Maira yang baru saja Kembali dari toilet pun begitu kaget ketika melihat kolega dari bos nya hari itu. Terasa ada yang tercekat di tenggorokan nya.
Seorang wanita yang menatap tajam ke arahnya saat itu. Namun maira tidak mengalihkan pandangan nya dari sana. dia membalas tatapan itu tidak kalah tajam nya.
seakan maira lupa kalau saat ini dia sedang bekerja.
"Ternyata dunia ini begitu sempit." ucap wanita yang memakai baju kekurangan bahan itu.
Namun maira tak memberikan jawaban apapun, dia hanya terus menatap tajam ke arah pasangan suami istri itu, bahkan sampai-sampai membuat Aditya bingung.
"Sepertinya kalian sudah saling kenal?" tanya Aditya.
"Iya bukan hanya kenal, tapi sangat kenal." ucap wanita yang terus menempel pada lelaki yang merupakan koleganya Aditya.
"Sudah lah , kita kesini untuk meeting!" ucap lelaki itu tanpa menatap sedikit pun ke arah maira.
"Tapi lebih baik kita pulang, karena aku tidak ingin kamu bekerja sama dengan dia." menunjuk dengan dagu ke arah maira.
"Pak, lebih baik saya permisi." ucap maira pada Aditya.
"Kamu mau kemana Mai? Kita belum mulai meeting nya."
"Tapi pak sepertinya kolega bapak tidak suka dengan saya."jawab maira tenang.
"Kalau begitu kita pergi bersama -sama dari sini."
Ternyata perkataan Aditya membuat lelaki yang masih berdiri ditempatnya itu terlihat panik. Bagaimana tidak karena bukan lah Aditya yang membutuhkan kerjasama itu, tapi dia.
"Pak Aditya, lebih baik kita bicarakan baik-baik Masalah ini." ucap lelaki tersebut.
"Tapi saya datang bersama sekertaris saya, jika kalian keberatan bekerja dengan nya, saya permisi."
"Maaf pak Aditya, saya tidak ada permasalahan apapun dengan sekretaris bapak."
"Mas, apa maksud kamu bicara begitu?" tanya perempuan yang bernama Aurel itu.
"Kita kesini untuk menjalin kerjasama dengan pak Aditya,bukan untuk mencari keributan."
"Mas kamu bilang saja, kalau ingin berdekatan terus dengan perawan tua itu."
kali ini, sepertinya perkataan dari Aurel membuat Maira begitu emosi, merah yang tadinya sudah duduk di samping Aditya seketika bangun dan menatap tajam ke arah Aurel.
Namun belum sempat bayaran mengatakan sepatah kata pun Aditya langsung memotong perkataan dari Aurel.
"maaf nyonya, sepertinya Anda tidak suka bekerja sama dengan perusahaan saya."
"tapi tolong jangan bicara kasar kepada sekretaris saya."
" Baik pak Radit, kerjasama kita hari ini saya batalkan."
"Saya permisi." ucap Aditya.
"Pak Aditya tunggu, saya sangat membutuhkan kerjasama ini."
"Tapi maaf saya sudah tidak ingin bekerja sama dengan pak Radit."
"Tolong berikan saya kesempatan."
"Maaf tadi istri anda sudah tidak sopan dengan sekretaris saya, kami permisi."
"Ayo maira!" menarik pergelangan tangan maira yang saat itu berdiri mematung ditempat nya.
Mereka pun pergi meninggalkan private room tersebut, Dan tentu saja lelaki yang bernama Radit itu tidak tinggal diam, dia berlari mengejar Aditya.
"Pak Aditya, tolong berikan saya kesempatan!" pinta Radit.
"Saya tidak bisa."
"tapi pak apa yang harus saya lakukan, saat ini perusahaan kami butuh suntikan dana."
"kalau tidak perusahaan akan koleps ."
"Kalau begitu bapak harus minta istri pak Radit untuk minta maaf kepada sekertaris saya."
"Baik pak."
Radit langsung menarik tangan Aurel yang kebetulan telah sampai disana, dan memintanya untuk minta maaf, namun Aurel menolak nya.
"Sampai kapan pun aku tidak akan minta maaf, lebih baik aku jatuh miskin dari pada minta maaf kepada perawan tua ini.
"Cukup Aurel." bentak Radit pada istrinya.
"Apa mas, kamu Berani membentak ku hanya karena wanita tidak laku ini?" Aurel menunjuk ke arah maira.
Maira masih diam ditempatnya, dia tau saat ini posisinya sedang serba salah, jika dia melawan maka dia akan mempermalukan bos mau, dan dia tidak ingin hari kedu dia bekerja menjadi hari terakhir untuk dirinya.
"Aurel, minta maaf sekrang juga kepada maira!" suara Radit terdengar begitu marah, sampai suaranya bergetar.
Namun bukan nya meminta maaf, Aurel malah berlari dan masuk kedalam mobil milik Radit yang terparkir tidak jauh dari tempat maira berdiri.
Aditya pun memutuskan untuk menunda kerjasama dengan perusahaan Radit, dia mengajak maira untuk masuk kedalam mobil.
Namun belum sempat maira masuk Radit menahan pergelangan tangan maira dan memintanya untuk tidak pergi dulu.
"maira, tolong jangan pergi, bujuk pak Radit untuk membantu saya."
Namun maira menepis tangan Radit dan membuka pintu mobil , namun lagi dan lagi Radit menahan tangan maira.
Dan dari jauh Aurel yang melihat hal itu, begitu terbakar oleh amarah nya, dia turun dari mobil dan berjalan ke arah maira dan suaminya. Tanpa bicara sepatah kata pun Aurel menuangkan air mineral yang di ambil ya dari dalam mobil.
Maira begitu kaget, ketika baju dan juga rambutnya basah oleh air mineral. Dia berbalik arah menatap tajam ke arah Radit.
Aditya yang melihat hal itu sontak begitu kaget, dan langsung turun dari mobilnya dan berlari memutar ke arah maira.
"nyonya apa yang anda lakukan?" tanya Aditya kali ini dengan nada sedikit lebih tinggi.
"pak Aditya bertanya saya sedang apa?"
"Saya dengan mencuci otak dari wanita yang menjadi sekretaris anda."
"Berani-beraninya dia berpegangan tangan dengan suami saya."
Keributan yang terjadi didepan restoran itu mengundang beberapa mata pengunjung, untuk mendekat kesana dan menonton keributan itu.
Maira yang melihat dirinya sata ini dipermalukan, tatap berusaha untuk menahan emosi. bahkan air mata sudah membasahi pipinya saat itu bercampur dengan air mineral yang ada di wajah nya.
"Cukup Aurel jaga bicara kamu."
"Mas, apalagi yang mau kamu pungkiri, aku tau kamu masih menginginkan wanita tidak tau malu ini kan." Aurel bicara sambil menunjuk ke arah maira.
"Omong kosong apa yang kamu katakan, kita sudah menikah jangan sangkut pautkan apapun dengan maira."
"Teru, terus bela perempuan ini." ucap Aurel.
Aditya yang melihat hal itu tidak tega dengan maira yang sudah basah dan ditunjuk-tunjuk oleh Aurel.
"Cukup nyonya Aurel, jangan bicara sembarangan, maira tidak pernah mengganggu suami anda."
"Dan pak Radit jika bapak masih ingin kerjasama ini, minta istri anda minta maaf kepada maira." ucap Aditya dengan amarah.
Aditya menarik tangan maira untuk masuk ke mobil, Dan meninggalkan halaman parkir restoran tersebut. Bahkan dia tak perduli lagi dengan makian dari wanita yang bernama Aurel itu.
Maira yang berada di samping Aditya pun membuang pandangannya ke arah lain, dia tak mampu untuk berkata apapun saat itu. Perlahan maira menghapus air matanya dengan tangannya saat itu.
Dia tidak ingin Aditya melihat dirinya menangis. Namun sepertinya Aditya begitu paham perasaan maira sat itu, dia tidak bertanya apapun.
Aditya bahkan saat itu tidak membelokkan mobilnya ke kantor, dia berniat mengantarkan maira untuk pulang kerumah.
"Saya akan antar kamu kerumah." ucap Aditya.
"Terimakasih pak, tapi saya tolong antarkan saya ke rumah teman saya saja." pinta maira sambil menyebutkan alamatnya.
"Tapi lebih baik kamu istirahat dan berganti pakaian."
"Saya akan istirahat disana, saya tidak ingin membuat orang tua saya khawatir dengan pulang dalam keadaan seperti ini." jawab maira.
"Oke!" jawab Radit singkat.
Radit paham apa yang dikatakan maira, dan tanpa bicara panjang lebar lagi Radit langsung mengantarkan maira kerumah teman nya, tapi sejujurnya Radit begitu penasaran, ada Maslah apa sebenarnya diantar mereka dimasa lalu? Akan kah Radit mencari tau kebenaran nya ?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments