Ide konyol

"Nggak ah mas Reza terlalu cantik dan mulus, lagian aku masih males urusan ma cowok!"

"Kamu masih mikirin kutu kupret itu?” ledek Tasya padaku.

"Kurang kerjaan banget, cowok kayak gitu dah kucelupin ke samudra hindia, dia nggak bakalan nongol lagi dihadapanku..."sahutku sewot..

...----------------...

Dulu aku pernah dekat dengan cowok bernama Bima, sebenarnya aku belum tertarik punya pacar, hanya karena Tasya yang sering ngajakin double date, aku sering mengajaknya.

Terakhir kali bertemu, dia bertingkah kurang ajar karena berusaha menciumku, akhirnya aku menonjok mukanya sampai mimisan.

Tuh cowok nggak tau sih, aku ikut karate udah lulus sabuk hitam.

Sejak itu aku tak pernah bertemu dengannya.

"Ceklek .."mamanya Tasya membuka pintu kamar.

"Sayang.. ayo makan siang dulu.."ajak wanita paruh baya yang masih cantik itu.

"Masak apa Tante?" tanyaku sambil beranjak dari tidur dan mendongak ke arah pintu.

Tasya mencubit pipiku lalu berdiri.

"Pake nanya lagi! Emangnya apa si yang kamu nggak doyan?!?"ucapnya meledekku.

"Nggak ada!!" sahutku nyengir.

Aku memang sudah terbiasa dengan keluarga Tasya, bahkan aku juga sering menginap jika Tasya tak ingin ikut acara keluarganya.

Keluarga Tasya sudah terbiasa makan selalu bersama-sama dimeja makan. Beda denganku, kapan aja aku lapar, langsung makan tanpa menunggu ibu, untung saja tubuhku nggak bisa gemuk. Meski berapapun makanan masuk ke perutku.

Mungkin karena keturunan dari ibuku juga gak pernah bisa gemuk, itulah anugerah Allah pada wanita seperti kami, jadi nikmat mana yang kamu dustakan...

Kami turun ke lantai satu menuju meja makan. Disana sudah ada papanya Tasya dan Mas Reza.

Satu persatu mamanya Tasya mengambilkan nasi ke piring kami. Lalu semua makan dengan tenang, tentunya kecuali aku yang merasa tak nyaman karena kebiasaan makan langsung pakai tangan sambil nongkrong didepan TV.

"Reza...sebaiknya kamu tinggal disini dulu, daripada dirumah sendirian..." ucap tuan Abimana papanya Tasya.

Sementara itu yang diajak bicara hanya mesem, tanpa komentar apapun.

"Iya ..Za ..kalo ada kamu disini, papamu bisa ngobrol kapan aja sama kamu. Daripada ngomongin bisnis dan perusahaan lewat telfon..."mamanya Tasya menimpali.

Akupun meliriknya sekilas, dia hanya mengaduk-aduk piringnya seperti tidak selera. Benar kata Tasya, menurutku pria itu memang agak kurusan.

"Nanti kalo kamu sudah menikah lagi, bisa kembali ke rumahmu.."sahut tante lagi.

"Ngomong-ngomong mas Reza sudah punya calon belum, mau aku coblangin ma Amel nih...”celetuk Tasya tanpa dosa.

Aku yang masih sibuk mengunyah langsung tersedak mendengarnya.

"Uhuk..uhuk.."aku menelan makananku dengan susah payah.

Tasya langsung cekikikan. Aku menoleh ke Tasya dan mendelik padanya.

"Amel...minum dulu, sayang..."mamanya Tasya khawatir melihat ku.

Dengan cepat kuraih air putih didepanku.

"Kalo aja kakakmu Reza mau menikah lagi, mama pasti lebih tenang, ada yang mengurusnya .."ucap mamanya Tasya lagi.

"Ma...sudahlah..." akhirnya mas Reza mengeluarkan suaranya.

Setelah itu makan siang pun tak ada percakapan lagi.

Beberapa saat kemudian makan siang itu akhirnya berakhir juga, aku yang sebelumnya memang berencana nonton bioskop dengan Tasya langsung bersiap diri

Tasya segera ambil kunci mobilnya, dan kamipun bergegas masuk mobil kecil itu.

Namun berkali-kali dia menghidupkan mobilnya tapi tidak berhasil.

"Kita pesen Taxi online aja yuk..."keluh Tasya mulai frustasi.

"Oke, aku pesenin ya..."ucapku seraya membuka aplikasi.

Kami segera keluar halaman, aku menunggu di dekat pagar, sedangkan Tasya menyerahkan kunci ke Pak Mamat sopir papanya agar mobilnya diserviskan.

"Kamu ngapain ..?"aku masih celingak-celinguk ketika mas Reza bersama mobilnya berhenti didepanku dan bertanya.

“Nunggu taxi online mas ..."jawabku.

"Mas Rezaaaa...Nebeng.!!"teriak Tasya dari belakangku.

"Aku udah pesan taxi loh..."protesku langsung menoleh pada Tasya.

"Cepetan cancel...ngirit!!" sahut Tasya nyengir sambil menarikku masuk ke mobilnya mas Reza.

"Ayo mas tancap.!!”seru Tasya dengan semangatnya karena memang ada maunya.

Sepanjang perjalanan itu, si supir alias mas Reza tak bergeming, sedangkan aku dan Tasya heboh dengan obrolan tak berfaedah dikursi belakang.

Kurang dari setengah jam kami sudah sampai disebuah mall . Mas Reza memarkirkan mobilnya.

"Emangnya mas Reza mau nonton juga? Kok mobilnya malah diparkir?"tanya Tasya.

"Aku mau beli sesuatu.."sahutnya kemudian.

"Oke, makasih ya mas, kami pergi dulu.." Tasya keluar dari mobil itu.

"Makasih mas Reza..." akupun menyusul Tasya yang sudah berjalan lebih dahulu.

Sampai di bioskop, Tasya langsung memencet ponselnya.

"Sayang aku dah sampai nih, kamu dimana?" suara Tasya langsung jadi selembut sutra.

"Di belakangmu cantik..." suara cowok dari dibelakang dengan sengaja mengagetkan kami.

Melihat kami terkejut, diapun terkekeh.

"Nunggu lama ya mas?" tanya Tasya ke Mas Adit.

"Nggak juga... yang lama tuh nungguin jawaban lamaranku ke kamu..."sahut pria itu menggoda kekasihnya.

"Isshhh....gombal!!!"

Ck..ck..kalo udah gini, bener-bener dunia milik mereka berdua deh…

Ya, memang sebenarnya aku hanya mengantar Tasya untuk kencan dengan mas Adit.

Selama ini Tasya masih menyembunyikan teman kencannya dari keluarganya. Karena trauma dengan pacar yang pernah membuatnya patah hati, padahal seluruh keluarga sudah wellcome.

Namun sepertinya dengan si Adit ini kayaknya awet. Emang sahabatku yang cantik itu selalu menjadi incaran cowok-cowok, karena itulah dia ingin mempunyai pacar yang setia untuk menjaganya dari godaan cowok lain.

Namun manusia ada yang kurang puas, sudah punya cewek yang cantik dan baik seperti Tasya masih saja pengen menggoda cewek lain.

Setelah antri tiket bioskop, merekapun masuk studio 1. Sedangkan aku yang beralasan tidak suka film romantis dan ingin nonton yang lain, akhirnya keluar dari sana. Emang lagi tidak mau nonton, rencanaku hari ini pengen cari kado untuk ulang tahun ibu minggu depan.

Sebenarnya mencari kado untuk ibuku membutuhkan pikiran extra, tidak ada hal khusus yang disukai atau diinginkan.

Apalagi baju, dia menggerutu kalau aku membelikannya baju. Ibu bilang bajunya sudah banyak dan tidak pernah berpergian dan sebagai penjahit ibu lebih suka buatannya sendiri.

Aku berjalan menyusuri toko-toko sambil berpikir barang apa yang harus kubeli. Akhirnya kuputuskan masuk ke sebuah toko dan memilah-milah sweeter, menimbang-nimbang apakah barang ini saja yang kuberikan ibuku, bagaimanapun sebentar lagi musim hujan, jadi kupikir ibu akan membutuhkannya.

Setelah beberapa lama memilih tapi belum juga cocok, aku pun bertanya motif lain pada pelayan toko, namun tak sengaja mataku tertuju pada sosok mas Reza yang sedang membayar belanjanya di kasir. Alarm waspada langsung mode ON, secepat kilat kuputar balik badanku agar membelakanginya dan menjauh dari tempat itu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!