Malam ini Arsan baru saja sampai di rumah larut malam, baru saja dia masuk ke dalam rumah namun dia mendapatkan omelan dari Nayra. Ini yang membuat Arsan muak dengan Nayra, apa pun urusan atau kegiatan yang dia lakukan Nayra harus tahu dan untuk pulang ke rumah pun harus tepat waktu jika aku tidak ada lembur di kantor. Sebenarnya aku juga sudah bosan dengan Nayra namun bagaimana lagi bahkan kini diantara kami berdua sudah anak. Ingin sebenarnya aku menceraikannya akan tetapi kedua orang tuaku juga melarangku untuk menceraikan Nayra.
“Dari mana saja kamu? Kenapa selarut mala mini baru pulang, padahal kamu juga tidak lembur,” ucapnya dengan nada sedikit ketus.
Aku mendudukan bokongu di sofa dengan memejamkan mataku, “Bisakah kamu sehari saja tidak mengomel Nayra, selama ini aku sudah menuruti apa yang kamu inginkan namun apa perlakuanmu padamu kepadaku Nay. Jujur saja aku sudah muak denganmu namun dengan adanya anak diantara kita, aku juga tidak semudah itu untuk meninggalkan dirimu.”
“Ck! Apa maksud kamu! Apa kamu ingin menceraikan aku atau mau membunuhku seperti Lucya bodoh itu,” ucap Nayra.
Aku yang tidak suka mendengar nama Lucya disebut oleh Nayra langsung menatapnya dengan tajam. Aku tidak peduli jika nantinya Nayra akan mengadu ke Mama dan Papa lagi pula sudah sering terjadi.
“Kenapa kamu menatapku seperti itu atau memang benar kamu masih mencintainya?” tanya Nayra dengan penuh selidik.
“Terserah kamu mau bicara apa Nay, aku lelah dan aku ingin istirahat. Ingat ini sudah malam dan tidak seharusnya kamu bicara keras yang ada nanti Keyra bangun,” ucapku, setelah itu aku langsung beranjak pergi meninggalkan Nayra yang masih dengan keadaan marah yang mengebu-gebu.
Entahlah, dulu hubunganku bersama dengan Nayra selalu baik-baik saja dan tidak pernah sekali pun kami marah besar satu sama lain namun seiring berjalannya waktu semuanya telah berubaha. Bahkan Nayra sangatlah berbeda dengan Lucya, wanita yang dulu ia cintai dan pernah hidup bersama selama lima tahun. Walau waktu itu hubungan kami di tentang oleh orang tuaku akan tetapi waktu itu aku mencintainya. Namun saat Nayra masuk ke dalam kehidupan kami semuanya berubah, memang hidup itu tidak akan lurus begitu saja dan pasti ada kelokan. Sedikit ada rasa penyesalan akan tetapi semua sudah terjadi dan kini aku sedikit merasa menyesal.
Byurrr …
Aku menenggelamkan semua tubuhku ke dalam bathtub. Aku sedikit pusing memikirkan semuanya, apa lagi setelah diriku bertemu dengan Lucy. Dia sangat mirip dengan Lucya namun ada perbedaan di antara mereka, dimana Lucy terlahir dari anak orang kaya yang juga tersohor di negara ini.
Sungguh dunia ini begitu kejam, kehidupan yang kejam dan semuanya sangat keras. Aku memang lelaki brengsek yang tidak memikirkan semua resikonya, aku selama ini hidup dengan egoku.
Di tempat yang berbeda Lucy masih duduk tenang di balkom sambil menatap langit malam ini. Angin yang bertiup menerpa tubuh Lucy tidak di hiraukan bahkan angin yang memporak porandakan rambutnya. Lucy hanya diam dengan sejuta pikirannya yang ada di kepalanya.
Dimana dirinya yang tiba-tiba siuman di rumah sakit hingga orang yang mengaku sebagai orang tuanya. Bahkan dia lebih syok lagi Dariel adalah tunangannya, kenapa sampai detik ini Lucy belum bisa mengingat segalanya tentang orang tuanya mau pun Dariel.
“Arsan,” ucapnya pelan.
Lucy tersenyum kecut jika mengungat lelaki itu, dimana lelaki itu telah menyakitinya. Lucy juga memikirkan bagaimana caranya dia akan membalas semua perlakuan yang telah dilakukan Arsan dan wanita itu.
“Ya, aku akan membalas kalian semuanya,” ucap Lucy kembali.
Mungkin kehidupannya yang baru ini akan membuat dirinya menunjukkan ke orang-orang yang dulu pernah menindasnya. Lucy akan membuat mereka memohon kepadanya atau kalau bisa Lucy juga akan melenyapkan mereka semua, bukankah saat ini dia juga bisa melakukan apa saja yang dia inginkan dengan sedikit bantuan orang tuanya.
Lucy tahu jika balas dendam ke mereka itu membuatnya tidak cukup namun dengan begitu cukup membuatnya sedikit lega melihat mereka yang sengsara seperti dirinya dulu. Lucy masih ingat dengan jelas perlakuan mereka dan bahkan rasa sakit itu sampai ke relung hatinya yang paling dalam. Lucy tidak bisa memaafkannya begitu saja, bahkan dia juga akan membuat hubungan Arsan dan wanita itu semakin goyah.
“Lucy,” panggil seseorang dengan suara beratnya.
Lucy pun menolehkan kepalanya kebelakang dan betapa kagetnya melihat Dariel dengan keadaannya yang sangat buruk. Lucy pun langsung beranjak dari duduknya dan berjalan mendekati Dariel.
“Ada apa denganmu? Kenapa kamu seperti ini?” tanya Lucy.
Namun Dariel hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya bahkan tangan Dariel.juga meraih tubuh Lucy lalu membawa tubuh Lucy ke dalam pelukannya.
“Kenapa? Apa ada yang menarik dengan Arsan sampai kamu berani makan malam dengannya?” tanya Dariel.
Sungguh aku begitu tidak mengerti dengan Dariel kenapa dia masih bisa mengetahuiku saat aku makan malam bersama dengan Arsan. Bahkan aku sudah memilih tempat yang begitu jauh dan juga tidak ramai pelanggan.
“Aku benci Lucy,” ucapnya.
Lucy melepaskan pelukan Dariel dan membawa tubuh Dariel itu menuju ranjang agar Dariel bisa istirahat. Dariel juga sangat bau alkohol yang begitu menyengat dan Lucy yankin jika Dariel habis minum banyak.
“Kenapa ke sini minum,” ucap Lucy sambil membenarkan tubuh Dariel.
Bahkan lelaki itu hanya dia dan tersenyum sambil memandangi wajah Lucy yang selalu saja cantik di matanya. Sungguh Dariel sangat mencintai Lucy saat pandangan pertama walau pertemuan mereka dan pertunangan mereka dilakukan karena orang tuanya. Namun Dariel tidak pernah menyesalinya dan bahkan dia sangat ingin memiliki Lucy selamanya.
“Argh! Apa yang akan kamu lakukan Dariel,” ucapnya.
Ya, Lucy berteriak kencang karena Dariel menarik tubuhnya sehingga kini Lucy berada di atas tubuh Dariel. Jantungnya juga berdegub dengan kencang dan Dariel semakin insten menatapnya semakin membuat Lucy tidak nyaman.
“T-tolong lepaskan aku,” ucap Lucy.
Bukan Dariel namanya jika akan melepaskan Lucy begitu saja. Kini bahkan Dariel mendekatkan wajahnya dan mencium bibir Lucy dengan lembut. Bahkan perlawanan yang dilakukan oleh Lucy hanya sia-sia saja karena pelukan Dariel lebih kencang sehingga hanya membuat Lucy pasrah untuk kali ini.
Dariel menjatuhkan tubuh Lucy ke sampingnya dan kini posisi Dariel pun diatas. Dariel menatap Lucy dengan satu tangannya menyingkirkan rambut yang menutupi wajah Lucy.
“Kamu milikku,” ucapnya lalu kembali mencium bibir Lucy.
Malam yang begitu dingin kini menjadi hangat karena pasangan kekasih itu sedang bercumbu. Awalnya Lucy yang menolak kini menikmatinya bahkan tangannya dia kalungkan di leher Dariel.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments