padahal setiap panen orang tua masing-masing gadis akan datang berkunjung menemui dan melepas rindu dengan anak mereka masing-masing

Tidak ada kabar berita dari orang tua mereka hanya ada kiriman uang terus menerus tiap bulan untuk memenuhi kebutuhan mereka selama ada di kota sebelum mendapatkan pekerjaan tetap atau sebelum menikah

Mustika yang saat ini sedang kuliah di kota memasukkan laporan ke pihak berwajib agar segera memeriksa keberadaan orang tuanya di desa Galulang Sukma.

Karena bukan hanya orang tuanya saja yang turut menghilang tapi orang tua anak-anak yang lain juga mengalami hal serupa.

Dua minggu proses laporan akhirnya ditindak lanjuti oleh inspektur polisi bernama Arya agung pratama. Seorang polisi muda dengan potensi yang sangat luar biasa,  pandai mengeksekusi kasus dengan cermat dan bersih

Arya Agung dan seorang rekan polisi bernama Farhan segera ke desa Galulang Sukma.

Mereka menempuh perjalanan cukup jauh dan juga melewati hutan kayu ireng yang cukup gelap dan dipenuhi pohon-pohon tinggi

"Sepi sekali" Farhan melihat seisi desa yang sunyi lalu memarkirkan motor dinas kepolisian miliknya dengan hati-hati

Arya segera turun dari jok belakang dan melihat sekitar

"Apa benar ini desa Galulang Sukma ya Ar? "

"Jangan-jangan kita salah jalan"

"Itu lihat lah" Arya menunjuk papan nama desa yang cukup besar di atas pintu besar yang terbuat dari bambu dan tampak lapuk

"Ah sebesar itu tidak kamu lihat"

"Ohiya haha" Farhan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal

30 menit mereka menyusuri seisi desa yang sepi

"Jalan kaki gini benar-benar capek Ar"

"Kita pakai motor saja kalau begitu"

"Tapi tunggu ya Ar, aku sudah kebelet ini"

Farhan berlari ke semak-semak dan segera buang air kecil. Tak perlu waktu lama dia segera kembali

"Oke udah"

"Tapi kamu yang bonceng ya Ar" Ucap Farhan santai

"Iya ayolah"

Kedua polisi muda ini pun kembali ke pintu desa untuk mengambil motor Farhan dan melanjutkan investigasi di desa Galulang Sukma tersebut

"Tidak ada tanda-tanda kehidupan"

"Mana udara disini juga dingin banget"

"Menyeramkan Ar"

Farhan tidak habisnya mencemaskan keberadaan mereka di dalam desa yang begitu sepi tersebut

"Kalau begitu kita pulang saja dan buat laporan"

"Mau buat laporan apa? "

"Kalau warga desa semua menghilang"

"Kita tidak punya bukti apapun untuk menyimpulkan demikian"

"Tapi kamu ambil saja foto keadaan desa sekarang yaa" Pinta Arya karena dia yang sibuk menyetir motor

Sesekali juga mereka memasuki rumah-rumah warga untuk memastikan tapi tetap kosong tanpa siapapun

"Ga ada apapun Arya disini"

"Kita pulang saja" Rengek Farhan yang semakin tidak nyaman

"Tunggu Farhan"

"Bukankah itu padi yang baru ditanam? "

Tampak padi yang masih tumbuh sekaki orang dewasa itu berarti menandakan belum lama ini ditanam oleh seseorang

"Ditambah ada juga padi yang di keringkan"

"Kemungkinan masih ada orang tersisa disini"

"Ayok kita cari lagi"

"Sepeda motor ini sepertinya juga akan kehabisan bahan bakar, dari tadi kita pakai putar-putar Arya"

"Kita tidak bisa kehilangan jejak Farhan"

"Kalau kita keliling sekali lagi, aku ga yakin kita masih bisa sampai di kota"

"Iya juga ya, malah disini juga sepi dan sepertinya tidak ada bahan bakar tersisa"

"Belum lagi kamu ingat, kita harus lewati hutan Kayu ireng sekali lagi"

"Baiklah kalau begitu, nanti kita kembali lagi ketempat ini"

Arya tetap tidak bisa melepas pandangan dari desa Galulang Sukma

Fikirannya terus berjalan dan berfikir keberadaan warga desa Galulang Sukma yang menghilang misterius serta tanda kehidupan itu jejak dari siapa.

"Kamu tau tidak Arya? "

"Apa"

"Konon desa Galulang Sukma di kuasai oleh Iblis"

"Lantas? "

"Jangan-jangan warga desa di jadikan budak oleh Iblis"

"Kamu lihat deh sekeliling, gelap"

"Dari pada bahas Iblis di tengah hutan gelap ini, lebih baik kamu buka GPS jangan sampai kita tersesat"

"Eh iyaa yah, ngeri juga kalau sampai kita tersesat disini"

45 menit mereka menempuh perjalanan tetap saja kembali di tempat semula.

"Loh Far kenapa balik ke desa Galulang Sukma lagi"

"GPS nunjukinnya jalan kesini"

"Ini udah tiga kalinya Far"

"Yaudah kita coba jalan lain lagi"

"Far"

"Kenapa Ar? "

"Kok wajah kamu cemas begitu"

"Bensinnya habis"

"Astaga, matilah kita"

"Kamu sih, pake acara cerita mistis segala"

"Malah udah gelap banget lagi"

"Kita ga akan sanggup jalan kaki"

"Pokoknya aku gak mau tinggal di desa ini Ar, serem"

"Kita harus tinggal Far, nanti tersesat lagi cuman bikin capek"

Ditengah perdebatan mereka berdua,..

Tiba-tiba seseorang menepuk bahu keduanya bersamaan.

"Apaan sih Ar nepuk-nepuk"

"Loh kamu yang apaan Far nepuk-nepuk segala"

"Tangan aku disini Ar" Ucap Farhan cepat berkilah

"Aku juga" Arya mengangkat kedua tangannya tak kalah cepat

"Hitungan ketiga kita liat kebelakang samaan" Ucap Arya menahan ledakan jantungnya yang berdetak lebih cepat

"Oke Ar"

"1"

"2"

"3"

"Argghh"

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!