MENUNGGU ATAU MELEPASKAN

MENUNGGU ATAU MELEPASKAN

eps 1

Hujan deras di pagi hari membuat kebanyakan orang memilih untuk menebalkan selimut mereka. Hawa dingin yang sejak semalam menusuk rongga kulit, tak membuat gadis berkerudung putih itu goyah. ia sedang memakai sepatu setelah lengkap memakai seragam khas sekolahnya.

"Kamu sudah sarapan?" tanya perempuan yang hampir berkepala 4 namun masih terlihat cantik dan muda. Hasnah seorang ibu rumah tangga yang lemah lembut namun tegas.

Gadis yang ditanya mendongak dan memandang sang ibu dengan tersenyum kemudian mengangguk.

"Baiklah, ibu ke dapur dulu," pamitnya pada gadis yang tak lain adalah anaknya.

Airin Azalea Rustandi gadis yang mulai menginjak remaja itu mengangguk dan kembali membenahi tali sepatunya yang masih ia pasang.

"Kamu akan tetap sekolah meski diluar hujan?" tanya suara bariton yang sedang menikmati secangkir kopi.

Seno Rustandi seorang wirausahawan sukses yang tak lain adalah ayah dari Zea.

Mendengar pertanyaan itu, Zea merotasikan matanya malas. Ia menghembusan nafas berat.

"Ayah, aku bukan anak SD yang memilih izin sekolah karena hujan," ujar gadis itu.

"Ayah hanya bertanya, mengapa kau jutek sekali," ujar Ayahnya tekekeh.

Azalea memang terkenal jutek meskipun sebenarnya ia anak yang baik dan sopan. nyaris sempurna hanya minus jutek.

"Ayah mempertanyakan sesuatu yang seharusnya sudah tahu jawabannya,"

"Seharusnya, ayah tahu jika aku akan tetap bersekolah meski hujan. Karena aku sudah memakai seragam sekolah lengkap," pungkasnya.

"Astaghfirullah, kau anak yang tak bisa berbasa basi," laki-laki paruh baya itu terkekeh mendengar jawaban anak gadis pertamanya.

"Aku berangkat, assalamualaikum,"

"Waalaikum salam,"

plak

"Hei! kenapa kau pukul aku," ujar Seno mengelus tangannya

" Kamu itu kebiasaan, selalu aja menggoda Zea," ujar Hasna ibu zea.

Seno tekekeh mendengar ucapan Hasna.

"Anak itu mempunyai kepribadian yang sedikit buruk, aku hanya ingin ia tidak kaku,"

"Huss ... ngomong sembarangan," ujar Hasna meninggalkan suaminya.

"Bukankah yang aku katakan memang benar?" teriak Seno pada istrinya yang berjalan menuju dapur setelah meletakan sepiring pisang goreng dan secangkir kopi.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Motor sport hitam metalik melaju dengan kecepatan sedang, seolah sedang menikmati hembusan angin yang menerpa tubuh mungilnya.

Zea menikmati suasana rintik hujan yang mulai mereda, bau khas tanah basah setelah hujan adalah favorit Zea. Baginya, tak ada saat paling tenang lainnya dibandingkan setelah hujan.

" Azaleaa ..." teriak perempuan berhijab putih berkacamata bulat.

Zea yang mendengar namanya dipanggil pun menoleh dengan wajah datar. Wanita yang baru saja turun dari motornya mengernyitkan dahi. karena melihat wanita itu seperti sedang kesal, entah kesal pada siapa.

Zea terus memperhatikan wanita itu yang sedang berjalan menuju kearahnya.

Wanita yang meneriakinya sudah sampai didepan Zea dengan sorot mata tajam. sambil sesekali menaikan kacamatanya yang melorot karena hidungnya yang tidak mancung.

"Gua mau ngomong sama elo," ujar wanita itu sambil menarik tangan Zea

Zea diam dan menuruti langkah wanita tersebut. Wanita itu menarik Zea menuju rooftop. Zea mengernyitkan dahinya karena tidak biasanya wanita dihadapannya ini membawanya ke rooftop. Ingin sekali Zea bertanya kenapa dirinya dibawa ketempat ini. Tapi, ia urungkan karena tidak ingin membuat wanita itu semakin kesal.

"Ada apa ?" tanya Zea berusaha menormalkan suaranya. jujur saja Zea kesal, ia yang baru saja sampai langsung di teriakinya dan dibawa ketempat ini apa lagi ini masih pagi.

"Bukannya sebentar lagi bel masuk?! kenapa lo bawa gua kesini?!" sambung Zea pada nayla.

Nayla masih bungkam, masih menatap Zea. Masih dengan tatapan tajamnya. Namun Zea menyadari ada yang menggenang dipelupuk mata wanita itu.

"perasaan gue enggak enak begini ya" batin Zea.

Dan benar saja, wanita itu langsung menubruk badan Zea memeluknya dengan erat. Hampir saja membuat Zea limbung jika ia tidak segera menahan wanita itu.

Zea menunggu wanita itu puas dengan semua tangisannya tanpa mengucapkan apapun. Dan berusaha meredam kekesalannya karena wanita itu baju seragamnya kini basah. Entah dengan air liur wanita itu, ingus apa lagi air mata.

Zea memejamkan matanya sambil mengepalkan tangannya.

Sekitar 10 menit menunggu, akhirnya sudah mulai mereda. Zea pun mulai melepaskan pelukan wanita itu dengan memegang bahu wanita dihadapannya mentap wajahnya Zea hanya bisa menghela nafas.

"Elap dulu muka lo, penuh segala cairan iwww," ujar Zea sambil memberi 1 pak tisu kecil

Sssssrrrrrrruuuuuuuuutttttt

"Astaghfirullahal'adzim .. Naylaa !!" pekik Zea.

Ya wanita itu adalah Nayla Syafa Malik, sahabat baik Zea yang sangat sangat absurd luar dalam eh, engga ya xixixi.

Seakan tak peduli dengan Zea Nayla terus saja mengeluarkan cairan menjijikan itu dari hidungnya, matanya dan telinga, ehh engga yahhh guyss kalo telinganya engga wkkwk.

"Ya Allah .. Ya rabb, dosa apa gue punya temen kek dia," gumam Zea.

"Dosa lo banyak Ze, makanya ketemunya temen kek gue. eitss, tapi ingat! nggak bakal nemu dimanapun elu cari temen yang kayak gue ini. karena apa? Gue yang paling the best untuk jadi temen lo,"

"Sakarepmu ndoro," ujar Zea yang tak ingin berdebat.

"Lo kenapa? jangan dibiasain deh, nangis-nangis bombay begitu. Heran gue mah, hobby banget punya sikap random. udah kek pelangi loh punya banyak warna, kek bunglon yang bisa berubah warna,"

Bukan apa-apa Zea berkata demikian. Pasalnya, Nayla seringkali membuatnya salah faham dengan sikapnya yang sering berubah-ubah. Kadang dia tiba-tiba nangis seperti tadi, kadang marah-marah enggak jelas, kadang tiba-tiba ajak orang ribut.

"Elu gak tau sih ze, sakit tau gak sih ze! sakit. sakitnya tuh disini ze, disini ..!!" teriak nayla sambil menunjuk-nunjuk dadanya agar Zea tau rasakit yang dia rasakan.

Zea hanya menghela nafasnya dalam. Menatap sahabatnya dengan dengan tatapan yang sulit diartikan. Hingga membuat nayla sedikit ngeri melihat mode on singanya dari Zea.

Saat Zea ingin baru saja membuka mulutnya suara bell menyelamatkan nayla dari amukan Zea. nayla yakin saat ini ia sedang kesal sekesal-kesalnya pada dirinya.

"Eh .. udah bel Ze, hayu kita masuk! udah mah gurunya double killer nih pagi ini." ujarnya menarik tangan Zea.

Zea menurut mengikuti Nayla dan memilih untuk menunda kemarahannya pada wanita yang sedang menuntunnya itu, lebih tepatnya bukan menuntunnya ia lebih berasa di tarik seperti anak kambing. Karena tarikan nayla yang tidak manusiawi. Terkadang Zea heran, mengapa bisa dirinya mempunyai sahabat seperti ini.

"Awas lo nay, gua kasih perhitungan lo nanti" batin Zea

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Di sudut kantin seorang wanita berkerudung tapi bergaya tomboy itu sedang mengetuk-ngetukkan jarinya di meja sambil menatap wanita yang tengah salah tingkah karena terus diberi suasana yang awkward oleh sahabatnya.

"Jadi, bagaimana anda akan menjelaskan masalah tadi pagi ndoro putri?" tanya Zea dengan mode serius dan sedikit mengejek Nayla.

"H-hah, t-tadi p-pagi? m-mm em-mang tadi pag ..." belum juga menyelaikan ucapannya yang terbata-bata sudah datang segerombolan cowok famous disekolah itu yang selalu mengikuti Zea. Padahal gadis iu tak pernah sedikitpun menghiraukan keberadaan mereka.

"Kenapa lo Nay, mukanya begitu kek nahan e'e" ujar Varo. Alvaro Lazuardi salah satu anak konglomerat yang insya Allah dijamin harta kekayaannya tak akan habis hingga akhir hayat xixixi.

"Ishh ... Elu ganggu aja sih var. Gua kan lagi mau curhat sama bebeb zea," katanya sambil mendelik pada varo.

"Yah elah ... Si neng, ditanya, sewot amat," ujar ray. Raymon alatas sepupu dari alvaro lazuardi. Laki-laki berperawakan sempurna yang mampu membuat semua mata terpesona karena melihatnya.

Zea diam tak menatap mereka yang baru saja datang. Ia malah fokus dengan apalikasi novel di hp nya. Tak ingin ikut terjun dalam pembicaraan mereka. Zea memang terkenal pendiam, apa lagi dengan laki-laki. Ia hanya akan ngobrol dengan orang-orang tertentu saja.

"Ze," panggil Varo. Ia tak lagi menggubris pernyataan Nayla. Padahal kan dia sendiri yang nanya hadeuhhh.

"Hmm?" jawab Zea tanpa mengalihkan pandangannya. Ia tetap fokus dengan benda pipih ditangannya. Pokonya kalo lagi ngobrol sama Zea dan lo orangnya ga penting-penting amat. Berasa ngobrol ama tembok. Wkwk.

"Gak ada rasa pengen ngobrol sama gua gitu Ze?" tanya Varo.

Zea hanya menggelengkan kepalanya sebagai tanda ia tak ada ingin dibicarakan dengan Varo. Varo menghela nafasnya berat, kemudian tersenyum.

"Tapi gua pengen ngobrol Lea,"

Zea mendongak dan mentap tajam pada Varo yang sedang tersenyum memandangnya.

"Jangan panggil gua Lea!" ujar Zea dengan dingin

"Kenapa?apa alasannya elu gamau di panggil Lea?" tanya Varo. Laki-laki itu mentap Zeq dengan intens. Zea memang benar-benar tak mau di panggil lea, ntah apa alasannya. Dan dia penasaran akan hal itu.

Zea menghembuskan nafasnya. Sungguh ini hal yang Zea tak suka. Zea hanya ingin hidup tenang sesuai keinginannya. Tapi memang apa boleh buat. Tak ada hidup sesuai keinginan. Zea memilih tak menjawab pertanyaaan Varo.

"Nay, gua mau pesen mie ayam bakso. Elu mau nitip?"

" Boleh samain aja sama minumnya," ujar nayla.

Zea beranjak dari kursi ingin memesan yg dia mau. Karena dia belum sarapan dari pagi alhasil perutnya keroncongan sekarang.

Alvaro yang melihat Zea beranjak pun mengikuti gadis itu kemana dia pergi. Alvaro memang dikenal bucin pada Zea meskipun Zea sudah bersikap dingin dan cuek. Tapi semua sikap Zea seakan tak digubrisnya.

"Ngapain Lo ngikutin Gue?!"

"Gue juga laper le, mau makan," pungkas Varo.

Zea tak menjawab, ia memilih meneruskan langkahnya menuju etalase bakso dikantin itu. Zea memilih untuk tidak menganggap Varo ada didekatnya.

Mungkin orang lain berkata "siapa yang tidak mau dengan Alvaro? Laki-laki dengan paras dan tubuh yang sempurna, dengan kekayaan yabg melimpah" jawabannya adalah Zea yang "tidak mau" dirinya justru risih setiap kqli ada makhluk bernama Alvaro.

"Teh ... Ze pengen mie ayam bakso 2 ya teh, sama minumnya es coklat susu 2 ya teh." ujar Zea.

"siap neng, seperti biasa kan ya neng?" tanya teh sari si penjual bakso.

" Iya teh, cepet ya teh saya laper soalnya," ujar Zea sambil nyengir

"euleuh2 neng teh, gak sarapan lagi ya?? Jangan dibiasakan seperti itu atuh neng. Nnti neng teh sakit,"

" ehh, ada aa Varo. aa mau pesen bakso juga?"

Ujar si teteh beralih ke Varo.

Alvaro tersenyum sambil memberi uang pecahan warna merah 2 lembar pada si teteh.

" iya teh saya samain ya sama Zea, ini uangnya. Sekalian punya Zea dan kalo nanti temen saya klo pesen biar enak tehh," ujar Varo

"Gak usah, gue masih mampu bayar," tukas Zea. Zea mendelik tak suka kearah Varo.

"Sekali-kali terima Le, biar kita makin akrab," pungkas Varo mengedipkan sebelah matanya pada Zea sambil tersenyum.

"Teh, Zea tunggu di meja sebelah sana ya," kata Zea sambil menunjuk ke arah meja tempat nayla berada.

"saya juga teh," teriak Varo

Zea mendelik dan menghela nafasnya kasar.

Dia tak suka Varo terus-terusan bersikap seperti ini. Sebernernya Zea baik pada siapa pun. Hanya saja, yang membuat orang enggan padanya adalah karena sikap dingin dan cueknya Zea. Dan lagi, mereka takut pada Zea karena dia adalah pemegang sabuk hitam karate dan taekwondo. Zea adalah perempuan yang nyaris sempurna hanya saja dia terlampau cuek dan jutek.

"asyiaaap neng, a hehe," jawab si teteh sari smbil terkekeh

Zea melengos kearah mejanya diikuti Varo yang ada di sampingnya. Zea tetap fokus ke layar hp nya hingga tak menyadari didepannya sudah ada segerombolan wanita yang sedang memperhatikannya sambil melimpat kedua tangannya didada.

"Heh cewek sok suci!" teriak Verina pada Zea.

Zea berhenti tepat beberapa langkah dari orang yang baru saja meneriakinya. Ia mendongak lalu menghela nafas kasar.

"kenapa hidup gue gak pernah tenang gini sih," batin Zea.

"Elu tuh budek ya, berkali-kali gue bilang. JANGAN DEKETIN ALVARO, DIA ITU PUNYA GUE!!" teriak Verina dengan mata melolot.

"Heh, kata siapa Gue punya Lo hah?!" sentak Varo yang suda berada di samping Zea.

"ihhh ... Varo, kamu lupa? Kita kan mau dijodohin sama keluarga kita," ungkapnya dengan nada manja seketika saat tau laki-laki yang dia suka ada di depannya.

"Gue gak sudi terima itu. Cihh ... Ngaca dong Lo, bahkan ***** diluar sana lebih berkelas dari pada Lo," hardik Varo.

"ihh ... Varo jahat! Masa nyamain aku sama *****," gerutu Verina.

"Minggir Lo, Gue sama ayang Zea mau lewat," usir Varo pada Verina.

" ihhh ... Varo .." rengek Verina sambil memegang tangan Varo.

Zea merotasikan matanya karena jengah dengan tingkah kedua mahkluk yang ia lihat. Zea berlalu meninggalkan Varo dan Verina menuju ke tempat duduknya semula.

"Lepas!" ucap Varo tegas sambil menghempaskan tangan yang dipegangi oleh Verina. Lalu ia menyusul duduk di samping Zea yang sudah mulai fokua kembali dengan benda pipihnya. Zea tak memperdulikan orang yang ada didekatnya.

"Udah ze?" tanya nayla pada Zea.

"Udah," jawabnya singkat.

"Sambil nunggu baksonya, gua mau nerusin yang tadi,"

Mendengar itu, Nayla menelan salivanya dengan susah payah. Apa lagi saat ini Zea tengah menatapnya dengan tatapan dinginnya. Tentu saja, sejak turun dari motor tadi harinya sudah berubah hanya karena seokar Nayla yang memulai kelakuan randomnya. Zea benar-benar berfikir keras, bagaimana dulu ia bisa bersahabat dengan makhluk seperti Nayla.

Nayla menunduk, ia sedang memilih dan memilah kata yang baik untuk ia utarakan pada Zea. Agar ia tak salah berucap, dan Zea dapat memakluminya. Sampai akhirnya ia menghela nafas panjang dan dada kembali sesak untuk mengingat yang membuat ia seperti ini.

"Hmm ... Ceritanya panjang Ze, tapi gua mau bilang kalo gua ..." Nayla menggantungkan kata-katanya. Lalu melihat kearah Zea yang sudah sedikit mencondongkan badannya dan menatap Nayla dengan intens. Nayla kembali menelan salivanya dengan susah payah. Ia benar-benar takut kalau pada akhirnya nanti Zea marah padanya.

"Iya, elu kenapa?" ucap Zea tanpa merubah ekspresinya sama sekali. Padahal Zea sangat tau, kalau Nayla saat ini sedang ketakutan.

Varo and the genk saling pandang satu sama lain. Ia tak mengerti dengan situasi saat ini. Mereka saling menggendikkan bahu satu sama lain dan menggelengkan kepalanya. Tanda bahwa mereka pun tak tau apa yang tengah terjadi.

Melihat Zea yang seperti sedang menahan amarahnya pada Nayla. Entah apa yang terjadi diantara mereka berdua. Varo ingin bertanya, Ia sangat penasaran tapi Ia urungkan karena tak ingin membuat Zea tambah bad mood

"A-abangku mau nikah sama cewek itu Ze, ternyata bener katamu. Dia seriusin cewek itu. Aku minta maaf atas nama Abangku Zea huaaaa huhu," Ungkap Nayla setelah banyaknya pertimbangan. Akhirnya Ia mengungkapkan apa yang terjadi pada dirinya.

Deg

Zea masih dengan ekspresi yang sama saat mendengar pernyataan dari Zea. Ia menutup matanya sejenak dan menghela nafas panjang. Tentu hatinya tak baik-baik saja mendengar ini. Tapi ia tak ingin memperlihatkan semuanya. Baginya, ia dan Abang Nayla telah usai. Ia tak ingin menggali kembali kepahitan yang membuatnya seperti sekarang

"Abangmu yang mau menikah kenapa kamu yang nangis?" tanya Zea saat melihat Nayla sudah sedikit tenang.

"Loh, kamu gak sakit hati Ze? Ini Abangku mau nikah loh." gerutu Nayla kesal melihat ekspresi Sahabatnya. Nayla tak habis pikir pada Zea. Ia saja yang adiknya sakit hati karena yang menjadi iparnya bukan Zea. Tapi wanita yany ditinggalkan Abangnya itu malah biasa saja.

"Kamu pacaran lama kan Ze sama Abangku? Kenapa ekspresi kamu biasa aja?" decak Nayla.

Zea masih memanda lurus ada sahabatnya yang sedang mengerutu hanya karena sikapnya yang biasa saja mendengar itu.

"Aku harus bagaiamana Nayla? Siapa yang harus aku salahkan disini Nayla?" batin Zea.

Saat Nayla ingin berbicara kembali pada Zea. Teh Sari penjual bakso pun datang membawa pesanan mereka. Hingga Nayla mengurungkan niatnya untuk berbicara pada Nayla.

"Neng Zea, ini pesenan nya. Dan ini punya Aa Varo," ujarnya sambil tersenyum ramah.

"Makasih teh," jawab Zea dan Varo bersamaan. Membuat semua yang ada dimeja itu menoleh dan saling pandang satu sama lain.

"Ehem," dehem Raymon.

"Teh saya juga pesen dong bakso komplit satu sama minumnya es teh manis," lajutnya

"Siap a, silahkan dinikmati ya makanannya," Ujar Teh Sari sambil berlalu.

"Makan dulu Nay, Gua laper," Ucap Zea sembari mengambil sendok dan garpu didepannya

Nayla memandang Zea nanar, Ia tau Zea pasti saat ini sedang menyembunyikan semua yang Ia rasakan.

"Ze, Gue gak mau punya ipar kek dia. Apa Lo gak bisa rujukan lagi sama Abang gua." Mohon Nayla pada Zea. Nayla memandang Zea dengan mata yang berkaca-kaca. Ia tak sanggup melihat sahabatnya terus seperti ini. Zea dulu tak seperti ini. Dan itu membuat Nayla merasa bersalah.

Zea meletakan kembali peralatan makannya. Ia memandang Nayla dengan tatapan sendu.

"Jangan membuat usahaku selama ini sia-sia Nayla. Aku susah payah untuk bisa seperti sekarang," Terangnya.

Lalu ia kembali memakan makanannya yang sempat tertunda. Zea makan dengan khidmat seolah tak ada yang terjadi apa pun.

"Kalau kamu gak kuat berjuang untuk bersatu dengan Abangku. Maka aku yang akan menyatukan kalian," batin Nayla.

Terpopuler

Comments

Renji Abarai

Renji Abarai

Bikin penasaran

2023-07-15

1

Jen Nina

Jen Nina

Aku bisa tunggu thor, tapi tolong update secepatnya.

2023-07-15

1

Uchiha Itachi

Uchiha Itachi

Aku jadi bener-bener terhibur ketika membaca cerital ini, terima kasih THOR!

2023-07-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!