Pagi ini Lucy berangkat lebih pagi dari biasanya, bahkan dia juga membawa bekal untuk sarapan nanti sambil mengerjakan tugas dari atasannya yang menyebalkan. Tidak sampai di situ saja, bahkan hari ini dirinya juga harus lembur bersama dengan atasannya. Bukankah ini sangat keterlaluan untuk pegawai baru?
“Semangat Lucy,” ucapnya.
Dia mulai masuk ke dalam ruangannya dan benar belum ada satu orang pun yang datang. Di sini Lucy mulai duduk dan menyalakan laptopnya dan setelah membuka bekal yang dia bawa lalu mengambilnya dan memasukkan ke dalam mulutnya.
Mungkin sudah ada satu jam Lucy bertatapan dengan laptop dan juga kertas-kertas yang ada di mejanya. Bahkan bekalnya yang dia bawa sudah habis tidak tersisa. Lucy menghentikan sejenak pekerjaannya karena ada yang masuk ruangan. Siapa lagi kalau bukan Arsan, bahkan kini lelaki itu tersenyum padaku.
Arsan juga mendekati ruanganku, dia juga meminta izin padaku dengan bahasa isyarat. Sedangkan aku hanya bisa menganggukan kepalaku dan terpaksa mengiyakan Arsan masuk ke dalam ruanganku.
“Pagi Lucy,” ucapnya tersenyum.
“Pagi juga Ar,” ucapku, lalu menyilahkan Arsan duduk di depanku yang hanya berbatas meja.
Arsan menatapku sejenak dengan senyumannya yang masih terpatri di bibirnya, senyum macam apa itu? Bahkan aku sangat begitu membencinya dan ingin rasanya aku menonjok wajahnya akan tetapi aku tidak bisa melakukannya.
“Lucy, apa dulu kalau memiliki saudara kembar? Kenapa wajahmu begitu mirip dengan mantan istriku dan nama kalian juga sangat mirip namun kau sangatlah berbeda. Kamu lebih cantik dan terlihat anggun,” ucap Arsan.
Aku hanya tersenyum hambar,”Ck! Apa dia bilang? Dasar lelaki tidak tahu malu,” umpatku dalam hati.
Jika semuanya tidak serumit yang aku rasakan maka aku akan menendang Arsan dari ruanganku atau bahkan aku bisa membunuhnya. Namun untuk situasi ini aku masih bingung, sebenarnya apa yang terjadi denganku? Kenapa Arsan tidak mengenaliku. Bagaimana bisa dan dia juga mengatakan bahwa diriku telah meninggal.
“Lucy,” panggilnya.
“Y-ya, ada apa Ar?” tanyaku balik.
“Aku harap kamu tidak pernah tersingung dengan perkataanku, tapi memang kau sedikit mirip dengannya,” ucap Arsan.
Aku hanya bisa menganggukan kepala, “Tidak sama sekali, bahkan aku sangat penasaran dengan wajah mantan istrimu.”
Arsan kembali tersenyum dan menatapku seperti tadi, “Jika kamu tidak keberatan aku akan mengajaknya ke makamnya, itu pun kalau kamu ada waktu,” ucapnya kembali.
“Baik, nanti aku akan memberitahu kamu jika ada waktu,” ucapku, lalu setelah itu aku juga menyuruh Arsa keluar dari ruanganku. Aku sangat muak jika terus lama-lama menatap wajahnya yang seperti malaikat itu.
Siang harinya aku pergi ke kantin untuk makan siang, aku terpaksa mengantri makan siang di kantin karena memang atasanku yang terlewat menyebalkan itu tidak memperbolehkan aku makan siang di restoran yang jauh dari kantor bahkan ke restoran sebrang pun tidak boleh. Lihat saja saja dia juga mengikuti di belakangku untuk makan siang bersama denganku, bahkan banyak dari karyawan kantor sesekali memperhatikan kami dan itu sangat membuatku tidak nyaman.
“Lain kali bapak bisa makan sendiri tanpa harus mengikutiku,” ucapku tanpa menatapnya.
“Itu urusanku dan kamu juga tidak ada hak melarangku,” ucapnya ketus.
Dariel Dillbert, pengusaha muda yang sangat terkenal dan bisnisnya begitu pesat dengan perkembangan yang cukup terbilang cepat. Hanya beberapa tahun dia menggantikan ayahnya, dia sudah bisa mengalahkan beberapa pembisnis lain. Selain sikapnya yang dingin dan playboy, ternyata memang dia dianugerahi iq tinggi, denga nisi kepalanya yang cemerlang itu bisnisnya bisa sukses.
“Lucy, apa kau ada hubungan dengan Arsan?” tanyanya.
Aku pun menghentikan suapanku dan mengarahkan pandanganku padanya, “Maksud bapak apa? Kenapa bapak bisa bicara seperti itu, saya baru beberpa hari bekerja di perusahaan bapak.”
“Ya, saya tahu. Akan tetapi beberapa kali saya melihat Arsan selalu tersenyum padamu dan dia juga berbicara denganmu, terlihat akrab,” ucap Dariel.
“Hanya sekedar saling menyapa Pak, setelah itu membicarakan pekerjaan,” ucapku, setelah itu aku fokus dengan makan siangku.
Benar saja hari ini aku pulang pukul tiga dini hari, aku sudah berada di basemant. Aku berjalan menuju mobilku, namun saat aku akan membuka pintu mobilku tiba-tiba saja tanganku sudah dicekal oleh seseorang.
“Aku akan mengantarkan kamu kembali,” ucapnya.
Ya, siapa lagi kalau bukan bos yang menyebalkan yang selalu berbuat seenaknya padaku.
“Ini sudah dini hari dan tidak baik jika wanita pulang sendirian,” ucapnya.
Aku menghela napas panjang dan melepaskan cekalan Dariel dengan kasar. “Maaf, Pak. Tapi saya bawa mobil sendiri lalu bagaimana dengan mobil saya nantinya jika saya bersama dengan Bapak?”
“Biar nanti orang suruhanku membawa pulang mobilmu,” ucap Dariel, lalu dia juga mencekal tangan Lucy dan membawanya masuk ke dalam mobil miliknya.
Sedangkan Lucy yang selalu diperlakukan seperti itu menjadi kesal sendiri. Dan menganggap jika kerja dikantor lelaki yang suka seenaknya sendiri adalah kesialan. Padahal dia bekerja itu untuk menghilangkan kebosanannya dan mencari tahu tentang siapa dia sebenarnya ataukah dia memang sebelumnya sudah meninggal dan kembali hidup dan menjadi orang yang berbeda?
“Mulai hari ini jika kamu tidak menurut denganku maka kamu akan mendapatkan hukumannya,” ucap Dariel.
“A-apa maksud Bapak?” tanya Lucy tidak mengerti.
Dariel menoleh kearah Lucy sebentar, “Di luar kantor kamu bisa memanggilku Dariel. Aku juga tidak suka kamu terlalu dekat dengan Arsan.”
“Apa hubungannya,” ucap Lucy.
“Argh! Sakitt!” teriak Lucy.
Dariel menghentikan mobilnya dengan mendadak hingga membuat Lucy terpental kedepan dan membentur dasboard mobil.
“Apa orang tua kamu tidak bilang jika kita dijodohkan. Aku tidak mau jika milikku di sentuh atau berdekatan dengan lelaki seperti Arsan,” ucap Dariel.
“Hah! Apa?”
Jujur aku tidak mengerti apa yang dibicarakan oleh Dariel. Di jodohkan? Sejak kapan? Kenapa dia tidak tahu. Tunggu, orang tua? Ya, aku baru ingat saat pertama aku sadar aku melihat sepasang suami istri yang duduk di dekat ranjangku. Mereka juga mengatakan bahwa mereka adalah orang tuaku, akan tetapi sampai detik ini aku belum bertemu mereka kembali dan aku juga memilih tinggal di apartemen dari pada di rumah itu.
Aku hanya bisa menggelengkan kepalaku, sedangkan lelaki yang ada di sampingku saat ini hanya mendesah sambil mendesah dan menjambak rambutnya.
“Sebenarnya apa yang terjadi Lucy? Kenapa kau bisa melupakan semuanya. Aku sudah menunggumu selama satu tahun dan bahkan sampai menunda pernikahan kita,” ucapnya lagi.
“A-apa?”
Kenapa bisa? Hal apa yang aku lupakan, kenapa tidak sedikit pun ingatan di kepalaku mengingatkan masa lalu dan kenapa hanya Arsan yang aku ingat? Benarkan jika lelaki yang ada di sampingku ini adalah calon suamiku. Kenapa aku tidak pernah mengingatnya sedikit pun, dan bahkan aku sangat membencinya karena kelakuannya yang semauanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments