Meski Tak Sempurna

Meski Tak Sempurna

Si gadis tomboi

Amelia Pramesti

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

Assalamualaikum, teman-teman readers...

Setelah vakum sangat lama, AQ mulai kangen nie ma komen kalian, soalnya AQ merasa punya teman satu hati dalam kehaluan...😌😌

Sebenarnya ini kisah lama yang kubuat bareng sama dengan yang dulu sih, tapi baru sempat up sekarang...

Seperti biasa, kisah ini tetap manis dan menggelitik, semoga menghibur....🤗

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

"Ibu Amel ke rumah Tasya ya...Assalamualaikum.."ucapku seraya mencium tangan ibu untuk berpamitan.

“Waalaikum salam, Iya..hati-hati , salam buat mamanya Tasya ya Mel, bilang terima kasih, kue yang kemarin enak banget.."kata ibu dengan senyuman dan kedipan matanya padaku.

"Ih.. ibu pasti pengen dikasih lagi kan?" akupun melangkah keluar sambil menyipitkan mataku karena mencium gelagat ibuku yang agak aneh itu.

Ibu hanya nyengir ceria sambil mengangguk-anggukkan kepalanya seraya melambaikan tangan padaku.

Dasar ibu selalu saja ada modus bila aku pergi ke rumah Tasya. Memang mama Tasya adalah salah satu langganan ibu yang loyal dan sering membawa makanan bila datang untuk menjahit baju.

Aku berjalan menyusuri jalan beraspal yang sudah mulai bergelombang karena sering dilewati kendaraan bermuatan berat. Sesekali kututup wajahku dengan jaket yang kubawa untuk menghindari debu akibat jalan yang rusak itu.

Perkenalkan..

Namaku Amelia, seorang gadis berumur 22 tahun yang tinggal disebuah kompleks perumahan cluster, karena hanya keluarga sederhana, ibuku hanya mampu membeli tipe 36 yang letaknya cukup jauh kedalam.

Ayahku sudah meninggal sepuluh tahun yang lalu karena sakit, sedangkan ibuku seorang penjahit rumahan yang cukup banyak pelanggannya, meski serba pas-pasan kakak perempuanku dan aku berhasil kuliah dengan jalur beasiswa. Sekarang kakakku bekerja diluar kota, tahun lalu dia menikah dengan teman sekantornya dan menetap disana.

Disinilah aku tinggal berdua bersama ibu. Tahun ini akhirnya akupun hampir menyelesaikan kuliah dan bulan depan rencananya akan magang disebuah perusahaan.

Siang ini, kakiku melangkah ke rumah Tasya sahabatku sekaligus teman kuliahku jurusan Ekonomi Bisnis. Rumahnya satu cluster dengan rumahku, hanya saja dia anak orang kaya dengan rumah tipe 150/200 yang berada paling depan dari gerbang utama.

Rumah dua lantai itu mulai terlihat, aku melambatkan langkahku ketika sebuah mobil besar berwarna putih keluaran terbaru melaju menuju rumah Tasya.

Saat aku masuk ke halaman rumah Tasya, seorang pria keluar dari mobil putih tadi. Mas Reza kakak Tasya. Melihatku dia hanya tersenyum singkat, dan berlalu begitu saja.

Aku mengenalnya saat baru pindah perumahan ini, enam tahun yang lalu. Saat itu dia baru saja menikah dengan mbak Vina. Mereka pasangan yang begitu romantis, seperti raja dan ratu negri dongeng karena si cowok tampan dan ceweknya juga sangat cantik.

Pasangan itu juga baik dan ramah padaku, karena hampir setiap hari aku bermain atau belajar bersama dirumah itu bersama Tasya. Setelah menikah mas Reza dan mbak Vina menempati rumah baru, namun mereka sering berkunjung karena papanya sakit-sakitan.

"Amel...cepat masuk!"seru Tasya dari balkon kamarnya.

Kakiku setengah berlari masuk kedalam rumah itu, kulihat mamanya Tasya berada di ruang makan sedang berbicara dengan mas Reza.

"Assalamualaikum..selamat siang Tante.."sapaku ketika melewati mereka.

"Waalaikum salam, Mel..selamat siang, masuk aja sayang..." sahut mamanya Tasya dengan ramah sambil tersenyum.

Lalu aku menaiki tangga menuju kamar Tasya dan segera masuk menemukan sebuah kamar bernuansa shabi chic. Sesuai dengan karakter Tasya yang cantik, centil dan manja layaknya seorang princes. Bertolak belakang denganku yang cuek dan spontan.

Entah kenapa perbedaan kami yang begitu jauh tetap membuat persahabatan kami semakin erat.

"Amel lama banget sih kamu!!" omel gadis centil itu padaku.

“Ya kukira kamu akan turun, kan ada mas Reza dibawah, kamu nggak mau ketemu? kayaknya dia jarang kesini kan.." sahutku saat menjatuhkan diri disampingnya.

Ah..setelah berjalan di bawah terik, benar-benar nyaman kamar ber-AC ini..

"Hhh..sekarang dia tuh nggak asik, Mel...gak peduli ma orang sekitarnya, bahkan nggak peduli sama dirinya sendiri, persis mayat hidup tau nggak, hidupnya benar-benar berantakan" gerutu sahabatku yang cantik itu sambil menyisir rambut panjangnya.

"Padahal kejadian itu sudah tiga tahun yang lalu kan..."ujarku sambil merebahkan diri di tempat tidur Tasya menikmati kenyamanan ruangan ini tanpa peduli rambutku yang kusut.

Sekitar tiga tahun yang lalu mbak Vina yang sedang mengandung enam bulan mengalami pendarahan hebat dan segera dilarikan kerumah sakit.

Sebenarnya sejak menikah hingga dua tahun mereka belum diberi keturunan, karena ternyata ada kanker yang tumbuh menjadi ganas dalam rahim mbak Vina. Dokter menyarankan untuk operasi pengangkatan rahim, namun mbak Vina bersikeras tidak mau.

Suatu mukzijat akhirnya mbak Vina hamil, namun keluarga mbak Vina menyalahkan mas Reza karena kehamilan itu, kesehatan mbak Vina semakin memburuk. Karena pendarahan itu, dokter tidak bisa menyelamatkan nyawa ibu dan bayinya.

Kejadian itu sungguh menghancurkan hidup mas Reza. Selain meninggalnya wanita yang begitu dicintai dan calon bayinya, kecaman dari keluarga mbak Vina semakin membuatnya terpuruk.

"Sebenarnya aku kasihan padanya..."ucap Tasya membuyarkan lamunanku.

Kutoleh sahabatku yang sedang menerawang itu.

"Namun mau gimana lagi saat ini papa sudah tidak sanggup mengurus perusahaan, sehingga mau tidak mau dia harus aktif mengambil alih pekerjaan papa.."Tasya mengambil camilan di meja dan menyerahkannya padaku.

"Gimana keadaan papamu sekarang?aku nggak pernah melihatnya keluar rumah..." tanyaku saat menerima camilan yang diberikan Tasya.

"Ya begitulah, umurnya sudah tua jadi mengandalkan ibu bila harus keluar mencari udara segar.."

Papa dan mama Tasya selisih dua puluh lima tahun. Memang dulu papanya Tasya seorang duda berumur empat puluh lima tahun menikahi gadis berumur dua puluh tahun, mamanya Tasya. Sekarang beliau sudah hampir tujuh puluh tahun, wajar saja fisiknya sudah tak fit lagi.

"Papa pasti memikirkan keadaan mas Reza, Mel... jadi itu pula yang membuatnya semakin lemah. Dia ingin melihat mas Reza segera menikah lagi agar tidak berlarut dengan kesedihannya..."ucap Tasya sambil sesekali menikmati camilan denganku.

"Oh begitu ya!! apa sekarang sudah ada calon untuk mas Reza?"tanyaku padanya.

"Mama sering mengenalkannya dengan kenalan mama, tapi dia selalu menghindar setelah pertemuan pertama"

"Benarkah? Kalo begitu mending langsung jodohkan saja..."sahutku asal ngomong.

Seketika Tasya menoleh dan terkejut.

“Eh bener juga, kamu mau kalo nikah sama mas Reza?" dia langsung mendekatiku

“Idiiih...Kok jadi aku sih, kamu tau sendiri tipeku, yang item manis, ada bulu-bulu dagunya...mmm yang macho gitu”ucapku membayangkan pria macho dengan cambang diwajahnya.

"Heleeeh ... otakmu pasti penuh dengan pria bule lagi kan...gak seru ah!! Gini aja deh Mel... gimana kalo aku coba nyomblangin kalian aja, kamu juga jones gitu kok, nggak masalah kan..!!"

"Nggak ah mas Reza terlalu cantik dan mulus, lagian aku masih males urusan ma cowok!"

"Kamu masih mikirin kutu kupret itu?” ledek Tasya padaku.

"Kurang kerjaan banget, cowok kayak gitu dah kucelupin ke samudra hindia, dia nggak bakalan nongol lagi dihadapanku..." sahutku sewot.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!