Sekitar pukul 17.20 maira pun pamit untuk pulang, dia tidak ingin kalau orang tuanya bertanya tentang banyak hal jika dia pulang lebih awal karena dia sedang bekerja.
"Alya, aku pamit pulang ya!" maira pamit pada Alya.
"Bagiamana kalau aku antar pakai motor saja Mai?" Aliya menawarkan bantuan.
"Tidak Usah , Terimakasih sebelum nya."
"Tapi aku pakai taksi saja."
"Ya sudah, kalau begitu kamu hati-hati ya Mai."
"Iya Al."
Maira memeluk erat sahabatnya sebelum pergi dari rumah Alya. Dia merasa sedikit lebih tenang setelah bersama dengan Alya. walaupun tak semua yang terjadi diceritakan Maira kepada Alya.
Diperjalanan maira mencoba menenangkan hatinya, yang nyatanya masih terluka oleh hinaan dan perlakuan Aurel terhadapnya.
rasa sakit itu begitu melekat dihati nya, namun maira harus menelan semua kepahitan itu, dan ini tidak seberapa dibandingkan yang dulu pernah dilakukan oleh Aurel dan Radit kepadanya.
Taksi yang ditumpangi oleh Maira pun berhenti di depan gerbang utama rumahnya maira. Setelah membayar takdir, maira pun berjalan masuk kedalam rumah nya.
Dan benar saja yang ditakutkan nya, iya disambut oleh kedua orang tuanya di ruang tamu ternyata papa dan mamanya telah menunggu maira pulang.
"Ma, pa!" sapa maira.
"Mai, kamu capek?" tanya mama.
"Enggak ma!" jawab maira memperlihatkan senyuman nya.
"Tapi mama perhatikan kamu seperti kecapean?" tanya mama .
"Tidak ma, aku baik-baik saja."
"Ya sudah, maira ke kamar dulu ya ma, pa!"
Maira memang ingin bergegas pergi ke ke kamarnya, Agara papa dan mama nya tidak menyadari kalau saat ini dia memakai baju yang berbeda dengan saat dia pergi.
Namun sepertinya maira kalah cepat, sebelum dia melangkahkan kakinya, mama nya sudah menyadari akan hal itu.
"Mai, kamu pakai baju siapa?" tanya mama sambil berdiri mendekat ke arah maira.
"perasaan mama, tadi pagi kamu menggunakan baju yang berbeda."
"Oh, ini ma. Baju temannya maira."
"Tadi baju maira basah, karena ketumpahan air." jawab maira berbohong."
"Ya sudah, kalau begitu kamu istirahat saja."
"iya ma, Maira ke kamar ya!"
"Iya sayang." mama tersenyum ke arah nya.
Maira pun berjalan ke kamar nya dia tak ingin mama nya mempertanyakan hal-hal lain, apalagi kalau mama nya sadar dengan matanya yang sedikit sembab.
Maira tak ingin menambah kebohongan lagi, hanya untuk menutupi apa yang terjadi. Maira masuk ke kamar nya, dan mendudukkan tubuhnya di pinggir tempat tidur miliknya.
saat itu Maira terlihat menarik nafas panjang, untuk menenangkan hatinya yang saat itu masih kacau balau. ternyata apa yang dilakukan orang hari ini begitu mengganggu hatinya.
"Kenapa takbir malah mempertemukan aku dengan mereka lagi?" tanya Meira pada dirinya sendiri.
Maira pernah berharap kalau tidak ingin bertemu dengan mereka sampai kapanpun. namun ternyata dunia itu begitu sempit mereka kembali dipertemukan namun di waktu yang tidak tepat.
Maira, jadi malu dengan bos nya pak Aditya, apa yang pak Aditya akan pikirkan tentang dirinya. setelah mendengar perkataan Aurel. Apakah dia masih mampu untuk hadir ke kantor dan menatap mata orang yang baru dua hari menjadi atasannya.
Pikiran dan hati maira benar-benar kacau saat itu. Maira menjatuhkan tubuhnya ke tempat tidur menatap langit-langit kamar yang berwarna putih itu.
kenapa bayangan masa lalu itu harus hadir lagi dalam kehidupan nya. Maira malam itu memutuskan untuk tidak turun ke meja makan. Dengan alasan masih kenyang.
Walaupun mama menjadi khawatir dengan kondisi dirinya, namun maira tidak ingin mama khawatir melihat matanya yang sembab.
Keesokan pagi, seperti biasa maira tidak sarapan dan langsung pergi ke kantor. namun di sepanjang perjalanan perasaan Maira campur aduk. dia takut kalau nanti Aditya akan menanyakan tentang hubungannya dengan Aurel.
Apalagi yang terjadi kemarin pas di jadwal meeting, walaupun maira tau semua itu sama sekali tidak merugikan Aditya.
taksi yang ditumpangi oleh Maira pun berhenti di parkiran kantor nya. Dengan malas maira keluar dan menuju ke lobi hotel.
Disana dia disapa oleh dua orang satpam yang sedang berada dilobi kantor.
"Selamat lagi mbak maira!"
"Pagi pak." jawab maira ramah
" Kok pagi sekali mbak datang nya?"
Namun maira hanya tersenyum, karena memang dia sengaja berangkat pagi-pagi agar tidak berpapasan dengan mama nya.
maira berjalan menuju ruangan di mana tempat dia bekerja. namun sesampai di sana merah merasa begitu lapar karena memang dari semalam dia melewatkan makan malam nya.
Maira terpaksa turun kelantai dasar menuju kantin. Karena dia memang harus mengisi perutnya, agar bisa bekerja dengan baik .
Setelah selesai sarapan maira kembali ke ruangan nya, dan begitu kagetnya dia, karena ternyata Aditya sedang duduk menunggu nya.
"Apa yang akan terjadi?" batin maira.
"Selamat pagi pak, Maaf tadi saya sarapan lebih dulu." jawab maira sedikit gugup.
"Tidak apa-apa."
"Apa ada yang bisa saya bantu pak?" tanya maira sopan.
"Apa kita ada meeting hari ini?" tanya Aditya.
"Iya pak, nanti siang dikantor kita." jawab maira sambil membuka buku agenda milik nya.
"ya sudah kalau begitu."
"Silahkan lanjutkan pekerjaan kamu."
"Iya pak."
Tampa bicara lagi Aditya bangun dari duduk nya , namun belum sempat Aditya melangkahkan kakinya, maira memanggilnya.
"Pak Aditya!"
Aditya pun menghentikan langkahnya, dan berbalik ke arah maira. Karena ingin mendengar apa yang akan dikatakan oleh Maira.
"Pak saya minta maaf untuk kejadian kemarin."
"Saya tau mungkin sudah mempermalukan bapak."
"Tapai saya tidak punya niat begitu."
"Sudah lupakan semuanya, semua itu tidak merugikan saya, apalagi perusahaan kita."
"Bekerjalah dengan baik."
'Terimakasih pak."
"Sudah kerjakan tugas kamu, saya akan kembali ke ruangan saya."
"Iya pak."
"Setelah Aditya pergi, maira sedikit tenang, setidaknya dia sudah minta maaf atas apa yang telah terjadi. Walaupun tidak merugikan perusahaan, namun maira tidak enak hati dengan apa yang terjadi.
Hari itu setelah maira menemani meeting Aditya, dia pun berniat untuk pulang ,karena Aditya sudah mengizinkannya pulang.
Namun belum lagi sempat maira meninggalkan kantor, dia malah bertemu dengan Radit di depan pintu ruangannya Aditya.
"Maira!" panggil pria itu.
Namun maira hanya menatap sesaat ke arah nya bahkan tak memberikan jawaban. dan maira pun memutuskan untuk pergi, namun tangannya ditahan oleh Radit.
"Lepaskan tangan saya!" ucap maira.
"Maira, tolong dengarkan penjelasan saya dulu."
"Maaf, saya tidak punya masalah dengan bapak." maira menepis tangan Radit.
"Maira tunggu!" Radit kembali menahan pergelangan tangan maira.
"Maaf, anda kesini ingin bertemu siapa?"
"Maira ,tolong jangan seperti itu. kamu harus tau semua yang terjadi."
"Maaf saya tidak punya waktu." jawab maira tanpa menatap.
"Mai, saya tau kalau saya salah."
"Tapi jangan seperti ini."
"Maaf, saya sudah tidak ingat apapun."
Maira, tak lagi ingin mendengar apapun, dia pergi begitu saja, dan tak jauh dari tempat mereka ada sepasang mata yang sedang melihat ke arah mereka.
Akankah kehadiran Radit, membuat maira kehilangan ketenangan nya dalam bekerja?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments