Sandiwara

Alarm waspada langsung mode ON, secepat kilat ku putar balik badanku agar membelakanginya dan menjauh dari tempat itu.

...----------------...

Setelah sembunyi dibalik pilar bangunan itu, aku menata jantungku yang hampir copot.

Ku tepuk keningku sendiri, kenapa aku sampai lupa kalau tadi mas Reza juga masuk supermarket ini. Bisa berabe kalau sampai dia tanya mana Tasya. Setelah beberapa menit dan ku perkirakan sudah aman, aku pun segera keluar dari persembunyian, tapi....

"Bugh..." aku menabrak dada bidang seorang pria, dan setelah mendongakkan wajahku....

"Kenapa sembunyi?" tanya mas Reza datar.

Aku hanya bisa meringis dan merapikan rambutku dengan tangan untuk menyembunyikan kegugupanku.

"Mana Tasya..?"pertanyaan maut itu membuatku tak berkutik.

Habislah aku, apa yang harus kukatakan padanya.

"Dia masih nonton..."sahutku berusaha santai, namun otakku masih berputar mencari alasan yang masuk akal.

"Sama siapa?"

“Ah...iya juga mas, sebaiknya aku segera kembali, Tasya pasti mencariku kan..."sahutku yang bersiap mengambil langkah seribu.

"Berhenti!!!" suara tegas itu menghentikan gerakanku.

Namun sepertinya gagal, jadi aku harus menyerahkan diri karena telah tertangkap basah.

Dia menyunggingkan senyumnya sambil menahan tawa.

Aku terpana, entah kapan terakhir kali aku melihat senyum itu. Hhmm...cakep sih, tapi terlalu mulus seperti pretty boy, jauh lebih cakepan Zayn Malik dong...

"Kamu nggak pantes bohong, Mel? Dia nonton sama Adit kan?"kata mas Reza sambil bersedekap.

"Eh..kok..!!"aku melongo mendengarnya. Kenapa dia tau ya?!?

"Adit itu teman kuliahku di Australia, beberapa bulan lalu kami bertemu, saat itu dia baru tahu kalau Tasya adikku..."sahutnya kemudian.

"Trus si Tasya tau kalau mas Reza temenan ma cowoknya?"

"Aku bilang sama Adit gak usah bilang dulu sama Tasya...Adit pria baik, aku percaya padanya”

"Oooh begitu ternyata...."aku menggaruk tengkukku, lalu mataku tertuju pada bungkusan yang dibawanya.

"Mas Reza sudah selesai belanja ya?" tanyaku kemudian.

"Hmm...iya.. Kamu mau pulang atau nungguin Tasya? kalo pulang, ayo bareng sekalian” sahutnya.

Kok aku merasa sepertinya barang itu rahasia deh, hingga dia harus mengalihkan pembicaraan.

"Sebenarnya aku memang mau beli sesuatu dan belum kelar gara-gara lihat Mas Reza tadi..he..he.."

"Baiklah..kalau begitu lanjutkan saja, aku akan pulang duluan ..”

Aku pun mengangguk lalu membalikkan badanku, ketika seorang wanita cantik, tinggi semampai, anggun dengan gaun diatas lutut dan high heels berjalan kearah kami.

Seketika mataku membandingkannya dengan diriku, celana butut, jaket ala kadarnya, sepatu kets dan topi seadanya, bagai langit dan bumi...

Tapi sepertinya wajah itu tak asing, dahiku berkerut mengingatnya.

"Mas Reza..." suara lembutnya menyapa pria yang ternyata masih dibelakangku.

Tiba-tiba kurasakan lenganku berhimpitan dengan tubuh seseorang, sejak kapan mas Reza yang tadi dibelakangku kini berada dekat disampingku.

"Apa kabar Vani..?" sahut mas Reza tenang.

Sementara aku masih mencerna apa yang terjadi, hingga mas Reza seakan menjelaskan pada gadis itu bahwa kami punya hubungan dekat.

Saat kurasa dia semakin merapat padaku, seperti sebuah kode jadi aku merasa harus berbuat sesuatu.

Ku hela nafas dan mengangkat dagu agar terlihat pede lalu memberanikan diri memegang lengannya seakan kami adalah sepasang kekasih yang tak ingin diganggu oleh siapapun.

Kulihat wanita itu menarik sudut bibirnya sambil menatapku tajam.

"Aku baik-baik saja mas, sudah lama kita tak bertemu ya...." suara dan tatapan lembut itu memancarkan kerinduan membuatku silau dibuatnya.

"Hmm...oh iya kenalkan ini Amelia ..." sahut mas Reza.

Aku Pun mengulurkan tanganku, lalu disambutnya dengan dingin.

"Hai ..apa kita pernah bertemu? Anda sepertinya tidak asing.."sapaku dengan nada tanpa dosa.

"Hai juga...aku Devani, adik ipar mas Reza..."sahutnya padaku.

Adik ipar?? Berartiadiknya mbak Vina, istrinya Mas Reza dulu. Owalah, pantesan mirip…

"Jadi ini pengganti mbak Vina?"ucap wanita itu lagi.

"Iya..." sahut mas Reza masih dengan nada datarnya.

Mendengar hal itu aku tersenyum semanis-manisnya dengan penuh percaya diri.

Kurasa derajatku baru saja naik. Kulihat dia mulai tidak percaya diri.

"Sayang..kurasa filmnya hampir mulai.."ucapku merajuk pada pria disampingku.

Mas Reza melihat arloji mahal yang melingkar ditangannya.

"O iya benar, maaf Van, kami harus pergi.."mas Reza mengerti kode yang kubuat, sepertinya kami memang tim yang kompak.

"Baiklah mas Reza, sampai jumpa lagi.."sahut wanita cantik itu tersenyum meski ada raut wajah kecewa saat melangkah pergi.

"Bye, mbak Vani...lain kali kita bisa ngobrol banyak ya!!" ucapku saat melihatnya berlalu sambil menarik lengan mas Reza.

Setelah kurasa cukup jauh, kulepaskan genggaman tanganku pada lengannya. Meski ada rasa aneh, namun aku berusaha cuek.

Bagaimanapun aku harus jaga image kan…

"Sudah aman..."ucapku nyengir setelah melepaskan tangannya.

"Maaf ya, Mel...aku sengaja memanfaatkanmu ..." sahutnya masih dengan tampang datarnya itu.

"Gak pa pa,santai aja mas...itung-itung belajar acting, siapa tau beneran jadi artis .. tapi emangnya apa tujuan mas Reza menghindarinya? Sepertinya mbak Vina itu juga naksir kamu deh mas.."kucoba menerka layaknya detektif swasta lalu mengangguk pasti merasa yakin dengan analisisku sendiri.

"Hmm.." dia tak bergeming, hanya berdiri sambil menatap ponselnya.

Sepertinya pria itu belum mau mengungkapkannya.

"Sebaiknya aku pergi dulu ya mas, keburu sore nih..."ucapku seraya melangkah pergi

"Tunggu Mel...kita bareng aja..."

Akhirnya kubiarkan dia mendampingiku dan kami kembali ke toko yang tadi kukunjungi.

Untuk menyingkat waktu akhirnya kuputuskan membeli sweeter yang tadi sudah aku incar, namun ketika akan membayarnya, mas Reza mendahului. Ku toleh dia tetap tenang seolah hal itu wajar-wajar saja.

Kubiarkan saja dia seperti itu, kupikir kalau aku menolaknya ditempat itu harga dirinya sebagai cowok akan terluka, nanti kalo sampe rumah baru tak ganti. Lalu kamipun melangkah keluar dari toko tersebut...

"Aku udah selesai mas, nebeng pulang ya..."

" Kita cari minum dulu..."

"Ah.. baiklah!!" aku menyambutnya dengan senang, pucuk dicinta ulampun tiba, emang dari tadi akunya kehausan.

Kami mampir disalah satu stand dan memesan minuman dingin.

Kuperhatikan dalam diamnya, seperti memikirkan sesuatu, penuh beban. Begitu misterius dan aku tak menyukainya. Aku lebih suka keterbukaan, apa adanya , tak perlu harus jadi ahli nujum yang harus menerka-nerka.

Setelah pesan minuman, aku langsung menyeruput moccacino float sampai habis. Sangat menyegarkan.

Kulihat pria tampan di depanku hanya melamun dan tak menikmati minumannya.

Hhh...suasana bener-bener mencekam dan membuatku tidak nyaman.

Ah iya, ada sesuatu yang terlupa..

Kubuka tas dan kuambil sejumlah uang sesuai harga sweeter yang dibayarnya tadi.

Setelah menghitungnya dengan benar, kuletakkan meja dihadapan kami.

Dan tindakanku itu berhasil menarik perhatiannya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!