episode 3

POV Alvaro

Pagi yang cerah selalu di awali dengan senyuman. Kenalin namaku Alvaro Lazuardi anak dari pengusaha yang sedang naik daun saat ini. Eits tenang dulu, aku tak seperti kebanyakan laki-laki yang seperti kalian bayangkan. Aku tidak pernah menggunakan pengaruh orang tuaku dalam hal apapun kecuali soal uang. Uangnya terlalu banyak sehingga Aku sering membantunya menyalurkan uang itu pada orang-orang yang membutuhkan hehe. Tenang saja, aku tak besar kepala seperti kebanyakan orang yang hidupnya sering melibatkan pengaruh orang tuanya agar hidupnya bebas melakukan apapun.

Seperti biasa, aku melakukan aktifitas rutinku untuk menjenguk wanitaku. Ya kalian tidak salah membaca, WANITAKU. Kalian pasti sudah bisa menebak siapa wanita itu. Hah siapa, siapa? Betul ... Airin Azalea Rustandi.

Wanita manis yang selalu berpenampilan apa adanya. Ya menurutku Lea sangatlah manis, kulitnya yang kuning langsat semakin membuatnya menarik menurutku.

Aku tau, sebenarnya banyak yang mau sama dia. Hanya saja dia orangnya terlalu cuek. Meskipun sebenarnya dia baik, hanya saja dia sedikit tertutup pada kebanyakan orang.

Saat aku sampai di kantin, aku tersenyum melihatnya sedang duduk bersama sahabatnya Nayla si manusia unik, haha. Tingkahnya yang absurd dan bar-bar sering membuat Lea-ku kewalahan. Apa lagi dia mempunyai kesabaran setipis tisu.

Aku menggelengkan kepalaku saat melihat Nayla begitu ketakutan melihat Lea.

"bebeb Nay Nay kenapa ye Var?" tanya Raymon padaku.

"Gak tau, kita samperin aja dari pada penasaran," ajakku pada Raymon

Sesampainya aku dihadapan mereka aku tak kuasa menahan tawaku melihat wajah Nayla karena Lea. Sebegitu menakutkannya kah Lea?

"Kenapa lo Nay, mukanya begitu kek nahan e'e" ledekku pada Nayla .

"Ishh ... Elu ganggu aja sih var. Gua kan lagi mau curhat sama bebeb zea," katanya sambil mendelik marah padaku.

"Yah elah ... Si neng, ditanya, sewot amat," ujar raymon. Raymon ini adalah sepupuku. Ia adalah keponakan ibuku.

Aku pun mempedulikan lagi Nayla. Aku lebih memilih untuk mengajak ngobrol Lea. Meskipun aku tau ia akan terus mengacuhkanku. Tak apa, bukankah semua keinginan butuh proses? Maka aku sedang menikmati prosesku mendekati Lea.

Aku sudah lama menyukai Lea saat pertama kali aku menginjakan kakiku disekolah ini. Entahlah apa alasannya, yang aku rasakan adalah Lea berbeda dari wanita yang selama ini aku temui.

Terbukti seperti saat ini, saat aku mengajaknya mengobrol. Aku sengaja memancingnya berbicara, karena aku perhatikan sedari tadi. Ia hanya fokus pada layar hp nya saat aku datang kesini. Aku intip sedikit mencondongkan kepalaku pada layar hp nya. Oh, ternyata dia sedang menulis cerita seperti biasanya.

Lea memang sering mempublish cerita karangannya lewat aplikasi. Dan yang aku tau, itu hobby sekaligus menjadi penghasilannya sekarang. Dia memang wanita yang hebat. Tak salah aku telah menggunakan waktuku selama ini untuk menyukainya.

Aku tersenyum melihatnya meskipu. Ia menunduk. Aku suka menatapnya dengan lama, karena menurutku Lea tak bosan untuk aku tatap lama-lama. Wajah polos tanpa polesan apapun hanya sedikit lipbalm pada bibirnya, mungkin agar tak kering. Kurasa disekolah ini, yang tak bermake-up hanya Lea. Karena sahabatnya saja Nayla memakai make-up meskipun natural dan sangat tipis.

Lea memiliki wajah bulat, matanya seperti huzelnut warna matanya coklat cerah. Alis tebal mirip seperti alis orang turkey. Bibir sedikit tebal dan pipinya yang cubby. Oh ya, jangan lupakan 2 lesung pipi diwajahnya. Itu adalah pemanis alami dan nilai +++ dari Lea.

Aku tau dia jengah dengan tingkahku yang mengajaknya berbicara. Ia pun beranjak dari kursinya. Ia menawari Nayla bakso, yah, Lea dan Nayla selalu memakan bakso jika ke kantin. Aku rasa anak ini melewatkan waktu sarapannya lagi. Tapi malah memesan bakso. Huft.

Tanpa bertanya dulu aku bergegas mengikuti Lea dibelakangnya. Awalnya ia tak menyadari kehadiranku. Tapi lama-lama mungkin ia menyadari derap langkahku. Hingga ia tiba-tiba berbalik mentapaku tajam. Ia pun bertanya padaku mengapa aku mengikutinya. Aku hanya menjawab santai jika aku juga lapar dan ingin memakan bakso juga.

Lea kembali melanjutkan jalannya, tanpa peduli padaku yang berada dibelakangnya.

Ia pun memesan yang dia mau, aku pun mengikutinya dan membayar semua tagihannya pada Teh Sari. Awalnya ia menolak tapi aku tak menerima penelokannya.

Biarlah orang diluar sana menghujatku karena aku bucin pada Lea. Aku tak peduli, yang penting aku bisa berada didekatnya. Meskipun ia tak menyukai kehadiranku.

Aku dan Lea kembali menuju kursi duduk kami yang tadi. Namun penyihir Veri datang menghadang Lea-ku. Arrgghhhh, sungguh aku sangat membenci ayahku saat ini. Karena telah dengan seenaknya menjodohkanku dengan nenek lampir ini. Aku tak suka padanya, selain sikapnya yang semena-mena. Aku tak suka dengan dandanannya. Ia terlihat lebih dewasa dari umurnya karena memakai make-up yang berlebihan. Aku heran kenapa sekolah ini tidak menghukumnya karena bergaya seperti ***** begini.

penyihir ini selalu saja mengganggu Lea. Mengaatakan yang tidak-tidak tentang Lea. Aku maju membela Lea agar Lea tak disakiti oleh wanita gila ini. Kulirik Lea menghela nafasnya berat dan ia memilih pergi menuju Nayla saat aku tengah melawan penyihir untuk melindunginya. Tak apa, yang penting Leaku aman.

Aku menghempaskan tanganku saat Verina memegang tanganku. Aku tak peduli dengannya karena aku memang tak suka dengannya. Apa lagi ia benar-benar terobsesi terhadapku.

Tubuhku merinding, jijik dengan wanita itu. Aku heran bagaimana orangtuanya mendidiknya selama in. Karena menhasilkan seekor Verina.

Aku menhempaskan bokongku di kursi duduk samping Lea. Aku lihat Lea kembali fokus untuk memberi perhitungan pada Nayla. Hingga membuat gadis itu kembali gelagapan dan takut-takut menatap Lea.

Sampai akhirnya, Nayla kembali menangis. Ia berusaha untuk mengatakan apa yang ingin ia sampaikan pada Lea. Meski aku tau itu sulit. Raymon menatapku bingung dan seolah bertanya padaku tentang apa yg ia ingin tau. Aku hanya menggendikkan bahuku tanda aku tak tau. Dan merotasikan netraku memberi kode agar Raymon kembali fokus pda masalah mereka berdua.

Setelah fokus mendengar percakapan mereka. Akhirnya aku tau, apa yang membuat Nayla menangis. Ia tak ingin iparnya bukan Lea. Gadis itu sangat bersikukuh tak ingin digantikan dengan siapa pun. Ia hanya ingin Lea yang menjadi iparnya.

Maaf jika aku egois dan tak sopan. Tapi mendengar hal ini aku tersenyum tipis. Hatiku bersorak riang mendengar laki-laki yang selama ini menjaga Lea telah berpaling. Ahh, rasanya aku ingin salto didepan mereka.

Tak lama kemudia pesanan kami datang. Dan Lea mengakhiri semuanya, karena ia mungkin sudah sangat lapar. Namun lagi-lagi ia terganggung karena Nayla menyela acara makan Lea.

Gadis itu meletakan kembali peralatan makannya. Ia memandang Nayla dengan tatapan sendu.

"Jangan membuat usahaku selama ini sia-sia Nayla. Aku susah payah untuk bisa seperti sekarang," Terangnya.

Lalu ia kembali memakan makanannya yang sempat tertunda. Ia makan dengan khidmat seolah tak ada yang terjadi apa pun.

Aku pun mulai memakan makananku. Kulirik Nayla yang masih memandang Lea dengan tatapan kecewa. Nayla masih menitikkan air matanya yang sedari tadi deras meski ia tak berkedip. Aku tau gadis itu sakit hati karena sudah sangat menyayangi Lea. Dan sudah sangat berharap Lea menjadi kakak iparnya. Namun takdir mungkin akan memilihku menjadi jodoh Lea, hehe. Setidaknya aku lebih leluasa berjuang sekarang.

Aku berkata dalam hatiku.

"Ya Allah, yang aku tau ini adalah berkah didalam musibah. Jika ini adalah kesempatanku untuk mendapatkan Lea. Bantu aku meluluhkan hatinya yang sedang terluka. Aamiiin" hehe.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Aku sedang mengikuti langkah Lea dengan hati-hati, agar ia tak menyadari kehadiranku. Aku tau pasti Lea sedang tak baik-baik saja saat ini. Akhirnya aku memutuskan untuk mengikuti langkah Lea. Dan benar saja, tujuannya adalah perpustakaan. Lea memqng sangat suka menyendiri di perpustakaan saat waktu luang. Ya meskipun, didalam perpus tak hanya sendiri. Mungkin ia menyukai. Tempat itu selain tak akan berisik, ia juga bisa leluasa mengambil buku untuk referensi ceritanya.

Sedikit banyaknya aku tahu tentang Lea, karena memang aku mencari tahu semua tentang kesukaan Lea dan yang tak Lea sukai. Dan aku mencari tahu semua itu tak lain dan tak bukan adalah dari Nayla sahabatnya Lea yang absurd itu.

Aku duduk tak jauh dari Lea, kulihat gadis itu sedang memandang sendu kearah jendela yang langsung memeperlihatkan lapangan dan gerbang keluar masuk sekolah. Aku memandang iba padanya. Rasanya jika tak ingat dia belum muhrimku ingin sekali aku merengkuh tubuh gadis itu.

Aku melihat dan mendengar semua keluh kesah Lea. Hatiku teriris mendengarnya tergugu, Lea-ku tak sekuat itu ternyata. Ternyata, sekuat apapun wanita, ia tetap punya sisi lemah. Sama seperti Lea, sehebat apapun Lea dalam menguasai banyak hal. Lea tetap wanita, ia akan tetap menangis jika sudah tak kuasa menahan bebannya.

"Sesakit itukah lea? Bisakah aku memintamu melihat aku? Aku akan membuatmu bahagia tanpa sakit Lea. Lelaki bodoh yang begitu saja meninggalkanmu demi wanita lain. Aku tak akan sia-siakan kamu Lea. Bisakah kau melihatku sebagai laki-laki yang mencintaimu, bukan pengganggu."

Aku hanya bisa berkata dalam hati saat melihat Lea seperti ini. Aku tak terima Lea-ku menangis. Gadis yang aku inginkan menangisi lelaki lain yang tak bertanggung jawab. Dan sialnya, lelaki itu Abangnya Nayla. Bukan aku tak berani memberi perhitungan padanya. Hanya saja aku menghormati Nayla sebagai sahabat dari wanitaku. Dan aku yakin Lea malah tak suka jika aku seperti itu. Bisa jadi dia malah makin tak suka padaku, dan malah menjauhiku sebelum aku memperjuangkan hatinya. Arrrghhhhh aku tak mau itu terjadi. Lebih baik aku diam dan menjaganya lebih ekstra.

Aku terus memperhatikan Lea yang masih saja mengeluarkan kekesalannya. Kadang ia menangis tergugu membuatku tak tahan ingin merengkuh tubuhnya dan menenangkannya sambil berkata "tenang ya, ada aku," ahhh aku tak tahan Lea. Kumohon, berhentilah menangis sendirian, aku tak bisa melakukan apapun. Ia masih seperti itu, sampai akhirnya ada kalimat menarik yang membuatku tersenyum

Ia berkata tak ingin memikirkan laki-laki itu dan lagi karena masih banyak perjuangannya. Dan yang menarik, ia ingin seperti ibunda Khadijah dan ibunda Aisyah, Masya Allah. Wanitaku memang lain, dia benar-benar hebat.

"Gak salah gue suka sama elo Lea, elo wanita yang sempurna bagi gue. Gue harap elo ga akan terus tangisin cowok itu,"

Sampai akhirnya hening, mungkin Lea-ku sudah puas marah-marah. Atau mungkin ia lelah. Aku melihatnya sudah fokus lagi pada jendela yang sedari tadi menjadi pusat objek penglihatannya. Aku pun memutuskan ingin menghampiri wanita itu. Kurasa ia sudah tenang sekarang, dan akan aman jika aku mendekatinya saat ini. Namun saat aku hampir sampai di meja Lea. Aku mendengar ia menyebutkan nama laki-laki.

"kenzo..." itulah yang kudengar dari bibirnya.

'kenzo? Siapa dia? Apa jangan-jangan ..."

Aku tepat berada di belakang Lea saat ini. Aku pun mengikuti arah pandangnya yang membuat dia membeku seketika.

"Jadi, dia!"

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

POV AUTHOR

Didepan gerbang, seeorang gadis berkerudung hitam tengah terseyum manis pada laki-laki yang sedang menghampirinya.

"Mas Kenzo," panggilnya pada laki-laki itu.

Laki-laki yang dipanggil itu pun tersenyum kearah wanita yang memanggilnya.

"maaf mas lama, Ola udah nunggu dari tadi ya ?"

Vaola anastasya, seeorang guru BK disekolah Zea dan Nayla. Itulah mengapa Nayla sangat tak suka jika Abangnya itu malah menikah dengan wanita ulet keket itu. Yahh, wanita itu terkenal julid dan angkuh. Ia hanya akan bersikap manis pada orang-orang tertentu.

"Enggak kok mas, aku baru aja kedepan eh mas udah ada ternyata, hehe. Kita bener-bener jodoh ya mas." ujar wanita itu sambil memepertahankan senyumnya.

Kenzo mengelus kepala Ola pelan. Ia tersenyum pada wanita yang akan menjadi istrinya itu.

Tanpa mereka sadari jika sedari tadi Nayla sudah mengepalkan tangannya. Melihat Abangnya menghampiri wanita itu.

"Gua harus kasih pelajaran sama wanita ulet keket itu," ujarnya sambil berjalan menghampiri sepasang sejoli yang sedang berjalan menuju bangku taman sampint sekolah.

Raymon yang melihat itupun langsung mengikuti Nayla agar tak menghampiri guru BK nya. Ia tak ingin Nayla kena hukuman oleh guru gila itu. Namun naas, ia tak berhasil menghampiri Nayla. Gadis itu sudah benar-benar dekat dengan posisi dua manusia yang ia hampiri.

"Sial!! Gue harap ada Zea saat yang mencegah Nayla," harapnya cemas. Meski begitu ia tetap berjalan menuju Nayla. Setidaknya ia harus jaga-jaga jika nanti ada hal yang tak diinginkan. Mengingat wanita yang ia sukai ini rada absurd dan gegabah.

Namun dari kejauhan ia melihat Zea berlari kearah Nayla. Raymon tersenyum meihat itu

"Alhamdulillah doa gue dikabul," Raymon bersyukur melihat itu. Ia sedikit lega karena keberadaan Zea didekat Nayla.

Tangan Nayla berhasil dicekal oleh seseorang. Nayla ferleks menoleh, dan berniat akan memarahi orang itu. Namun ia urungkan saat ia tahu yang memegang tangannya adalah Zea. Zea memegang tangannya dengan nafas terengah-engah. Zea menggelengkan kepalanya seolah tau apa yang akan gadis itu perbuat.

Nayla menahan air matanya, tubuhnya bergetar hebat. Apa lagi melihat wajah sahabatnya sembab. Nayla tahu jika Zea habis menangis. Dan dia menyesal sekarang, ia yakin bahwa dirinya yang membuat Zea menangis.

"Ze, gue harus Temuin Abang gue. Gue mohon Ze!" ujarnya oenuh harap pada Nayla. Wajahnya sudah basah karena air mata yang terus mengalir. Wajah Nayla sudah membengkak karena sedari tadi menangis tak hentinya.

"Dek, kamu disini," suara bariton memanggil Nayla dan mendekat kearah Nayla dan Zea.

Nayla dan Zea menoleh menuju sumber suara itu.

Deg,

Langkah laki-laki itu mematung kala ia melihat kearah Zea. Ia menatap Zea dengan tatapan sendu. Kenzo baru sadar, jika sekolah ini adalah tempat mantannya sekolah. Ya, kenzo terlambat menyadari jika 3 wanita yang mengisi hidupnya berada disini.

"Neng," panggilnya pada Zea.

Wanita itu hanya tersenyum dan menunduk. Zea tak ingin bersitatap dengan laki-laki itu. Ia hanya ingin mencegah Nayla. Tak berniat sedikit pun untuk menghampiri laki-laki itu. Tapi, laki-laki itu justru ada dihadapannya saat ini.

"Aa ngapain kesini hah?" bentak Nayla pada Kenzo.

"Nay," tegurku pada Nayla.

"Kamu kenapa ngomongnya begitu sama Aa? Ga sopan tau gak!" sergah Kenzo pada adiknya.

Ola tang sedari tadi memperhatikan interaksi mereka pun tersenyum miring melihat Kenzo membentak adiknya. Ia seolah puas melihat calon adik iparnya itu dimarahi Kenzo. Dasar munafik!!! Ternayata begitu kelakuannya. Pantesan Nayla gamau punya kakak ipar kek dia. Ya gak guys?

"Bodo amat ..!! Mau sopan kek, enggak kek. Aku gak peduli ! Aku tanya Aa ngapain kesini hah?!" sentaknya lagi.

"Nayla !! Aa ga pernah ya ngajarin kamu ngomong kasar begitu," sentak Kenzo lagi. Ia benar-benar dilanda amarah

"Aa udah ! Dia adik kamu loh, gak seharusnya kamu bentak dia kaya gitu," pungkasku.

Kenzo terdiam saat Zea yang berbicara. Wah Zea memang pawangnya kenzo ya. Udah mantan pun masih aja nurut kek macan jinak. Wkwk.

"Mas udah!" ujar Ola sambil memegang tangan Kenzo.

"Cuihh ! Gak sok baik lo! Depan kakak gue aja lo lemah gemulai kek banci baru jadi. Lepasin tangan busuk lo dari tangan Abang gua *****!"

"Nayla, kamu keterlaluan!!" sentak Kenzo sambil mengangkat tangannya hendak menampar Adiknya.

Namun Zea segera mencekal tangan Kenzo hingga tangannya terkilir. Zea menahan sakitnya sambil menatap tajam kearah Kenzo.

"Lebih baik kamu lampiasin semuanya ke Aku a, dari pada kamu harus nyakitin adik kamu dengan bentak dan mau nampar dia? Tampar aku sekarang," tantang Zea pada Kenzo. Sambil mengarahkan tangan Kenzo kearah wajahnya.

Lelaki itu terdiam, dan tangannya melemas saat menyadari apa yang telah ia perbuat. Ia hampir saja menyakiti adiknya sendiri, jika saja tak dicegah oleh Zea.

"A-Aa gak m-maksud bentak dan mukul dia," lirihnya smbil menunduk.

"Aa minta maaf ya dek, jangan kaya gitu lagi ngomongnya. Aa gak suka." ujarnya lagi pada Nayla.

Nayla membuang muka tak ingin melihat Kenzo. Ia muak dan kecewa dengan abangnya yang berubah semenjak dekat dengan wanita ular itu.

"Nayla, Abangmu lagi bicara gak boleh kayak gitu," bukan Zea ataupun Kenzo yang berbicara demikian. Melainkan wanita ular itu yang berbicara. Dan itu membuat Nayla jengah.

"Diem deh lo cewek gatel !! Aa aku udah bilang ya, aku gak setuju Aa sama dia. Aku pengennya Aa sama Zea. Sama Zea a, bukan sama cewek jadi-jadian itu !" teriaknya pada Kenzo.

"Heh, beraninya ya kamu mengatai saya wanita jadi-jadian," sentak Ola. Sepertinya wanita itu mulai terpancing emosi karena kelakuan Nayla. Hingga ia tak menyadari sudah membentak Nayla di hadapan laki-laki yang ia sukai. Ola berjalan kearah Nayla hendak menampar Nayla. Lamun segera dicegah oleh Kenzo.

"Berani kamu menampar adik saya !" bentaknya sambil menghempaskan tangan wanita itu.

"M-mas a-aku ..." kata-katanya menggantung ia gelapan. Ia kehilangan kata-kata. Karena ulahnya sendiri. Ia lupa aktingnya selama ini.

"Aku rasa, kita putus aja. Aku gak nyangka kamu kayak gitu sama adekku. Dek, nanti Aa jemput ya. Kabarin kalo udah pulang," ujar Kenzo sambil mengelus kepala Nayla.

Kenzo sempat bersitatap dengan Zea lama. Namun Zea segera memutuskan tatapannya dan menunduk.

"Makasih karena kamu udah cegah Aa kasar sama Nayla tadi" ucap Kenzo pada Zea.

Deg,

Terpopuler

Comments

👑 STEPHAN HARUKA 👑

👑 STEPHAN HARUKA 👑

Mantap! Bukan cuma ceritanya, bagus dalam segala hal.

2023-07-18

1

Cell

Cell

Duh, hati jadi bahagia setelah selesai baca karya ini!

2023-07-18

1

Tomoko Kuroki

Tomoko Kuroki

Penulisnya hebat banget, bikin saya ketagihan baca cerita ini.

2023-07-18

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!