NovelToon NovelToon

MENUNGGU ATAU MELEPASKAN

eps 1

Hujan deras di pagi hari membuat kebanyakan orang memilih untuk menebalkan selimut mereka. Hawa dingin yang sejak semalam menusuk rongga kulit, tak membuat gadis berkerudung putih itu goyah. ia sedang memakai sepatu setelah lengkap memakai seragam khas sekolahnya.

"Kamu sudah sarapan?" tanya perempuan yang hampir berkepala 4 namun masih terlihat cantik dan muda. Hasnah seorang ibu rumah tangga yang lemah lembut namun tegas.

Gadis yang ditanya mendongak dan memandang sang ibu dengan tersenyum kemudian mengangguk.

"Baiklah, ibu ke dapur dulu," pamitnya pada gadis yang tak lain adalah anaknya.

Airin Azalea Rustandi gadis yang mulai menginjak remaja itu mengangguk dan kembali membenahi tali sepatunya yang masih ia pasang.

"Kamu akan tetap sekolah meski diluar hujan?" tanya suara bariton yang sedang menikmati secangkir kopi.

Seno Rustandi seorang wirausahawan sukses yang tak lain adalah ayah dari Zea.

Mendengar pertanyaan itu, Zea merotasikan matanya malas. Ia menghembusan nafas berat.

"Ayah, aku bukan anak SD yang memilih izin sekolah karena hujan," ujar gadis itu.

"Ayah hanya bertanya, mengapa kau jutek sekali," ujar Ayahnya tekekeh.

Azalea memang terkenal jutek meskipun sebenarnya ia anak yang baik dan sopan. nyaris sempurna hanya minus jutek.

"Ayah mempertanyakan sesuatu yang seharusnya sudah tahu jawabannya,"

"Seharusnya, ayah tahu jika aku akan tetap bersekolah meski hujan. Karena aku sudah memakai seragam sekolah lengkap," pungkasnya.

"Astaghfirullah, kau anak yang tak bisa berbasa basi," laki-laki paruh baya itu terkekeh mendengar jawaban anak gadis pertamanya.

"Aku berangkat, assalamualaikum,"

"Waalaikum salam,"

plak

"Hei! kenapa kau pukul aku," ujar Seno mengelus tangannya

" Kamu itu kebiasaan, selalu aja menggoda Zea," ujar Hasna ibu zea.

Seno tekekeh mendengar ucapan Hasna.

"Anak itu mempunyai kepribadian yang sedikit buruk, aku hanya ingin ia tidak kaku,"

"Huss ... ngomong sembarangan," ujar Hasna meninggalkan suaminya.

"Bukankah yang aku katakan memang benar?" teriak Seno pada istrinya yang berjalan menuju dapur setelah meletakan sepiring pisang goreng dan secangkir kopi.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Motor sport hitam metalik melaju dengan kecepatan sedang, seolah sedang menikmati hembusan angin yang menerpa tubuh mungilnya.

Zea menikmati suasana rintik hujan yang mulai mereda, bau khas tanah basah setelah hujan adalah favorit Zea. Baginya, tak ada saat paling tenang lainnya dibandingkan setelah hujan.

" Azaleaa ..." teriak perempuan berhijab putih berkacamata bulat.

Zea yang mendengar namanya dipanggil pun menoleh dengan wajah datar. Wanita yang baru saja turun dari motornya mengernyitkan dahi. karena melihat wanita itu seperti sedang kesal, entah kesal pada siapa.

Zea terus memperhatikan wanita itu yang sedang berjalan menuju kearahnya.

Wanita yang meneriakinya sudah sampai didepan Zea dengan sorot mata tajam. sambil sesekali menaikan kacamatanya yang melorot karena hidungnya yang tidak mancung.

"Gua mau ngomong sama elo," ujar wanita itu sambil menarik tangan Zea

Zea diam dan menuruti langkah wanita tersebut. Wanita itu menarik Zea menuju rooftop. Zea mengernyitkan dahinya karena tidak biasanya wanita dihadapannya ini membawanya ke rooftop. Ingin sekali Zea bertanya kenapa dirinya dibawa ketempat ini. Tapi, ia urungkan karena tidak ingin membuat wanita itu semakin kesal.

"Ada apa ?" tanya Zea berusaha menormalkan suaranya. jujur saja Zea kesal, ia yang baru saja sampai langsung di teriakinya dan dibawa ketempat ini apa lagi ini masih pagi.

"Bukannya sebentar lagi bel masuk?! kenapa lo bawa gua kesini?!" sambung Zea pada nayla.

Nayla masih bungkam, masih menatap Zea. Masih dengan tatapan tajamnya. Namun Zea menyadari ada yang menggenang dipelupuk mata wanita itu.

"perasaan gue enggak enak begini ya" batin Zea.

Dan benar saja, wanita itu langsung menubruk badan Zea memeluknya dengan erat. Hampir saja membuat Zea limbung jika ia tidak segera menahan wanita itu.

Zea menunggu wanita itu puas dengan semua tangisannya tanpa mengucapkan apapun. Dan berusaha meredam kekesalannya karena wanita itu baju seragamnya kini basah. Entah dengan air liur wanita itu, ingus apa lagi air mata.

Zea memejamkan matanya sambil mengepalkan tangannya.

Sekitar 10 menit menunggu, akhirnya sudah mulai mereda. Zea pun mulai melepaskan pelukan wanita itu dengan memegang bahu wanita dihadapannya mentap wajahnya Zea hanya bisa menghela nafas.

"Elap dulu muka lo, penuh segala cairan iwww," ujar Zea sambil memberi 1 pak tisu kecil

Sssssrrrrrrruuuuuuuuutttttt

"Astaghfirullahal'adzim .. Naylaa !!" pekik Zea.

Ya wanita itu adalah Nayla Syafa Malik, sahabat baik Zea yang sangat sangat absurd luar dalam eh, engga ya xixixi.

Seakan tak peduli dengan Zea Nayla terus saja mengeluarkan cairan menjijikan itu dari hidungnya, matanya dan telinga, ehh engga yahhh guyss kalo telinganya engga wkkwk.

"Ya Allah .. Ya rabb, dosa apa gue punya temen kek dia," gumam Zea.

"Dosa lo banyak Ze, makanya ketemunya temen kek gue. eitss, tapi ingat! nggak bakal nemu dimanapun elu cari temen yang kayak gue ini. karena apa? Gue yang paling the best untuk jadi temen lo,"

"Sakarepmu ndoro," ujar Zea yang tak ingin berdebat.

"Lo kenapa? jangan dibiasain deh, nangis-nangis bombay begitu. Heran gue mah, hobby banget punya sikap random. udah kek pelangi loh punya banyak warna, kek bunglon yang bisa berubah warna,"

Bukan apa-apa Zea berkata demikian. Pasalnya, Nayla seringkali membuatnya salah faham dengan sikapnya yang sering berubah-ubah. Kadang dia tiba-tiba nangis seperti tadi, kadang marah-marah enggak jelas, kadang tiba-tiba ajak orang ribut.

"Elu gak tau sih ze, sakit tau gak sih ze! sakit. sakitnya tuh disini ze, disini ..!!" teriak nayla sambil menunjuk-nunjuk dadanya agar Zea tau rasakit yang dia rasakan.

Zea hanya menghela nafasnya dalam. Menatap sahabatnya dengan dengan tatapan yang sulit diartikan. Hingga membuat nayla sedikit ngeri melihat mode on singanya dari Zea.

Saat Zea ingin baru saja membuka mulutnya suara bell menyelamatkan nayla dari amukan Zea. nayla yakin saat ini ia sedang kesal sekesal-kesalnya pada dirinya.

"Eh .. udah bel Ze, hayu kita masuk! udah mah gurunya double killer nih pagi ini." ujarnya menarik tangan Zea.

Zea menurut mengikuti Nayla dan memilih untuk menunda kemarahannya pada wanita yang sedang menuntunnya itu, lebih tepatnya bukan menuntunnya ia lebih berasa di tarik seperti anak kambing. Karena tarikan nayla yang tidak manusiawi. Terkadang Zea heran, mengapa bisa dirinya mempunyai sahabat seperti ini.

"Awas lo nay, gua kasih perhitungan lo nanti" batin Zea

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Di sudut kantin seorang wanita berkerudung tapi bergaya tomboy itu sedang mengetuk-ngetukkan jarinya di meja sambil menatap wanita yang tengah salah tingkah karena terus diberi suasana yang awkward oleh sahabatnya.

"Jadi, bagaimana anda akan menjelaskan masalah tadi pagi ndoro putri?" tanya Zea dengan mode serius dan sedikit mengejek Nayla.

"H-hah, t-tadi p-pagi? m-mm em-mang tadi pag ..." belum juga menyelaikan ucapannya yang terbata-bata sudah datang segerombolan cowok famous disekolah itu yang selalu mengikuti Zea. Padahal gadis iu tak pernah sedikitpun menghiraukan keberadaan mereka.

"Kenapa lo Nay, mukanya begitu kek nahan e'e" ujar Varo. Alvaro Lazuardi salah satu anak konglomerat yang insya Allah dijamin harta kekayaannya tak akan habis hingga akhir hayat xixixi.

"Ishh ... Elu ganggu aja sih var. Gua kan lagi mau curhat sama bebeb zea," katanya sambil mendelik pada varo.

"Yah elah ... Si neng, ditanya, sewot amat," ujar ray. Raymon alatas sepupu dari alvaro lazuardi. Laki-laki berperawakan sempurna yang mampu membuat semua mata terpesona karena melihatnya.

Zea diam tak menatap mereka yang baru saja datang. Ia malah fokus dengan apalikasi novel di hp nya. Tak ingin ikut terjun dalam pembicaraan mereka. Zea memang terkenal pendiam, apa lagi dengan laki-laki. Ia hanya akan ngobrol dengan orang-orang tertentu saja.

"Ze," panggil Varo. Ia tak lagi menggubris pernyataan Nayla. Padahal kan dia sendiri yang nanya hadeuhhh.

"Hmm?" jawab Zea tanpa mengalihkan pandangannya. Ia tetap fokus dengan benda pipih ditangannya. Pokonya kalo lagi ngobrol sama Zea dan lo orangnya ga penting-penting amat. Berasa ngobrol ama tembok. Wkwk.

"Gak ada rasa pengen ngobrol sama gua gitu Ze?" tanya Varo.

Zea hanya menggelengkan kepalanya sebagai tanda ia tak ada ingin dibicarakan dengan Varo. Varo menghela nafasnya berat, kemudian tersenyum.

"Tapi gua pengen ngobrol Lea,"

Zea mendongak dan mentap tajam pada Varo yang sedang tersenyum memandangnya.

"Jangan panggil gua Lea!" ujar Zea dengan dingin

"Kenapa?apa alasannya elu gamau di panggil Lea?" tanya Varo. Laki-laki itu mentap Zeq dengan intens. Zea memang benar-benar tak mau di panggil lea, ntah apa alasannya. Dan dia penasaran akan hal itu.

Zea menghembuskan nafasnya. Sungguh ini hal yang Zea tak suka. Zea hanya ingin hidup tenang sesuai keinginannya. Tapi memang apa boleh buat. Tak ada hidup sesuai keinginan. Zea memilih tak menjawab pertanyaaan Varo.

"Nay, gua mau pesen mie ayam bakso. Elu mau nitip?"

" Boleh samain aja sama minumnya," ujar nayla.

Zea beranjak dari kursi ingin memesan yg dia mau. Karena dia belum sarapan dari pagi alhasil perutnya keroncongan sekarang.

Alvaro yang melihat Zea beranjak pun mengikuti gadis itu kemana dia pergi. Alvaro memang dikenal bucin pada Zea meskipun Zea sudah bersikap dingin dan cuek. Tapi semua sikap Zea seakan tak digubrisnya.

"Ngapain Lo ngikutin Gue?!"

"Gue juga laper le, mau makan," pungkas Varo.

Zea tak menjawab, ia memilih meneruskan langkahnya menuju etalase bakso dikantin itu. Zea memilih untuk tidak menganggap Varo ada didekatnya.

Mungkin orang lain berkata "siapa yang tidak mau dengan Alvaro? Laki-laki dengan paras dan tubuh yang sempurna, dengan kekayaan yabg melimpah" jawabannya adalah Zea yang "tidak mau" dirinya justru risih setiap kqli ada makhluk bernama Alvaro.

"Teh ... Ze pengen mie ayam bakso 2 ya teh, sama minumnya es coklat susu 2 ya teh." ujar Zea.

"siap neng, seperti biasa kan ya neng?" tanya teh sari si penjual bakso.

" Iya teh, cepet ya teh saya laper soalnya," ujar Zea sambil nyengir

"euleuh2 neng teh, gak sarapan lagi ya?? Jangan dibiasakan seperti itu atuh neng. Nnti neng teh sakit,"

" ehh, ada aa Varo. aa mau pesen bakso juga?"

Ujar si teteh beralih ke Varo.

Alvaro tersenyum sambil memberi uang pecahan warna merah 2 lembar pada si teteh.

" iya teh saya samain ya sama Zea, ini uangnya. Sekalian punya Zea dan kalo nanti temen saya klo pesen biar enak tehh," ujar Varo

"Gak usah, gue masih mampu bayar," tukas Zea. Zea mendelik tak suka kearah Varo.

"Sekali-kali terima Le, biar kita makin akrab," pungkas Varo mengedipkan sebelah matanya pada Zea sambil tersenyum.

"Teh, Zea tunggu di meja sebelah sana ya," kata Zea sambil menunjuk ke arah meja tempat nayla berada.

"saya juga teh," teriak Varo

Zea mendelik dan menghela nafasnya kasar.

Dia tak suka Varo terus-terusan bersikap seperti ini. Sebernernya Zea baik pada siapa pun. Hanya saja, yang membuat orang enggan padanya adalah karena sikap dingin dan cueknya Zea. Dan lagi, mereka takut pada Zea karena dia adalah pemegang sabuk hitam karate dan taekwondo. Zea adalah perempuan yang nyaris sempurna hanya saja dia terlampau cuek dan jutek.

"asyiaaap neng, a hehe," jawab si teteh sari smbil terkekeh

Zea melengos kearah mejanya diikuti Varo yang ada di sampingnya. Zea tetap fokus ke layar hp nya hingga tak menyadari didepannya sudah ada segerombolan wanita yang sedang memperhatikannya sambil melimpat kedua tangannya didada.

"Heh cewek sok suci!" teriak Verina pada Zea.

Zea berhenti tepat beberapa langkah dari orang yang baru saja meneriakinya. Ia mendongak lalu menghela nafas kasar.

"kenapa hidup gue gak pernah tenang gini sih," batin Zea.

"Elu tuh budek ya, berkali-kali gue bilang. JANGAN DEKETIN ALVARO, DIA ITU PUNYA GUE!!" teriak Verina dengan mata melolot.

"Heh, kata siapa Gue punya Lo hah?!" sentak Varo yang suda berada di samping Zea.

"ihhh ... Varo, kamu lupa? Kita kan mau dijodohin sama keluarga kita," ungkapnya dengan nada manja seketika saat tau laki-laki yang dia suka ada di depannya.

"Gue gak sudi terima itu. Cihh ... Ngaca dong Lo, bahkan ***** diluar sana lebih berkelas dari pada Lo," hardik Varo.

"ihh ... Varo jahat! Masa nyamain aku sama *****," gerutu Verina.

"Minggir Lo, Gue sama ayang Zea mau lewat," usir Varo pada Verina.

" ihhh ... Varo .." rengek Verina sambil memegang tangan Varo.

Zea merotasikan matanya karena jengah dengan tingkah kedua mahkluk yang ia lihat. Zea berlalu meninggalkan Varo dan Verina menuju ke tempat duduknya semula.

"Lepas!" ucap Varo tegas sambil menghempaskan tangan yang dipegangi oleh Verina. Lalu ia menyusul duduk di samping Zea yang sudah mulai fokua kembali dengan benda pipihnya. Zea tak memperdulikan orang yang ada didekatnya.

"Udah ze?" tanya nayla pada Zea.

"Udah," jawabnya singkat.

"Sambil nunggu baksonya, gua mau nerusin yang tadi,"

Mendengar itu, Nayla menelan salivanya dengan susah payah. Apa lagi saat ini Zea tengah menatapnya dengan tatapan dinginnya. Tentu saja, sejak turun dari motor tadi harinya sudah berubah hanya karena seokar Nayla yang memulai kelakuan randomnya. Zea benar-benar berfikir keras, bagaimana dulu ia bisa bersahabat dengan makhluk seperti Nayla.

Nayla menunduk, ia sedang memilih dan memilah kata yang baik untuk ia utarakan pada Zea. Agar ia tak salah berucap, dan Zea dapat memakluminya. Sampai akhirnya ia menghela nafas panjang dan dada kembali sesak untuk mengingat yang membuat ia seperti ini.

"Hmm ... Ceritanya panjang Ze, tapi gua mau bilang kalo gua ..." Nayla menggantungkan kata-katanya. Lalu melihat kearah Zea yang sudah sedikit mencondongkan badannya dan menatap Nayla dengan intens. Nayla kembali menelan salivanya dengan susah payah. Ia benar-benar takut kalau pada akhirnya nanti Zea marah padanya.

"Iya, elu kenapa?" ucap Zea tanpa merubah ekspresinya sama sekali. Padahal Zea sangat tau, kalau Nayla saat ini sedang ketakutan.

Varo and the genk saling pandang satu sama lain. Ia tak mengerti dengan situasi saat ini. Mereka saling menggendikkan bahu satu sama lain dan menggelengkan kepalanya. Tanda bahwa mereka pun tak tau apa yang tengah terjadi.

Melihat Zea yang seperti sedang menahan amarahnya pada Nayla. Entah apa yang terjadi diantara mereka berdua. Varo ingin bertanya, Ia sangat penasaran tapi Ia urungkan karena tak ingin membuat Zea tambah bad mood

"A-abangku mau nikah sama cewek itu Ze, ternyata bener katamu. Dia seriusin cewek itu. Aku minta maaf atas nama Abangku Zea huaaaa huhu," Ungkap Nayla setelah banyaknya pertimbangan. Akhirnya Ia mengungkapkan apa yang terjadi pada dirinya.

Deg

Zea masih dengan ekspresi yang sama saat mendengar pernyataan dari Zea. Ia menutup matanya sejenak dan menghela nafas panjang. Tentu hatinya tak baik-baik saja mendengar ini. Tapi ia tak ingin memperlihatkan semuanya. Baginya, ia dan Abang Nayla telah usai. Ia tak ingin menggali kembali kepahitan yang membuatnya seperti sekarang

"Abangmu yang mau menikah kenapa kamu yang nangis?" tanya Zea saat melihat Nayla sudah sedikit tenang.

"Loh, kamu gak sakit hati Ze? Ini Abangku mau nikah loh." gerutu Nayla kesal melihat ekspresi Sahabatnya. Nayla tak habis pikir pada Zea. Ia saja yang adiknya sakit hati karena yang menjadi iparnya bukan Zea. Tapi wanita yany ditinggalkan Abangnya itu malah biasa saja.

"Kamu pacaran lama kan Ze sama Abangku? Kenapa ekspresi kamu biasa aja?" decak Nayla.

Zea masih memanda lurus ada sahabatnya yang sedang mengerutu hanya karena sikapnya yang biasa saja mendengar itu.

"Aku harus bagaiamana Nayla? Siapa yang harus aku salahkan disini Nayla?" batin Zea.

Saat Nayla ingin berbicara kembali pada Zea. Teh Sari penjual bakso pun datang membawa pesanan mereka. Hingga Nayla mengurungkan niatnya untuk berbicara pada Nayla.

"Neng Zea, ini pesenan nya. Dan ini punya Aa Varo," ujarnya sambil tersenyum ramah.

"Makasih teh," jawab Zea dan Varo bersamaan. Membuat semua yang ada dimeja itu menoleh dan saling pandang satu sama lain.

"Ehem," dehem Raymon.

"Teh saya juga pesen dong bakso komplit satu sama minumnya es teh manis," lajutnya

"Siap a, silahkan dinikmati ya makanannya," Ujar Teh Sari sambil berlalu.

"Makan dulu Nay, Gua laper," Ucap Zea sembari mengambil sendok dan garpu didepannya

Nayla memandang Zea nanar, Ia tau Zea pasti saat ini sedang menyembunyikan semua yang Ia rasakan.

"Ze, Gue gak mau punya ipar kek dia. Apa Lo gak bisa rujukan lagi sama Abang gua." Mohon Nayla pada Zea. Nayla memandang Zea dengan mata yang berkaca-kaca. Ia tak sanggup melihat sahabatnya terus seperti ini. Zea dulu tak seperti ini. Dan itu membuat Nayla merasa bersalah.

Zea meletakan kembali peralatan makannya. Ia memandang Nayla dengan tatapan sendu.

"Jangan membuat usahaku selama ini sia-sia Nayla. Aku susah payah untuk bisa seperti sekarang," Terangnya.

Lalu ia kembali memakan makanannya yang sempat tertunda. Zea makan dengan khidmat seolah tak ada yang terjadi apa pun.

"Kalau kamu gak kuat berjuang untuk bersatu dengan Abangku. Maka aku yang akan menyatukan kalian," batin Nayla.

Episode 2

POV ZEA

Ini hari pertamaku masuk kembali ke sekolah tapi sudah kacau karena seekor Nayla. Entahlah, aku bingung. Bagaimana pertemuannya dulu dengan makhluk bernama Nayla. Aku sering kali jengkel dengan semua tingkahnya.

Tapi, disisi lain aku sangat menyayanginya. Mungkin karena kami memang tinggal di kampung yang sama meski aku baru-baru ini ada disini. Hanya dia yang menyambutku dengan riang saat aku memilih ikut kerumah nenek dari ibuku.

Nayla Syafa Malik perempuan cantik periang, penuntut, kekanakan dan pantang menyerah sebelum apa yang ia mau terpenuhi.

Entah hanya perasaanku saja atau tidak. Aku merasa kali ini Nayla akan melakukan sesuatu. Tapi aku tak tau itu apa. Aku hanya merasakan sesuatu akan terjadi.

Seperti saat ini, ia tiba-tiba berteriak padaku dengan sok menyeramkan. Malah terlihat anak kecil yang sedang menuntut janji dibelikan balon. Makhluk ini memang benar-benar absurd. Meskipun hanya padaku Nayla seperti itu.

Nayla terkenal anak yang cerdas dan periang. Tapi dia pun galaknya gak ketulungan. Aku sering kewalahan melerai Nayla jika dia sedang ribut dengan siapapun. Namun aku bersyukur dalam setiap keadaan apapun Nayla selalu ada untukku. Itu yang membuat aku sangat menyayanginya.

Aku tak peduli seperti sekarang ia telah mengotori seragamku karena semua cairan yang ia keluarkan. Aku kesal frustasi, tapi dia Nayla. Aku tak bisa melakukan apa pun. Hanya gertakan saja paling yang kulakukan padanya agar ia sedikit jera. Meskipun lagi dan lagi, dia adalah Nayla. Wanita unik dengan segala tingkah absurdnya.

"Elap dulu muka lo, penuh segala cairan iwww," ucapku sambil memberi 1 pak tisu kecil

Sssssrrrrrrruuuuuuuuutttttt

"Astaghfirullahal'adzim .. Naylaa !!" aku berteriak saat Nayla melakukan pengeluaran cairan dari hidungnya. Sungguh ini sangat diluar kebiasaan perempuan. Nayla ini benar-benar menguji kesabaranku.

sedikit perdebatan kami lakukan hingga akhirnya terdengar suara bell masuk berbunyi.

Aku tau Nayla takut aku membahas mengenai kelakuannya barusan. Hingga ia dengan buru menyela saat aku hendak bicara dengan dalih jika bell masuk sudah berbunyi. Dan alasan lnya adalah guru kali ini sangat killer.

Aku hanya menghela nafas pasrah. Dan beniat akan memeperhitungkan semuanya. Meski begitu, aku tetap mengikuti langkah Nayla. Tak kupedulikan lagi pakaianku yang kotor.

Saat jam istirahat Aku dan Nayla sedang duduk di bangku kantin. Dan aku memulai menanyakan alasan tingkah Nayla tadi pagi padanya.

"Jadi, bagaimana anda akan menjelaskan masalah tadi pagi ndoro putri?" tanyaku dengan mode serius dan sedikit mengejek Nayla.

"H-hah, t-tadi p-pagi? m-mm em-mang tadi pag ..." belum juga menyelaikan ucapannya yang terbata-bata sudah datang segerombolan cowok famous.

"Kenapa lo Nay, mukanya begitu kek nahan e'e" ujar Varo.

"Ishh ... Elu ganggu aja sih var. Gua kan lagi mau curhat sama bebeb zea," katanya sambil mendelik pada varo.

Aku menghela nafas panjang. Jika sudah ada Varo and the genk pasti hidupnya tak tenang. Meskipun yang mengganggunya hanya Varo seorang. Alvaro Lazuardi laki-laki famous incaran banyak kaum hawa di SMA ini kabarnya. Tapi itu tak berlaku padaku. Aku tak peduli jika sering dikatakan aku dan Nayla tak normal karena nyaris hanya kami berdua yang tak suka dengan anak-anak yang katanya famous itu.

Nayla sering mengatakan jika Alvaro menyukaiku. Bahkan ia sering menanyan Aku ada Nayla. Sering memberi berbagai macam apapun memang. Tapi aku tak tertarik. Bukan, bukan karena dia tak tampan. Alvaro sangat tampan apa lagi dia keturunan indonesia korea italia. Bisa kalian bayangkan bagaimana tampannya dia. Badan yang proposional tinggi diatas rata-rata dari anak seusianya. Alvaro nyaris sempurna untuk ukuran laki-laki idaman.

Alvaro sering mengajakku berbicara meskipun sering aku abaikan. Aku sering acuh tak acuh pada Alvaro. Aku tak ingin membuatnya berharap lebih seandainya apa kata Nayla itu benar. Duniaku dan dia sangat berbeda. Aku tak ingin memperumit lagi kehidupanku. Seperti saat ini, Alvaro mencoba mengajakku berbicara.

"Ze," panggil Varo. Ia tak lagi menggubris pernyataan Nayla. Padahal kan dia sendiri yang nanya hadeuhhh.

"Hmm?" jawabku tanpa mengalihkan pandanganku padanya. aku tetap fokus dengan benda pipih ditanganku. Karena aku sedang menyelesaikan cerita yang kubaca pqda aplikasi nobel.

"Gak ada rasa pengen ngobrol sama gua gitu Ze?" tanya Varo.

Aku menggelengkan kepalaku sebagai tanda tak ada ingin dibicarakan dengan Varo. Varo menghela nafasnya berat, kemudian tersenyum.

"Tapi gua pengen ngobrol Lea,"

Aku mendongak dan mentap tajam pada Varo yang sedang tersenyum padaku.

"Jangan panggil gua Lea!" ucapku dengan dingin

Aku sangat tak suka ada yang memanggilku Lea. meski aku tau, itu masih namaku. Tapi aku tak suka nama itu disebut lagi. Bagiku nama itu hanya membuatku ingat dengan luka itu. Luka yang membuat hatiku cedera hingga saat ini, bahkan mungkin akan tetap aku rasakan seumur hidupku.

"Kenapa? Apa alasannya elu gamau di panggil Lea?" tanyanya padaku.

Aku menghela nafasku berat, mengapa tak ada yang bisa mengerti denganku. Sungguh ini hal yang aku tak suka. aku hanya ingin hidup tenang sesuai dengan yang aku mau. Tapi memang apa boleh buat. Tak ada hidup sesuai keinginan. Aku beranjak dari kursiku menuju stand bakso teh sari. Dari pada aku layani Alvaro lebih baik aku makan saja. Tak lupa aku tawari Nayla. Aku memilih tak menjawab pertanyaaan Varo. Membiarkannya berfikir dengan apa yang ia mau saja. Aku tak ingin membahasnya lagi

"Nay, gua mau pesen mie ayam bakso. Elu mau nitip?"

" Boleh samain aja sama minumnya," ujar nayla.

Aku pun bergegas menuju stand teh sari ingin memesan bakso yang sudah aku rasakan citarasanya dalam mulutku. Karena aku belum sarapan dari pagi alhasil perutku keroncongan sekarang.

Aku merasakan kehadiran orang lain dibelakangku. Dan benar saja, ada seekor Alvaro dibelakangku. Dia tengah tersenyum simpul saat aku melihatnya. Aku bertanya padanya mengapa ia mengikutiku. Dan jawabannya adalah ia lapar. Aku menghela nafasku. Tak ingin banyak berdebat hari ini. Sungguh moodku sudah rusak gara-gara seekor Nayla. Dan sekarang bertambah buruk gara-gara seekor Alvaro.

Aku pun segera memesan bakso pada teh sari. Dan Alvaro ikut memesan sekaligus membayari pesananku dan menyimpan sisanya untuk teman-temannya katanya. Aku menolak untuk di bayari olehnya. Tapi, bukan Alvaro namanya jika tidak memaksa dan tidak rese. Tak lupq Aku mengucapkan terimakasih pada Alvaro dan ia membalasnya dengan tersenyum.

Sungguh, Alvaro sangat tampan. Apa lagi pembawaannya yang sangat berwibawa. Sangat mencerminkan aura kemahalan dari anak seorang konglomerat. Alvaro benar-benar sempurna. Hanya saja aku tak ingin berurusan hati dengannya.

Aku pergi menuju kursiku kembali. Namun, ditengah-tengah perjalananku. Aku kembali dihadang oleh gerombolan wanita tembok. Dia adalah Verina and the genk. Ciwi-ciwi bermuka tebal seperti tembok, dan wajahnya penuh lukisan dan warna di spot-spot tertentu. Kurasa Verina tak berniat untuk sekolah. Tapi dia ingin nongkrong seperti tante-tante diluar sana ups.

Verina memang tak ada kerjaan. Setiap kali memghadangku ia terus menuduhku mendekati Alvaro. Padahal kenyataannya Alvaro lah yang mendekatinya. Seperti saat ini ia ngereog dan berdebat dengan Alvaro dengan manja. Dan mengatakan ia dan Alvaro telah dijodohkan karena bisnis masing-masing keluarga.

Aku yang jengah dengan semuanya. Memilih untuk kembali berjalan menuju kursiku kembali. Aku bosan dengan kelakuan Verina yang tak jelas. Hanya bisa merengek dan sok mengancam aku untuk tidak dekat dengan Alvaro. Padahal jika aku melawan dia paling hanya bisa menangis dan mengadu. Huft.

Tak lama Alvaro menyusulku duduk kembali disampingku. Mungkin dia sudah lepas dari jeratan singa betina yang sedang gila itu.

"Udah ze?" tanya nayla padaku

"Udah," kataku

"Sambil nunggu baksonya, gua mau nerusin yang tadi," sambungku ada Nayla.

Aku melihat ekspresi wajah Nayla langsung berubah gugup. Aku yakin dia sedang bingung untuk menjelaskan sesuatu padaku. Maafkan aku Nayla, tapi aku merasa harus melakukan ini. Sungguh firasatku tak mengenakan sejak tadi. Aku hanya ingin memastikan ada apa sebenarnya sampai membuatmu seperti itu.

Lama Nayla menimang sampai akhirnya ia mengungkapkan apa yang sejak tadi membuatnya seperti itu. Sungguh aku terkejut dengan pernyataan Nayla yang mengatakan jika Abangnya akan menikah. Dadaku mendadak sesak mataku terasa panas. Tapi, sebisa mungkin aku tahan agar tak ada embun yang menggenang dimataku. Aku bersikap biasa saja saat Nayla mengatakan semuanya. Aku tau ia kesa, sampai ia menangis lagi. Aku mengatakan kenapa dia harus menangis. Bukankah yang menikah itu kakaknya? Tapi dia malah marah padaku dan mengatakan seolah aku tak punya hati.

Dia merasa tak terima hanya karena yang menjadi iparnya bukan aku. Saat tengah-tengah perdebatan kecil itu. Pesanan kami datang dibawakan oleh Teh Sari. Aku pun memutuskan untuk lebih baik makan dulu karena perutku sudah tak enak sejak tadi.

"Makan dulu Nay, Gua laper," Ucapku sembari mengambil sendok dan garpu didepanku.

Aku sadar tak ada pergerakan pada Nayla. Aku yakin dia tengah memandangku dengan segala pikiran yang berkecamuk dalam kepalanya.

"Ze, Gue gak mau punya ipar kek dia. Apa Lo gak bisa rujukan lagi sama Abang gua."

Deg

Aku meletakan kembali sendok dan garpuku. Aku memandang Nayla dengan tatapan sendu. Sungguh aku sakit melihat matanya berkaca-kaca sambil memohon padaku seperti ini. Kumohon jangan seperti ini Nayla. Sungguh aku lelah, bukan aku tak mau menuruti keinginanmu. Tapi ibumu tak ingin aku jadi menantunya. Maafkan aku Nayla.

"Jangan membuat usahaku selama ini sia-sia Nayla. Aku susah payah untuk bisa seperti sekarang," Terangku pada Nayla. Aku goyah Nayla jika kamu bersikap seperti ini. Tapi aku bisa apa Nayla.

Aku kembali memakan makananku yang sempat tertunda. Aku makan dengan khidmat seolah tak ada yang terjadi apa pun.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Setelah dari kantin aku memilih memyendiri menujur perpustakaan. Aku ingin menenangkan diri, aku lelah. Aku selalu berfikir bahwa tak ada yang mengerti posisiku. Aku merasa tak ada yang bisa memahami apa yang tengah melanda perasaanku. Mengapa semuanya egois, mereka hanya ingin aku seperti apa yang mereka mau.

Aku resah saat ini merasa akan ada yang terjadi setelah ini. Aku yakin Nayla akan berbuat nekat.

"Ya Allah, jika anak itu akan berbuat yang tidak-tidak aku minta tolong hapus akal gilanya ya Allah. Engkau lebih tau hamba-Mu yang satu itu benar-benar tak bisa diatur," batin Zea.

"Kumohon jangan lakukan apapun Nayla. Aku sudah lelah," batin Zea.

Aku duduk memandang kearah jendela memperhatikan mereka yang berlalu lalang. Tatapanku fokus pada gerbang sekolah, aku memandang sendu pada gerbang itu. Dadaku sesak, aku merasakan sakit hanya dengan melihat gerbang itu. Terlalu banyak kenangan yang aku lewati dimasa lalu hingga aku seolah merasakan kembali semuanya.

"Kenapa harus Abangmu Nayla? Kenapa bukan orang lain? Dan kenapa perempuan itu harus aku?" ucapku pada diriku sendri.

"Kau fikir, Aku tak sakit hati ditinggalkan Abangmu? Aku sakit Nayla! Aku malas memintanya untuk kembali. Kau fikir Aku tak berusaha mengalihkan dunianya dari wanita itu? Aku lelah Nayla biarlah Abangmu itu bahagia dengan wanita pilihannya. Toh memang ibumu pun tak ingin melihat Abangmu denganku." Aku menundukkan kepala sambil terus mengeluarkan kata-kata untuk Nayla yang sejak tadi aku pendam. Aku tak ingin membuatnya terus merasa bersalah hanya karena perpisahan aku dengan Abangnya.

Sungguh, aku lelah mendengar semua hal tentangnya. Aku hanya ingin hidupku kembali tentram tanpa memikirkan apa yang membuatku sesak dan sakit. Sudah cukup bagiku keadaan keluargaku pun tidak baik-baik saja. Aku tak ingin menambahkan beban yang tak ada penyelesaiannya. Biarlah selesai dengan sendirinya tanpa aku lakukan apapun lagi. Bukankah percuma mengejar sesuatu yanh sudah jelas membangun pembatas tinggi agar kita tak bisa menerobosnya?

Bolehkah aku egois kali ini? Aku ingin hidupku tenang! Kumohon jangan menambah bebanku dengan kata-kata kalian yang seolah mengerti dan bisa menyelesaikan masalahnya. Kenapa aku harus menuruti keegoisan kalian hanya karena kisah cintaku tak seperti yang kalian bayangkan?

Wanita mana yang tak ingin bahagia dengan laki-laki yang mencintainya? Wanita mana yang tak ingin bersanding dengan laki-laki yang dia mau? Wanita mana yang tak ingin kisahnya sesuai dengan hayalan mereka saat bersama.

Bukankah setiap pasangan sering membayangkan masa depan mereka yang indah? Bukankah setiap pasangan sering merencanakan kedepannya seperti apa dan ingin bagaimana? Kalian fikir aku tak seperti itu?

Nayla ... Andai kamu tau, aku benci pada Abangmu. Aku ingin memaki dan memukulnya jika dia ada dihadapanku. Tapi amarah dan kebencianku selalu menguap saat melihatnya. Saat ia menatapku sendu.

Kamu tak tau keadaan kami sebenarnya Nayla! Mengapa kau terus memaksaku untuk memperjuangkan Abangmu? Sedangkan Abangmu mati-matian menyuruhku mencari laki-laki lain yang lebih baik darinya. Aku lelah Nayla, kumohon! Biarkan aku sembuh dengan sendirinya. Biarkan aku membentuk diriku kembali. Agar aku bisa seperti dulu lagi.

Biarkan aku memulihkan luka yang ditinggalkan Abangmu Nayla. Kita sama-sama tau, bahwa takdir jodoh dan kematian terus mengikuti setiap makhluk. Tanpa perlu kamu atur pun semua sudah tertera diatas sana. Aku sudah pasrah Nayla. Kumohon mengertilah!

Aku tak menyalahkan ibumu untuk ini Nayla. Aku bersyukur Abangmu memilih menuruti Ibumu dan meninggalkan Aku. Meskipun itu membuat luka dihati kami masing-masing.

Kau tau Nayla?! Aku tak ingin memperpanjang masalah ini karena takut. Aku takut Nayla! Aku takut jika rasa sakit yang Aku rasakan tidak ada bandingannya dengan rasa sakit Abangmu. Aku takut yang dia rasakan lebih sakit dari pada yang aku rasakan. Itulah mengapa aku memilih untuk tak membahas semua ini lagi Nayla.

Jika aku egois dalam hubungan ini, ingin sekali aku meracuni wanita itu agar tak bisa bersanding dengan Abangmu. Ingin sekali aku menjambak dan menendang perutnya hingga ia terjengkang. Ingin sekali aku melenyapkannya Nayla!

Tapi aku tak melakukan itu, karena Aku tak ingin mengotori tanganku hanya karena seekor Abangmu itu. Lebih baik aku diam, dan tak menghiraukan mereka berdua jika aku bertemu. Aku rasa itu lebih menyakitkan dari apapun.

Aku ingin fokus untuk diriku sendiri sekarang meluluskan sekolahku. Dan bekerja atau aku membuka usaha dengan uang simpananku. Aku ingin jadi wanita karir solehah yang bergelimang harta seperti ibunda siti Khadijah. Aku ingin pintar dan cerdas mengikuti jejak ibunda Aisyah.

Aku tak ingin fokus pada rasa sakitku lagi sekarang, masih banyak waktu untuk aku memperjuangkan yang lain. Tidak hanya demi Abangmu itu. Lebih baik aku menebalkan isi dompetku agar keluargaku sejahtera dan bersahaja. Agar aku bisa membagikan kebahagiaan pada orang lain.

Aku ingin bisa berbagi pada yang membutuhkan. Apapun itu, bantuan apapun berbentuk sembako, ilmu pelajaran, dan lainnya. Masih banyak manusia yang harus aku bantu. Keluargaku tak semua berada. Banyak sepupu dari ayahku yang masih kekurangan.

Aku memang sakit hati dan masih belum bisa melupakan Abangmu Nayla. Tapi mungkin ini jalan yang Allah tunjukan padaku agar aku menyudahi semuanya.

Mungkin saat pacaram dengannya aku terlena hingga Aku melupakan Allah didalamnya. Ini teguran untukku Nayla. Melalui ibumu dan Abangmu.

Dan aku tak ingin berlarut memikirkan Abangmu itu Nayla. Aku akan fokus pada tujuanku. Aku ingin mewujudkan semua khayalanku. Ya, khayalanku yang selama ini sering semua orang katakan banyak halu dan tak ada buktinya. Aku akan membuktikan semuanya sekarang.

Aku kembali fokus pada. Jendela yang sedari tadi menjadi objek penglihatanku. Sampai aku akhirnya melihat sosok yang sedari tadi menggangguku.

" Kenzo ..."

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Assalamualaikum temen-temen makasih yang udah langsung baca episode yang publish ya terimakasih untuk dukungannya. Masih penasaran kan dengan ceritanya?? Hehe.

Ayo ada yang bisa tebak siapa kenzo ini??

episode 3

POV Alvaro

Pagi yang cerah selalu di awali dengan senyuman. Kenalin namaku Alvaro Lazuardi anak dari pengusaha yang sedang naik daun saat ini. Eits tenang dulu, aku tak seperti kebanyakan laki-laki yang seperti kalian bayangkan. Aku tidak pernah menggunakan pengaruh orang tuaku dalam hal apapun kecuali soal uang. Uangnya terlalu banyak sehingga Aku sering membantunya menyalurkan uang itu pada orang-orang yang membutuhkan hehe. Tenang saja, aku tak besar kepala seperti kebanyakan orang yang hidupnya sering melibatkan pengaruh orang tuanya agar hidupnya bebas melakukan apapun.

Seperti biasa, aku melakukan aktifitas rutinku untuk menjenguk wanitaku. Ya kalian tidak salah membaca, WANITAKU. Kalian pasti sudah bisa menebak siapa wanita itu. Hah siapa, siapa? Betul ... Airin Azalea Rustandi.

Wanita manis yang selalu berpenampilan apa adanya. Ya menurutku Lea sangatlah manis, kulitnya yang kuning langsat semakin membuatnya menarik menurutku.

Aku tau, sebenarnya banyak yang mau sama dia. Hanya saja dia orangnya terlalu cuek. Meskipun sebenarnya dia baik, hanya saja dia sedikit tertutup pada kebanyakan orang.

Saat aku sampai di kantin, aku tersenyum melihatnya sedang duduk bersama sahabatnya Nayla si manusia unik, haha. Tingkahnya yang absurd dan bar-bar sering membuat Lea-ku kewalahan. Apa lagi dia mempunyai kesabaran setipis tisu.

Aku menggelengkan kepalaku saat melihat Nayla begitu ketakutan melihat Lea.

"bebeb Nay Nay kenapa ye Var?" tanya Raymon padaku.

"Gak tau, kita samperin aja dari pada penasaran," ajakku pada Raymon

Sesampainya aku dihadapan mereka aku tak kuasa menahan tawaku melihat wajah Nayla karena Lea. Sebegitu menakutkannya kah Lea?

"Kenapa lo Nay, mukanya begitu kek nahan e'e" ledekku pada Nayla .

"Ishh ... Elu ganggu aja sih var. Gua kan lagi mau curhat sama bebeb zea," katanya sambil mendelik marah padaku.

"Yah elah ... Si neng, ditanya, sewot amat," ujar raymon. Raymon ini adalah sepupuku. Ia adalah keponakan ibuku.

Aku pun mempedulikan lagi Nayla. Aku lebih memilih untuk mengajak ngobrol Lea. Meskipun aku tau ia akan terus mengacuhkanku. Tak apa, bukankah semua keinginan butuh proses? Maka aku sedang menikmati prosesku mendekati Lea.

Aku sudah lama menyukai Lea saat pertama kali aku menginjakan kakiku disekolah ini. Entahlah apa alasannya, yang aku rasakan adalah Lea berbeda dari wanita yang selama ini aku temui.

Terbukti seperti saat ini, saat aku mengajaknya mengobrol. Aku sengaja memancingnya berbicara, karena aku perhatikan sedari tadi. Ia hanya fokus pada layar hp nya saat aku datang kesini. Aku intip sedikit mencondongkan kepalaku pada layar hp nya. Oh, ternyata dia sedang menulis cerita seperti biasanya.

Lea memang sering mempublish cerita karangannya lewat aplikasi. Dan yang aku tau, itu hobby sekaligus menjadi penghasilannya sekarang. Dia memang wanita yang hebat. Tak salah aku telah menggunakan waktuku selama ini untuk menyukainya.

Aku tersenyum melihatnya meskipu. Ia menunduk. Aku suka menatapnya dengan lama, karena menurutku Lea tak bosan untuk aku tatap lama-lama. Wajah polos tanpa polesan apapun hanya sedikit lipbalm pada bibirnya, mungkin agar tak kering. Kurasa disekolah ini, yang tak bermake-up hanya Lea. Karena sahabatnya saja Nayla memakai make-up meskipun natural dan sangat tipis.

Lea memiliki wajah bulat, matanya seperti huzelnut warna matanya coklat cerah. Alis tebal mirip seperti alis orang turkey. Bibir sedikit tebal dan pipinya yang cubby. Oh ya, jangan lupakan 2 lesung pipi diwajahnya. Itu adalah pemanis alami dan nilai +++ dari Lea.

Aku tau dia jengah dengan tingkahku yang mengajaknya berbicara. Ia pun beranjak dari kursinya. Ia menawari Nayla bakso, yah, Lea dan Nayla selalu memakan bakso jika ke kantin. Aku rasa anak ini melewatkan waktu sarapannya lagi. Tapi malah memesan bakso. Huft.

Tanpa bertanya dulu aku bergegas mengikuti Lea dibelakangnya. Awalnya ia tak menyadari kehadiranku. Tapi lama-lama mungkin ia menyadari derap langkahku. Hingga ia tiba-tiba berbalik mentapaku tajam. Ia pun bertanya padaku mengapa aku mengikutinya. Aku hanya menjawab santai jika aku juga lapar dan ingin memakan bakso juga.

Lea kembali melanjutkan jalannya, tanpa peduli padaku yang berada dibelakangnya.

Ia pun memesan yang dia mau, aku pun mengikutinya dan membayar semua tagihannya pada Teh Sari. Awalnya ia menolak tapi aku tak menerima penelokannya.

Biarlah orang diluar sana menghujatku karena aku bucin pada Lea. Aku tak peduli, yang penting aku bisa berada didekatnya. Meskipun ia tak menyukai kehadiranku.

Aku dan Lea kembali menuju kursi duduk kami yang tadi. Namun penyihir Veri datang menghadang Lea-ku. Arrgghhhh, sungguh aku sangat membenci ayahku saat ini. Karena telah dengan seenaknya menjodohkanku dengan nenek lampir ini. Aku tak suka padanya, selain sikapnya yang semena-mena. Aku tak suka dengan dandanannya. Ia terlihat lebih dewasa dari umurnya karena memakai make-up yang berlebihan. Aku heran kenapa sekolah ini tidak menghukumnya karena bergaya seperti ***** begini.

penyihir ini selalu saja mengganggu Lea. Mengaatakan yang tidak-tidak tentang Lea. Aku maju membela Lea agar Lea tak disakiti oleh wanita gila ini. Kulirik Lea menghela nafasnya berat dan ia memilih pergi menuju Nayla saat aku tengah melawan penyihir untuk melindunginya. Tak apa, yang penting Leaku aman.

Aku menghempaskan tanganku saat Verina memegang tanganku. Aku tak peduli dengannya karena aku memang tak suka dengannya. Apa lagi ia benar-benar terobsesi terhadapku.

Tubuhku merinding, jijik dengan wanita itu. Aku heran bagaimana orangtuanya mendidiknya selama in. Karena menhasilkan seekor Verina.

Aku menhempaskan bokongku di kursi duduk samping Lea. Aku lihat Lea kembali fokus untuk memberi perhitungan pada Nayla. Hingga membuat gadis itu kembali gelagapan dan takut-takut menatap Lea.

Sampai akhirnya, Nayla kembali menangis. Ia berusaha untuk mengatakan apa yang ingin ia sampaikan pada Lea. Meski aku tau itu sulit. Raymon menatapku bingung dan seolah bertanya padaku tentang apa yg ia ingin tau. Aku hanya menggendikkan bahuku tanda aku tak tau. Dan merotasikan netraku memberi kode agar Raymon kembali fokus pda masalah mereka berdua.

Setelah fokus mendengar percakapan mereka. Akhirnya aku tau, apa yang membuat Nayla menangis. Ia tak ingin iparnya bukan Lea. Gadis itu sangat bersikukuh tak ingin digantikan dengan siapa pun. Ia hanya ingin Lea yang menjadi iparnya.

Maaf jika aku egois dan tak sopan. Tapi mendengar hal ini aku tersenyum tipis. Hatiku bersorak riang mendengar laki-laki yang selama ini menjaga Lea telah berpaling. Ahh, rasanya aku ingin salto didepan mereka.

Tak lama kemudia pesanan kami datang. Dan Lea mengakhiri semuanya, karena ia mungkin sudah sangat lapar. Namun lagi-lagi ia terganggung karena Nayla menyela acara makan Lea.

Gadis itu meletakan kembali peralatan makannya. Ia memandang Nayla dengan tatapan sendu.

"Jangan membuat usahaku selama ini sia-sia Nayla. Aku susah payah untuk bisa seperti sekarang," Terangnya.

Lalu ia kembali memakan makanannya yang sempat tertunda. Ia makan dengan khidmat seolah tak ada yang terjadi apa pun.

Aku pun mulai memakan makananku. Kulirik Nayla yang masih memandang Lea dengan tatapan kecewa. Nayla masih menitikkan air matanya yang sedari tadi deras meski ia tak berkedip. Aku tau gadis itu sakit hati karena sudah sangat menyayangi Lea. Dan sudah sangat berharap Lea menjadi kakak iparnya. Namun takdir mungkin akan memilihku menjadi jodoh Lea, hehe. Setidaknya aku lebih leluasa berjuang sekarang.

Aku berkata dalam hatiku.

"Ya Allah, yang aku tau ini adalah berkah didalam musibah. Jika ini adalah kesempatanku untuk mendapatkan Lea. Bantu aku meluluhkan hatinya yang sedang terluka. Aamiiin" hehe.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Aku sedang mengikuti langkah Lea dengan hati-hati, agar ia tak menyadari kehadiranku. Aku tau pasti Lea sedang tak baik-baik saja saat ini. Akhirnya aku memutuskan untuk mengikuti langkah Lea. Dan benar saja, tujuannya adalah perpustakaan. Lea memqng sangat suka menyendiri di perpustakaan saat waktu luang. Ya meskipun, didalam perpus tak hanya sendiri. Mungkin ia menyukai. Tempat itu selain tak akan berisik, ia juga bisa leluasa mengambil buku untuk referensi ceritanya.

Sedikit banyaknya aku tahu tentang Lea, karena memang aku mencari tahu semua tentang kesukaan Lea dan yang tak Lea sukai. Dan aku mencari tahu semua itu tak lain dan tak bukan adalah dari Nayla sahabatnya Lea yang absurd itu.

Aku duduk tak jauh dari Lea, kulihat gadis itu sedang memandang sendu kearah jendela yang langsung memeperlihatkan lapangan dan gerbang keluar masuk sekolah. Aku memandang iba padanya. Rasanya jika tak ingat dia belum muhrimku ingin sekali aku merengkuh tubuh gadis itu.

Aku melihat dan mendengar semua keluh kesah Lea. Hatiku teriris mendengarnya tergugu, Lea-ku tak sekuat itu ternyata. Ternyata, sekuat apapun wanita, ia tetap punya sisi lemah. Sama seperti Lea, sehebat apapun Lea dalam menguasai banyak hal. Lea tetap wanita, ia akan tetap menangis jika sudah tak kuasa menahan bebannya.

"Sesakit itukah lea? Bisakah aku memintamu melihat aku? Aku akan membuatmu bahagia tanpa sakit Lea. Lelaki bodoh yang begitu saja meninggalkanmu demi wanita lain. Aku tak akan sia-siakan kamu Lea. Bisakah kau melihatku sebagai laki-laki yang mencintaimu, bukan pengganggu."

Aku hanya bisa berkata dalam hati saat melihat Lea seperti ini. Aku tak terima Lea-ku menangis. Gadis yang aku inginkan menangisi lelaki lain yang tak bertanggung jawab. Dan sialnya, lelaki itu Abangnya Nayla. Bukan aku tak berani memberi perhitungan padanya. Hanya saja aku menghormati Nayla sebagai sahabat dari wanitaku. Dan aku yakin Lea malah tak suka jika aku seperti itu. Bisa jadi dia malah makin tak suka padaku, dan malah menjauhiku sebelum aku memperjuangkan hatinya. Arrrghhhhh aku tak mau itu terjadi. Lebih baik aku diam dan menjaganya lebih ekstra.

Aku terus memperhatikan Lea yang masih saja mengeluarkan kekesalannya. Kadang ia menangis tergugu membuatku tak tahan ingin merengkuh tubuhnya dan menenangkannya sambil berkata "tenang ya, ada aku," ahhh aku tak tahan Lea. Kumohon, berhentilah menangis sendirian, aku tak bisa melakukan apapun. Ia masih seperti itu, sampai akhirnya ada kalimat menarik yang membuatku tersenyum

Ia berkata tak ingin memikirkan laki-laki itu dan lagi karena masih banyak perjuangannya. Dan yang menarik, ia ingin seperti ibunda Khadijah dan ibunda Aisyah, Masya Allah. Wanitaku memang lain, dia benar-benar hebat.

"Gak salah gue suka sama elo Lea, elo wanita yang sempurna bagi gue. Gue harap elo ga akan terus tangisin cowok itu,"

Sampai akhirnya hening, mungkin Lea-ku sudah puas marah-marah. Atau mungkin ia lelah. Aku melihatnya sudah fokus lagi pada jendela yang sedari tadi menjadi pusat objek penglihatannya. Aku pun memutuskan ingin menghampiri wanita itu. Kurasa ia sudah tenang sekarang, dan akan aman jika aku mendekatinya saat ini. Namun saat aku hampir sampai di meja Lea. Aku mendengar ia menyebutkan nama laki-laki.

"kenzo..." itulah yang kudengar dari bibirnya.

'kenzo? Siapa dia? Apa jangan-jangan ..."

Aku tepat berada di belakang Lea saat ini. Aku pun mengikuti arah pandangnya yang membuat dia membeku seketika.

"Jadi, dia!"

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

POV AUTHOR

Didepan gerbang, seeorang gadis berkerudung hitam tengah terseyum manis pada laki-laki yang sedang menghampirinya.

"Mas Kenzo," panggilnya pada laki-laki itu.

Laki-laki yang dipanggil itu pun tersenyum kearah wanita yang memanggilnya.

"maaf mas lama, Ola udah nunggu dari tadi ya ?"

Vaola anastasya, seeorang guru BK disekolah Zea dan Nayla. Itulah mengapa Nayla sangat tak suka jika Abangnya itu malah menikah dengan wanita ulet keket itu. Yahh, wanita itu terkenal julid dan angkuh. Ia hanya akan bersikap manis pada orang-orang tertentu.

"Enggak kok mas, aku baru aja kedepan eh mas udah ada ternyata, hehe. Kita bener-bener jodoh ya mas." ujar wanita itu sambil memepertahankan senyumnya.

Kenzo mengelus kepala Ola pelan. Ia tersenyum pada wanita yang akan menjadi istrinya itu.

Tanpa mereka sadari jika sedari tadi Nayla sudah mengepalkan tangannya. Melihat Abangnya menghampiri wanita itu.

"Gua harus kasih pelajaran sama wanita ulet keket itu," ujarnya sambil berjalan menghampiri sepasang sejoli yang sedang berjalan menuju bangku taman sampint sekolah.

Raymon yang melihat itupun langsung mengikuti Nayla agar tak menghampiri guru BK nya. Ia tak ingin Nayla kena hukuman oleh guru gila itu. Namun naas, ia tak berhasil menghampiri Nayla. Gadis itu sudah benar-benar dekat dengan posisi dua manusia yang ia hampiri.

"Sial!! Gue harap ada Zea saat yang mencegah Nayla," harapnya cemas. Meski begitu ia tetap berjalan menuju Nayla. Setidaknya ia harus jaga-jaga jika nanti ada hal yang tak diinginkan. Mengingat wanita yang ia sukai ini rada absurd dan gegabah.

Namun dari kejauhan ia melihat Zea berlari kearah Nayla. Raymon tersenyum meihat itu

"Alhamdulillah doa gue dikabul," Raymon bersyukur melihat itu. Ia sedikit lega karena keberadaan Zea didekat Nayla.

Tangan Nayla berhasil dicekal oleh seseorang. Nayla ferleks menoleh, dan berniat akan memarahi orang itu. Namun ia urungkan saat ia tahu yang memegang tangannya adalah Zea. Zea memegang tangannya dengan nafas terengah-engah. Zea menggelengkan kepalanya seolah tau apa yang akan gadis itu perbuat.

Nayla menahan air matanya, tubuhnya bergetar hebat. Apa lagi melihat wajah sahabatnya sembab. Nayla tahu jika Zea habis menangis. Dan dia menyesal sekarang, ia yakin bahwa dirinya yang membuat Zea menangis.

"Ze, gue harus Temuin Abang gue. Gue mohon Ze!" ujarnya oenuh harap pada Nayla. Wajahnya sudah basah karena air mata yang terus mengalir. Wajah Nayla sudah membengkak karena sedari tadi menangis tak hentinya.

"Dek, kamu disini," suara bariton memanggil Nayla dan mendekat kearah Nayla dan Zea.

Nayla dan Zea menoleh menuju sumber suara itu.

Deg,

Langkah laki-laki itu mematung kala ia melihat kearah Zea. Ia menatap Zea dengan tatapan sendu. Kenzo baru sadar, jika sekolah ini adalah tempat mantannya sekolah. Ya, kenzo terlambat menyadari jika 3 wanita yang mengisi hidupnya berada disini.

"Neng," panggilnya pada Zea.

Wanita itu hanya tersenyum dan menunduk. Zea tak ingin bersitatap dengan laki-laki itu. Ia hanya ingin mencegah Nayla. Tak berniat sedikit pun untuk menghampiri laki-laki itu. Tapi, laki-laki itu justru ada dihadapannya saat ini.

"Aa ngapain kesini hah?" bentak Nayla pada Kenzo.

"Nay," tegurku pada Nayla.

"Kamu kenapa ngomongnya begitu sama Aa? Ga sopan tau gak!" sergah Kenzo pada adiknya.

Ola tang sedari tadi memperhatikan interaksi mereka pun tersenyum miring melihat Kenzo membentak adiknya. Ia seolah puas melihat calon adik iparnya itu dimarahi Kenzo. Dasar munafik!!! Ternayata begitu kelakuannya. Pantesan Nayla gamau punya kakak ipar kek dia. Ya gak guys?

"Bodo amat ..!! Mau sopan kek, enggak kek. Aku gak peduli ! Aku tanya Aa ngapain kesini hah?!" sentaknya lagi.

"Nayla !! Aa ga pernah ya ngajarin kamu ngomong kasar begitu," sentak Kenzo lagi. Ia benar-benar dilanda amarah

"Aa udah ! Dia adik kamu loh, gak seharusnya kamu bentak dia kaya gitu," pungkasku.

Kenzo terdiam saat Zea yang berbicara. Wah Zea memang pawangnya kenzo ya. Udah mantan pun masih aja nurut kek macan jinak. Wkwk.

"Mas udah!" ujar Ola sambil memegang tangan Kenzo.

"Cuihh ! Gak sok baik lo! Depan kakak gue aja lo lemah gemulai kek banci baru jadi. Lepasin tangan busuk lo dari tangan Abang gua *****!"

"Nayla, kamu keterlaluan!!" sentak Kenzo sambil mengangkat tangannya hendak menampar Adiknya.

Namun Zea segera mencekal tangan Kenzo hingga tangannya terkilir. Zea menahan sakitnya sambil menatap tajam kearah Kenzo.

"Lebih baik kamu lampiasin semuanya ke Aku a, dari pada kamu harus nyakitin adik kamu dengan bentak dan mau nampar dia? Tampar aku sekarang," tantang Zea pada Kenzo. Sambil mengarahkan tangan Kenzo kearah wajahnya.

Lelaki itu terdiam, dan tangannya melemas saat menyadari apa yang telah ia perbuat. Ia hampir saja menyakiti adiknya sendiri, jika saja tak dicegah oleh Zea.

"A-Aa gak m-maksud bentak dan mukul dia," lirihnya smbil menunduk.

"Aa minta maaf ya dek, jangan kaya gitu lagi ngomongnya. Aa gak suka." ujarnya lagi pada Nayla.

Nayla membuang muka tak ingin melihat Kenzo. Ia muak dan kecewa dengan abangnya yang berubah semenjak dekat dengan wanita ular itu.

"Nayla, Abangmu lagi bicara gak boleh kayak gitu," bukan Zea ataupun Kenzo yang berbicara demikian. Melainkan wanita ular itu yang berbicara. Dan itu membuat Nayla jengah.

"Diem deh lo cewek gatel !! Aa aku udah bilang ya, aku gak setuju Aa sama dia. Aku pengennya Aa sama Zea. Sama Zea a, bukan sama cewek jadi-jadian itu !" teriaknya pada Kenzo.

"Heh, beraninya ya kamu mengatai saya wanita jadi-jadian," sentak Ola. Sepertinya wanita itu mulai terpancing emosi karena kelakuan Nayla. Hingga ia tak menyadari sudah membentak Nayla di hadapan laki-laki yang ia sukai. Ola berjalan kearah Nayla hendak menampar Nayla. Lamun segera dicegah oleh Kenzo.

"Berani kamu menampar adik saya !" bentaknya sambil menghempaskan tangan wanita itu.

"M-mas a-aku ..." kata-katanya menggantung ia gelapan. Ia kehilangan kata-kata. Karena ulahnya sendiri. Ia lupa aktingnya selama ini.

"Aku rasa, kita putus aja. Aku gak nyangka kamu kayak gitu sama adekku. Dek, nanti Aa jemput ya. Kabarin kalo udah pulang," ujar Kenzo sambil mengelus kepala Nayla.

Kenzo sempat bersitatap dengan Zea lama. Namun Zea segera memutuskan tatapannya dan menunduk.

"Makasih karena kamu udah cegah Aa kasar sama Nayla tadi" ucap Kenzo pada Zea.

Deg,

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!