Episode 2

POV ZEA

Ini hari pertamaku masuk kembali ke sekolah tapi sudah kacau karena seekor Nayla. Entahlah, aku bingung. Bagaimana pertemuannya dulu dengan makhluk bernama Nayla. Aku sering kali jengkel dengan semua tingkahnya.

Tapi, disisi lain aku sangat menyayanginya. Mungkin karena kami memang tinggal di kampung yang sama meski aku baru-baru ini ada disini. Hanya dia yang menyambutku dengan riang saat aku memilih ikut kerumah nenek dari ibuku.

Nayla Syafa Malik perempuan cantik periang, penuntut, kekanakan dan pantang menyerah sebelum apa yang ia mau terpenuhi.

Entah hanya perasaanku saja atau tidak. Aku merasa kali ini Nayla akan melakukan sesuatu. Tapi aku tak tau itu apa. Aku hanya merasakan sesuatu akan terjadi.

Seperti saat ini, ia tiba-tiba berteriak padaku dengan sok menyeramkan. Malah terlihat anak kecil yang sedang menuntut janji dibelikan balon. Makhluk ini memang benar-benar absurd. Meskipun hanya padaku Nayla seperti itu.

Nayla terkenal anak yang cerdas dan periang. Tapi dia pun galaknya gak ketulungan. Aku sering kewalahan melerai Nayla jika dia sedang ribut dengan siapapun. Namun aku bersyukur dalam setiap keadaan apapun Nayla selalu ada untukku. Itu yang membuat aku sangat menyayanginya.

Aku tak peduli seperti sekarang ia telah mengotori seragamku karena semua cairan yang ia keluarkan. Aku kesal frustasi, tapi dia Nayla. Aku tak bisa melakukan apa pun. Hanya gertakan saja paling yang kulakukan padanya agar ia sedikit jera. Meskipun lagi dan lagi, dia adalah Nayla. Wanita unik dengan segala tingkah absurdnya.

"Elap dulu muka lo, penuh segala cairan iwww," ucapku sambil memberi 1 pak tisu kecil

Sssssrrrrrrruuuuuuuuutttttt

"Astaghfirullahal'adzim .. Naylaa !!" aku berteriak saat Nayla melakukan pengeluaran cairan dari hidungnya. Sungguh ini sangat diluar kebiasaan perempuan. Nayla ini benar-benar menguji kesabaranku.

sedikit perdebatan kami lakukan hingga akhirnya terdengar suara bell masuk berbunyi.

Aku tau Nayla takut aku membahas mengenai kelakuannya barusan. Hingga ia dengan buru menyela saat aku hendak bicara dengan dalih jika bell masuk sudah berbunyi. Dan alasan lnya adalah guru kali ini sangat killer.

Aku hanya menghela nafas pasrah. Dan beniat akan memeperhitungkan semuanya. Meski begitu, aku tetap mengikuti langkah Nayla. Tak kupedulikan lagi pakaianku yang kotor.

Saat jam istirahat Aku dan Nayla sedang duduk di bangku kantin. Dan aku memulai menanyakan alasan tingkah Nayla tadi pagi padanya.

"Jadi, bagaimana anda akan menjelaskan masalah tadi pagi ndoro putri?" tanyaku dengan mode serius dan sedikit mengejek Nayla.

"H-hah, t-tadi p-pagi? m-mm em-mang tadi pag ..." belum juga menyelaikan ucapannya yang terbata-bata sudah datang segerombolan cowok famous.

"Kenapa lo Nay, mukanya begitu kek nahan e'e" ujar Varo.

"Ishh ... Elu ganggu aja sih var. Gua kan lagi mau curhat sama bebeb zea," katanya sambil mendelik pada varo.

Aku menghela nafas panjang. Jika sudah ada Varo and the genk pasti hidupnya tak tenang. Meskipun yang mengganggunya hanya Varo seorang. Alvaro Lazuardi laki-laki famous incaran banyak kaum hawa di SMA ini kabarnya. Tapi itu tak berlaku padaku. Aku tak peduli jika sering dikatakan aku dan Nayla tak normal karena nyaris hanya kami berdua yang tak suka dengan anak-anak yang katanya famous itu.

Nayla sering mengatakan jika Alvaro menyukaiku. Bahkan ia sering menanyan Aku ada Nayla. Sering memberi berbagai macam apapun memang. Tapi aku tak tertarik. Bukan, bukan karena dia tak tampan. Alvaro sangat tampan apa lagi dia keturunan indonesia korea italia. Bisa kalian bayangkan bagaimana tampannya dia. Badan yang proposional tinggi diatas rata-rata dari anak seusianya. Alvaro nyaris sempurna untuk ukuran laki-laki idaman.

Alvaro sering mengajakku berbicara meskipun sering aku abaikan. Aku sering acuh tak acuh pada Alvaro. Aku tak ingin membuatnya berharap lebih seandainya apa kata Nayla itu benar. Duniaku dan dia sangat berbeda. Aku tak ingin memperumit lagi kehidupanku. Seperti saat ini, Alvaro mencoba mengajakku berbicara.

"Ze," panggil Varo. Ia tak lagi menggubris pernyataan Nayla. Padahal kan dia sendiri yang nanya hadeuhhh.

"Hmm?" jawabku tanpa mengalihkan pandanganku padanya. aku tetap fokus dengan benda pipih ditanganku. Karena aku sedang menyelesaikan cerita yang kubaca pqda aplikasi nobel.

"Gak ada rasa pengen ngobrol sama gua gitu Ze?" tanya Varo.

Aku menggelengkan kepalaku sebagai tanda tak ada ingin dibicarakan dengan Varo. Varo menghela nafasnya berat, kemudian tersenyum.

"Tapi gua pengen ngobrol Lea,"

Aku mendongak dan mentap tajam pada Varo yang sedang tersenyum padaku.

"Jangan panggil gua Lea!" ucapku dengan dingin

Aku sangat tak suka ada yang memanggilku Lea. meski aku tau, itu masih namaku. Tapi aku tak suka nama itu disebut lagi. Bagiku nama itu hanya membuatku ingat dengan luka itu. Luka yang membuat hatiku cedera hingga saat ini, bahkan mungkin akan tetap aku rasakan seumur hidupku.

"Kenapa? Apa alasannya elu gamau di panggil Lea?" tanyanya padaku.

Aku menghela nafasku berat, mengapa tak ada yang bisa mengerti denganku. Sungguh ini hal yang aku tak suka. aku hanya ingin hidup tenang sesuai dengan yang aku mau. Tapi memang apa boleh buat. Tak ada hidup sesuai keinginan. Aku beranjak dari kursiku menuju stand bakso teh sari. Dari pada aku layani Alvaro lebih baik aku makan saja. Tak lupa aku tawari Nayla. Aku memilih tak menjawab pertanyaaan Varo. Membiarkannya berfikir dengan apa yang ia mau saja. Aku tak ingin membahasnya lagi

"Nay, gua mau pesen mie ayam bakso. Elu mau nitip?"

" Boleh samain aja sama minumnya," ujar nayla.

Aku pun bergegas menuju stand teh sari ingin memesan bakso yang sudah aku rasakan citarasanya dalam mulutku. Karena aku belum sarapan dari pagi alhasil perutku keroncongan sekarang.

Aku merasakan kehadiran orang lain dibelakangku. Dan benar saja, ada seekor Alvaro dibelakangku. Dia tengah tersenyum simpul saat aku melihatnya. Aku bertanya padanya mengapa ia mengikutiku. Dan jawabannya adalah ia lapar. Aku menghela nafasku. Tak ingin banyak berdebat hari ini. Sungguh moodku sudah rusak gara-gara seekor Nayla. Dan sekarang bertambah buruk gara-gara seekor Alvaro.

Aku pun segera memesan bakso pada teh sari. Dan Alvaro ikut memesan sekaligus membayari pesananku dan menyimpan sisanya untuk teman-temannya katanya. Aku menolak untuk di bayari olehnya. Tapi, bukan Alvaro namanya jika tidak memaksa dan tidak rese. Tak lupq Aku mengucapkan terimakasih pada Alvaro dan ia membalasnya dengan tersenyum.

Sungguh, Alvaro sangat tampan. Apa lagi pembawaannya yang sangat berwibawa. Sangat mencerminkan aura kemahalan dari anak seorang konglomerat. Alvaro benar-benar sempurna. Hanya saja aku tak ingin berurusan hati dengannya.

Aku pergi menuju kursiku kembali. Namun, ditengah-tengah perjalananku. Aku kembali dihadang oleh gerombolan wanita tembok. Dia adalah Verina and the genk. Ciwi-ciwi bermuka tebal seperti tembok, dan wajahnya penuh lukisan dan warna di spot-spot tertentu. Kurasa Verina tak berniat untuk sekolah. Tapi dia ingin nongkrong seperti tante-tante diluar sana ups.

Verina memang tak ada kerjaan. Setiap kali memghadangku ia terus menuduhku mendekati Alvaro. Padahal kenyataannya Alvaro lah yang mendekatinya. Seperti saat ini ia ngereog dan berdebat dengan Alvaro dengan manja. Dan mengatakan ia dan Alvaro telah dijodohkan karena bisnis masing-masing keluarga.

Aku yang jengah dengan semuanya. Memilih untuk kembali berjalan menuju kursiku kembali. Aku bosan dengan kelakuan Verina yang tak jelas. Hanya bisa merengek dan sok mengancam aku untuk tidak dekat dengan Alvaro. Padahal jika aku melawan dia paling hanya bisa menangis dan mengadu. Huft.

Tak lama Alvaro menyusulku duduk kembali disampingku. Mungkin dia sudah lepas dari jeratan singa betina yang sedang gila itu.

"Udah ze?" tanya nayla padaku

"Udah," kataku

"Sambil nunggu baksonya, gua mau nerusin yang tadi," sambungku ada Nayla.

Aku melihat ekspresi wajah Nayla langsung berubah gugup. Aku yakin dia sedang bingung untuk menjelaskan sesuatu padaku. Maafkan aku Nayla, tapi aku merasa harus melakukan ini. Sungguh firasatku tak mengenakan sejak tadi. Aku hanya ingin memastikan ada apa sebenarnya sampai membuatmu seperti itu.

Lama Nayla menimang sampai akhirnya ia mengungkapkan apa yang sejak tadi membuatnya seperti itu. Sungguh aku terkejut dengan pernyataan Nayla yang mengatakan jika Abangnya akan menikah. Dadaku mendadak sesak mataku terasa panas. Tapi, sebisa mungkin aku tahan agar tak ada embun yang menggenang dimataku. Aku bersikap biasa saja saat Nayla mengatakan semuanya. Aku tau ia kesa, sampai ia menangis lagi. Aku mengatakan kenapa dia harus menangis. Bukankah yang menikah itu kakaknya? Tapi dia malah marah padaku dan mengatakan seolah aku tak punya hati.

Dia merasa tak terima hanya karena yang menjadi iparnya bukan aku. Saat tengah-tengah perdebatan kecil itu. Pesanan kami datang dibawakan oleh Teh Sari. Aku pun memutuskan untuk lebih baik makan dulu karena perutku sudah tak enak sejak tadi.

"Makan dulu Nay, Gua laper," Ucapku sembari mengambil sendok dan garpu didepanku.

Aku sadar tak ada pergerakan pada Nayla. Aku yakin dia tengah memandangku dengan segala pikiran yang berkecamuk dalam kepalanya.

"Ze, Gue gak mau punya ipar kek dia. Apa Lo gak bisa rujukan lagi sama Abang gua."

Deg

Aku meletakan kembali sendok dan garpuku. Aku memandang Nayla dengan tatapan sendu. Sungguh aku sakit melihat matanya berkaca-kaca sambil memohon padaku seperti ini. Kumohon jangan seperti ini Nayla. Sungguh aku lelah, bukan aku tak mau menuruti keinginanmu. Tapi ibumu tak ingin aku jadi menantunya. Maafkan aku Nayla.

"Jangan membuat usahaku selama ini sia-sia Nayla. Aku susah payah untuk bisa seperti sekarang," Terangku pada Nayla. Aku goyah Nayla jika kamu bersikap seperti ini. Tapi aku bisa apa Nayla.

Aku kembali memakan makananku yang sempat tertunda. Aku makan dengan khidmat seolah tak ada yang terjadi apa pun.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Setelah dari kantin aku memilih memyendiri menujur perpustakaan. Aku ingin menenangkan diri, aku lelah. Aku selalu berfikir bahwa tak ada yang mengerti posisiku. Aku merasa tak ada yang bisa memahami apa yang tengah melanda perasaanku. Mengapa semuanya egois, mereka hanya ingin aku seperti apa yang mereka mau.

Aku resah saat ini merasa akan ada yang terjadi setelah ini. Aku yakin Nayla akan berbuat nekat.

"Ya Allah, jika anak itu akan berbuat yang tidak-tidak aku minta tolong hapus akal gilanya ya Allah. Engkau lebih tau hamba-Mu yang satu itu benar-benar tak bisa diatur," batin Zea.

"Kumohon jangan lakukan apapun Nayla. Aku sudah lelah," batin Zea.

Aku duduk memandang kearah jendela memperhatikan mereka yang berlalu lalang. Tatapanku fokus pada gerbang sekolah, aku memandang sendu pada gerbang itu. Dadaku sesak, aku merasakan sakit hanya dengan melihat gerbang itu. Terlalu banyak kenangan yang aku lewati dimasa lalu hingga aku seolah merasakan kembali semuanya.

"Kenapa harus Abangmu Nayla? Kenapa bukan orang lain? Dan kenapa perempuan itu harus aku?" ucapku pada diriku sendri.

"Kau fikir, Aku tak sakit hati ditinggalkan Abangmu? Aku sakit Nayla! Aku malas memintanya untuk kembali. Kau fikir Aku tak berusaha mengalihkan dunianya dari wanita itu? Aku lelah Nayla biarlah Abangmu itu bahagia dengan wanita pilihannya. Toh memang ibumu pun tak ingin melihat Abangmu denganku." Aku menundukkan kepala sambil terus mengeluarkan kata-kata untuk Nayla yang sejak tadi aku pendam. Aku tak ingin membuatnya terus merasa bersalah hanya karena perpisahan aku dengan Abangnya.

Sungguh, aku lelah mendengar semua hal tentangnya. Aku hanya ingin hidupku kembali tentram tanpa memikirkan apa yang membuatku sesak dan sakit. Sudah cukup bagiku keadaan keluargaku pun tidak baik-baik saja. Aku tak ingin menambahkan beban yang tak ada penyelesaiannya. Biarlah selesai dengan sendirinya tanpa aku lakukan apapun lagi. Bukankah percuma mengejar sesuatu yanh sudah jelas membangun pembatas tinggi agar kita tak bisa menerobosnya?

Bolehkah aku egois kali ini? Aku ingin hidupku tenang! Kumohon jangan menambah bebanku dengan kata-kata kalian yang seolah mengerti dan bisa menyelesaikan masalahnya. Kenapa aku harus menuruti keegoisan kalian hanya karena kisah cintaku tak seperti yang kalian bayangkan?

Wanita mana yang tak ingin bahagia dengan laki-laki yang mencintainya? Wanita mana yang tak ingin bersanding dengan laki-laki yang dia mau? Wanita mana yang tak ingin kisahnya sesuai dengan hayalan mereka saat bersama.

Bukankah setiap pasangan sering membayangkan masa depan mereka yang indah? Bukankah setiap pasangan sering merencanakan kedepannya seperti apa dan ingin bagaimana? Kalian fikir aku tak seperti itu?

Nayla ... Andai kamu tau, aku benci pada Abangmu. Aku ingin memaki dan memukulnya jika dia ada dihadapanku. Tapi amarah dan kebencianku selalu menguap saat melihatnya. Saat ia menatapku sendu.

Kamu tak tau keadaan kami sebenarnya Nayla! Mengapa kau terus memaksaku untuk memperjuangkan Abangmu? Sedangkan Abangmu mati-matian menyuruhku mencari laki-laki lain yang lebih baik darinya. Aku lelah Nayla, kumohon! Biarkan aku sembuh dengan sendirinya. Biarkan aku membentuk diriku kembali. Agar aku bisa seperti dulu lagi.

Biarkan aku memulihkan luka yang ditinggalkan Abangmu Nayla. Kita sama-sama tau, bahwa takdir jodoh dan kematian terus mengikuti setiap makhluk. Tanpa perlu kamu atur pun semua sudah tertera diatas sana. Aku sudah pasrah Nayla. Kumohon mengertilah!

Aku tak menyalahkan ibumu untuk ini Nayla. Aku bersyukur Abangmu memilih menuruti Ibumu dan meninggalkan Aku. Meskipun itu membuat luka dihati kami masing-masing.

Kau tau Nayla?! Aku tak ingin memperpanjang masalah ini karena takut. Aku takut Nayla! Aku takut jika rasa sakit yang Aku rasakan tidak ada bandingannya dengan rasa sakit Abangmu. Aku takut yang dia rasakan lebih sakit dari pada yang aku rasakan. Itulah mengapa aku memilih untuk tak membahas semua ini lagi Nayla.

Jika aku egois dalam hubungan ini, ingin sekali aku meracuni wanita itu agar tak bisa bersanding dengan Abangmu. Ingin sekali aku menjambak dan menendang perutnya hingga ia terjengkang. Ingin sekali aku melenyapkannya Nayla!

Tapi aku tak melakukan itu, karena Aku tak ingin mengotori tanganku hanya karena seekor Abangmu itu. Lebih baik aku diam, dan tak menghiraukan mereka berdua jika aku bertemu. Aku rasa itu lebih menyakitkan dari apapun.

Aku ingin fokus untuk diriku sendiri sekarang meluluskan sekolahku. Dan bekerja atau aku membuka usaha dengan uang simpananku. Aku ingin jadi wanita karir solehah yang bergelimang harta seperti ibunda siti Khadijah. Aku ingin pintar dan cerdas mengikuti jejak ibunda Aisyah.

Aku tak ingin fokus pada rasa sakitku lagi sekarang, masih banyak waktu untuk aku memperjuangkan yang lain. Tidak hanya demi Abangmu itu. Lebih baik aku menebalkan isi dompetku agar keluargaku sejahtera dan bersahaja. Agar aku bisa membagikan kebahagiaan pada orang lain.

Aku ingin bisa berbagi pada yang membutuhkan. Apapun itu, bantuan apapun berbentuk sembako, ilmu pelajaran, dan lainnya. Masih banyak manusia yang harus aku bantu. Keluargaku tak semua berada. Banyak sepupu dari ayahku yang masih kekurangan.

Aku memang sakit hati dan masih belum bisa melupakan Abangmu Nayla. Tapi mungkin ini jalan yang Allah tunjukan padaku agar aku menyudahi semuanya.

Mungkin saat pacaram dengannya aku terlena hingga Aku melupakan Allah didalamnya. Ini teguran untukku Nayla. Melalui ibumu dan Abangmu.

Dan aku tak ingin berlarut memikirkan Abangmu itu Nayla. Aku akan fokus pada tujuanku. Aku ingin mewujudkan semua khayalanku. Ya, khayalanku yang selama ini sering semua orang katakan banyak halu dan tak ada buktinya. Aku akan membuktikan semuanya sekarang.

Aku kembali fokus pada. Jendela yang sedari tadi menjadi objek penglihatanku. Sampai aku akhirnya melihat sosok yang sedari tadi menggangguku.

" Kenzo ..."

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Assalamualaikum temen-temen makasih yang udah langsung baca episode yang publish ya terimakasih untuk dukungannya. Masih penasaran kan dengan ceritanya?? Hehe.

Ayo ada yang bisa tebak siapa kenzo ini??

Terpopuler

Comments

Adonia Kamenglet

Adonia Kamenglet

keren

2023-08-07

0

Martin victoriano Nava villalba

Martin victoriano Nava villalba

Keren abis nih karya, besok balik lagi baca baruannya!

2023-07-17

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!