Seperti biasa aku kembali bekerja di kantor, bahkan dirinya juga bersikap prefosional seperti sebelumnya walau sebenarnya dia tahu jika atasannya adalah calon suaminya. Hari ini Lucy bersama dengan anak lain sedang melakukan rapat dan tentunya dia akan bertemu lagi dengan Arsan.
Lucy duduk sambil menatap laptopnya, dia juga mendengarkan penjelasan dari salah satu rekannya. Hingga tatapan Lucy kini tertuju pada Arsan yang juga menatap dirinya. Entahlah, namun Lucy merasa tidak nyaman bahkan rasa sesak yang semakin menghimpit dadanya. Akan tetapi Lucy berusaha menenangkan dirinya dan mengatur pernapasannya agar rasa sakit yang dia rasakan tidak semakin parah.
Lucy mengingat perlakuan Arsan dulu padanya, jika mereka membahas tentang anak maka terkadang Arsan akan membentak atau memukulnya karena dirinya tidak kunjung hamil. Kenapa harus di saat yang tidak tepat dia harus mengingat itu?
Selesai dengan membahas pekerjaan Lucy berjalan menuju toilet, akan tetapi dia tidak sadar jika dibelakangnya ada Arsan yang mengikutinya.
“Lucy,” panggilnya.
Aku yang merasa namaku di panggil pun langsung menoleh ke belakang, sungguh aku sedikit kaget kenapa Arsan ada di sini.
“Y-ya, ada apa?” tanyaku.
Arsan pun tersenyum lalu dia berjalan mendekatiku dengan kedua tangannya masuk di kantong saku celananya. “Jika kamu memiliki waktu malam ini, apa kamu mau makan malam bersamaku,” ajak Arsan.
“Akan aku pikirkan lagi, apa ada hal yang lain lagi ingin kamu bicarakan padaku?” tanyaku lagi.
“Lucy, sebenarnya aku masih penasaran denganmu,” ucap Arsan, setelahnya dia kembali tersenyum dan mempersilahkan aku untuk segera ke toilet dan dia langsung pergi meninggalkan aku. Sebenarnya aku juga tidak tahu maksudnya apa? Mungkinkah dia merasa jika aku adalah mantan istrinya?
Aku masih terdiam di tempatju berdiri sambil menatap kepergian Arsan. Kenapa lelaki itu selalu saja mengangguku, bahkan di saat kehidupanku yang mungkin saat ini sudah berbeda dan bukan istri Arsan lagi. Apa mungkin aku harus mengiyakan ajakannya untuk mencari kebenarannya namun bagaimana jika Dariel tahu maka dia akan menghukumku. Sebaiknya aku harus cari cara lain agar Dariel tidak tahu jika aku dan Arsan bertemu.
Di sinilah aku malam ini, di restoran yang tidak terlalu terkenal dan penggunjungnya pun tidak banyak. Aku sedang menunggu Arsan, padahal sudah lima belas menit aku menunggunya di sini namun dia belum memunculkan batang hidungnya atau jangan-jangan dia hanya mempermainkan aku.
Tidak lama kemudia dia masuk ke dalam restoran dan aku pun melambaikan tanganku agar dia tahu keberadaanku. Dia pun tersenyum saat melihatku dan dia juga langsung berjalan menuju meja dimana aku duduk.
“Maaf, aku terlambat karena tadi ada urusan mendadak,” ucapnya, dia langsung mengambil duduk di depanku.
“Ok, tidak masalah,” ucapku, setelah itu aku langsung memanggi pelayan untuk memesan makanan lebih dulu karena jujur saja aku juga sangat lapar.
Setelah pelayan mencatat pesanan kami langsung pergi ke belakang dan kini hanya aku dan Arsan. Lagi-lagi dia selalu menatapku seperti itu dan sangat membuatku benci.
“Malam ini kamu terlihat sangat cantik Lucy,” ucap Arsan.
“Terima kasih atas pujiannya,” ucapku.
Dia mengangguk, “Dulu aku memiliki istri wajahnya sedikit mirip denganmu akan tetapi kami sudah bercerai. Dia tidak bisa memberikan aku anak dan itu membuatku kesal dan ke dua orang tuaku juga selalu memarahiku.”
“Kenapa? Bukankah pernikahan itu bukan hanya untuk sekedar memiliki keturunan. Bukankah pernikahan itu di dasari oleh cinta berjanji untuk hidup semati,” ucapku dingin.
“Ya, seharusnya memang begitu. Namun kejadian lain menimpa istriku sehingga dia kehilangan nyawanya,” ucap Arsan.
Flash back …
Malam itu saat Arsan bersama dengan Nayra di kantor sedang lembur berdua. Dimana dirinya dan Nayra saling mencintai dan melupakan jika sebenarnya dia sudah memiliki istri. Karena tekanan kedua orang tuanya membuat Arsan menjadi lelaki yang jahat dan selalu kasar pada Lucya. Dan malam itu dimana Arsan dan Nayra sedang bercumbu mesra di ruang kerja mereka.
Tanpa mereka sadari jika ada orang lain di antara mereka berdua melihat kelakuan mereka. Sungguh itu adalah pemandangan yang sangat menyakitkan bagi Lucya malam itu. Dia harus melihat kenyataan, suaminya selingkuh dengan teman kerjanya dan lebih kejamnya lagi mereka bercumbu di tempat yang tidak seharusnya sungguh menjijikan bukan?
“A-apa y-yang kalian lakukan,” ucap Lucya malam itu, sehingga membuat keduanya terlepas satu sama lain. Lucya dengan tubuhnya yang basah karena air hujan dan tentengan di tangannya yang sudah dijatuhkan olehnya.
“Lucya,” ucap Arsan pelan.
Arsan berjalan menghampiri Lucya dan mencoba meraih tangan Lucya namun sayangnya malam itu Lucya lari lebih dulu meninggalkan Arsan dan Nayra. Arsan pun mengejar Lucya sampai jalan raya namun sayangnya di terlalu lambat dan tidak berhasil menyelamatkan Lucya dari kecelakaan maut. Malam itu Arsan sangat merasa bersalah namun di sisi lain dia juga sangat bahagia karena dengan begitu dia bisa menikah dengan Nayra yang sudah menggandung anaknya. Bahkan Arsan juga tidak harus repot-repot menceraikan Lucya.
Flash back off …
Lucy memandang wajah Arsan yang sama sekali tidak merasa bersalah itu, bahkan kedua tangannya sudah mengepal dan bersiap ingin memukul Arsan. Sayangnya pelayan datang membawa pesanan mereka dan keinginan Lucy ingin memukul Arsan pun kandas begitu saja.
“Lucy, apa ada yang marah jika aku mengajak makan malam berdua seperti ini?” tanya Arsan.
Aku hanya menggelengkan kepala dan lebih memilih melanjutkan makan malamku. Arsan memang lelaki brengsek setelah ditinggal Lucya dan menikahi selingkuhannya. Ternyata Arsan juga masih bermain dengan wanita lain, Arsan juga selalu datang ke club malam untuk mencari wanita untuk membuat dirinya puas. Ya, Arsan selalu bermain dengan banyak wanita dan dia juga tidak takut akan penyakit.
“Bagaimana jika istri kamu tahu,” ucapku.
Arsan hanya tersenyum lalu menggelengkan kepalanya. “Dia tidak akan bisa berbuat apa-apa jadi tidak perlu takut dengannya.”
Kenapa dulu Lucya harus menikah dengan lelaki seperti Arsan, sungguh aku sangat sakit ternyata mantan suamiku itu sangatlah licik dan brengsek. Beruntung jika kehidupan keduaku ini tidak bersama dengan Arsan, akan tetapi aku akan membalas semuanya. Aku akan membuat lelaki yang ada di depanku ini bertekuk lutut padaku.
Selesai makan malam aku segera berpamitan pada Arsan. Aku tidak bisa berlama-lama bersama dengan lelaki yang sangat aku benci. Akan tetapi Arsan selalu mempersulitku dimana dia akan mengantarkan aku pulang dan aku pun segera menolak karena aku beralasan jika aku membawa mobil sendiri. Jika dia terus mendekatiku maka juga akan menjadi boomerang atau bahkan balas dendamku tidak akan berhasil.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments