Kubuka tas dan kuambil sejumlah uang sesuai harga sweeter yang dibayarnya tadi.
Setelah menghitungnya dengan benar, kuletakkan meja dihadapan kami.
Dan tindakanku itu berhasil menarik perhatiannya.
...----------------...
" Untuk apa itu?" tanyanya sambil menatapku datar.
"Bayar belanjaanku yang tadi mas..."
"Tak perlu, simpanlah..."
"Eh..nggak bisa gitu mas, itu hadiah ultah buat ibuku. Jadi aku yang harus membelinya..."sahutku kekeh
Dia hanya menghela nafas dan menatapku masih dengan ekspresi datar.
“Bilang aja kamu yang beli, aku nggak akan bilang kok..."sahutnya kemudian.
"Wah jangan dong mas.. itu namanya bohong kan ..!!"aku tetap ngotot.
Dia kembali menghela nafas dan memilih untuk beranjak dari duduknya.
Dan aku melihat tas belanja dan minumannya ditinggal begitu aja. Segera kuambil lagi uangku yang dimeja dan tas belanja yang ditinggalkannya lalu segera menyusul langkah pria itu.
Langkahnya yang lebar membuatku tersengal-sengal mengimbanginya.
Setelah berada disampingnya kuberikan tas dan minumannya itu, diapun menerima tas namun dia hanya melirik minuman yang ada ditangan kananku itu.
"Buang aja..."
"Eh sayang kan...masih banyak juga..."sahutku protes karena tak mau menyia-nyiakan minuman dengan harga mahal itu.
" Sudahlah Mel...sini biar aku yang yang buang..." ucapnya sambil mengulurkan tangannya.
Akhirnya dengan tak ikhlas aku berjalan menjauh dan memasukkan minuman itu ke tempat sampah lalu kembali mengekor pada pria itu sampai tempat parkir.
Oh iya aku lupa Tasya gimana pulangnya, ntar dia ngamuk lagi…!!
"Mas...mending aku tungguin Tasya deh, gak jadi bareng deh..."ucapku memutuskan.
"Aku udah chat Adit, biar dia yang antar pulang... Kurasa sudah saatnya dia berkenalan dengan ibuku"
“Mmm gitu ya...baiklah kalau begitu..."sahutku masuk ke mobilnya.
Sepanjang perjalanan pulang Mas Reza hanya diam, fokus dengan kemudinya. Aku jadi nggak betah mencoba untuk berkomentar.
“E...kata Tasya, mas Reza kenal sama direktur di ABJR grup ya? bulan depan aku magang di perusahaan itu lo.."
Dia menoleh sebentar.
"Kata Tasya juga, kerja disana harus sangat disiplin dan semua pimpinan tegas banget ya? Kalau ada yang salah, langsung dibentak di hadapan banyak orang, serem juga ya?” ucapku sambil membayangkan nasibku disana.
"Pantas saja Tasya menolak daftar magang di perusahaan itu..." gumanku lagi.
"Hhmm..semua pimpinan juga gitu kan.." sahutnya santai.
"Harusnya nggak gitu juga kali, mentang-mentang berkuasa jadi seenaknya, mikir sisi psikologis juga dong, harusnya sebagai pemimpin kan memberi contoh sikap yang baik, atau jangan-jangan semua itu contoh dari direktur utama yang arogan, jadi struktur dibawahnya juga ikutan seperti dia. Atau bisa jadi dia itu salah satu keturunan dari malaikat pencabut nyawa haiss.."ucapku panjang lebar dengan penuh semangat sambil menatap jalanan.
Ku toleh pria di sampingku yang akhirnya tertawa mendengar celotehan ku.
“Lha benar kan, sebagai orang yang dituakan harusnya pak Direktur khawatir dengan dirinya sendiri dong, kalau gampang emosi, jadi hipertensi dan bisa cepat botak..." aku mulai membayangkan direktur utama yang sudah beranjak tua dan sakit-sakitan.
"Gitu ya?!?"sahutnya masih dengan sisa tawanya.
“Jadi mas Reza kalo sama anak buah jangan galak-galak nanti cepet keriput lo.."aku mulai memberinya wejangan pada pengusaha resto itu.
Setelah itu aku mulai menerawang sambil berharap kepala divisi saat aku magang nanti tidak galak seperti cerita Tasya.
“Hhhmmm… Kamu udah punya pacar Mel?" tanya mas Reza sambil melirikku sejenak.
Aku jadi merasa aneh dengan pertanyaannya itu.
"Belum ketemu yang cocok mas..."sahutku asal.
"Seleramu pasti tinggi ,Tasya aja udah beberapa kali ganti cowok..."tak kusangka kalimatnya mulai panjang sehingga suasana perjalanan kami lebih nyaman.
"Loh mas Reza kok tau?"
“Aku kan kakaknya, harus tau pergaulan adikku ...sebelum dia menikah, akulah yang harus menjaganya..."
"Hmm..enak juga ya punya kakak cowok, ada yang jagain. Kalau aku harus bisa jaga diri sendiri, makanya dulu aku ikut latihan bela diri lo...."
"Emangnya ada yang pernah godain.." tanyanya dengan nada meledek.
"Eh maksudnya mas Reza aku nggak laku gitu !?! banyak juga yang pedekate Lo.., cuman gak ada yang sesuai tipeku saja.." sahutku bangga.
"Emang tipemu yang gimana?"
"Yang tinggi, kulitnya eksotik, dagunya berbulu seperti Zayn Malik” aku mulai nyengir, sedikit malu pada pria mulus disampingku ini.
"Ha..ha.."akhirnya dia bisa tertawa lepas juga.
"Eh....ternyata mas Reza bisa ketawa juga..."sahutku dengan nada heran.
"Belum tentu yang seperti Zayn Malik mau sama kamu kan.."diapun masih terkekeh.
"Huh...,lihat saja ya, nanti mas Reza yang pertama kali akan aku kenalin deh..."ucapku sewot.
Meski suka meledek, aku lebih nyaman karena pria di samping ku itu sudah mulai bisa diajak ngobrol.
"Kalau mas Reza sendiri, kenapa belum dekat dengan cewek lagi mas..?"ucapku spontan.
Diapun hanya melirikku.
Belum ada yang cocoksahutnya kemudian
“Idiiih... kok copas!!Masih kepikiran mbak Vina ya!!" tuduhku padanya.
"Begitulah..."
"Menurut ku kalian memang pasangan serasi, namun aku yakin disana mbak Vina berharap ada yang menggantikannya.."
"Untuk apa..?"ucapnya datar.
"Ya...untuk melanjutkan hiduplah, mana bisa orang hidup sendiri, iya kan?"
HHhh..dia tak menjawab, sepertinya aku mengembalikan suasana jadi suram kembali.
Beberapa saat kemudian, mobil yang kami tumpangi berbelok ke arah perumahan.
"Turun sini aja mas..."ucapku saat masuk gerbang perumahan kami.
Namun dia tak bergeming dan terus melajukan mobilnya menuju ke depan rumahku.
"Nah kan mobilmu jadi kotor deh, jalannya sudah pada rusak sih..."gerutuku setelah turun dari mobil dan memperhatikan ada banyak cipratan tanah di mobilnya itu.
"Kok kamu yang ngomel..."ucapnya tak peduli dan berjalan mendahuluiku masuk ke halaman rumahku untuk menyapa ibuku.
"Aku kan sudah bilang gak usah sampe rumahku, aku nggak mau tanggung jawab cuci mobilmu lo mas..."aku masih saja protes sambil mengikuti langkahnya.
"Assalamualaikum”pria itu hanya mesem sambil memberi salam.
Tak lama kemudian ibuku keluar dengan metlin menggantung di lehernya.
"Waalaikum salam...nak Reza..silahkan masuk..."
"Terimakasih Tante, saya hanya mengantar Amel saja tadi dia berangkat bersama Tasya, saya pamit dulu tante..."ucap mas Reza sambil mencium punggung tangan ibuku.
"Baiklah kalau begitu, waalaikum salam terimakasih ya telah mengantar Amel..."sahut ibu tersenyum.
Setelah pamit pada ibuku, diapun langsung melajukan mobilnya meninggalkan rumahku.
Ibu masih didepan pintu melihat kepergian mas Reza. Matanya sendu seperti merasa kehilangan.
"Ibu kenapa?" tanyaku sambil melepas sepatuku.
"Kapan ya...ibu punya menantu kayak Reza udah tampan, sopan, mapan lagi, kalau ibu masih muda pasti ibu kejar duda keren itu..." sepertinya ibu sedang berhalusinasi.
"Kayaknya ibu lagi mancing di air keruh deh...yang nggak mungkin jangan mengkhayal bundooo... lagian dia bukan tipeku bu.." aku mencium pipi ibuku itu sekilas lalu masuk kedalam rumah.
“Kamu ini kan anak ibu kenapa beda tipe sih..." gerutu ibu seraya mengikuti langkahku.
Kubawa belanjaanku ke kamar, rencana mau aku bungkus lalu kuberikan pada ulang tahun ibu minggu depan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments