bab 5

"Kau tidak merasa penasaran dengan orang yang keluar dari ambulance diam-diam?"

Aby menggeleng.

"Tidak, biar petugas saja yang mengurusnya." jawabnya singkat.

"Lalu kenapa tempo hari kau mencarinya sampai di rumah sakit segala?"

"Saat itu aku hanya kasihan karena dia tidak punya keluarga."

Imran ikut terdiam.

Aby memang sudah tidak memikirkan tentang Jelita lagi. Ia fokus pada pekerjaan dan keluarganya, apalagi Anisa sedang hamil muda, itu membuat nya merasa harus lebih perhatian dan menjaga Anisa.

Anisa sendiri tidak mau bermanja dirumah, ia tetap pergi mengajar, bahkan ia sengaja tidak mengambil cuti walaupun ia mengalami gejala ngidam seperti wanita hamil pada umumnya.

Ia lebih memilih untuk mengambil cuti saat melahirkan saja.

Namanya sedang hamil muda, kemauannya terkadang di luar nalar. Begitu juga yang di alami Aby saat Anisa mengidam sesuatu yang menurutnya di luar kebiasaan.

Seperti siang itu, Anisa mengirim pesan pada Aby.

(Mas, pulang kantor tolong belikan kerak telur di lampu merah tempat biasa kita beli. Jangan di tempat lain, ya)

Aby tersenyum, lalu membalas pesan Anisa.

(Insya Allah.. Kamu jangan terlalu capek, jaga kondisi)

Setelah itu dia kembali tenggelam dalam pekerjaannya.

Saat tiba jam pulang, Imran menghampirinya.

"By, aku nebeng pulang, ya..? Mobilku lagi di bengkel." ucapnya memohon.

"Boleh, tapi aku masih harus membelikan sesuatu pesanan Anisa.."

Setelah berpikir sejenak,

"ok, gak papa.." jawab Imran akhirnya.

Aby mengarahkan mobilnya ketempat biasa mereka membeli jajanan kerak telur.

Tapi Aby heran melihat lokasinya sepi.

"Apa si bapak berhenti jualan, ya?" gumam Aby.

Mungkin pindah lokasi, atau belikan saja di tempat lain." ujar Imran.

Aby turun dari mobil dan bertanya pada beberapa pedagang kaki lima di sekitar nya.

"Sudah beberapa hari ini tidak jualan disini lagi, yang saya dengar, sih beliau buka di rumahnya."

Aby menarik nafas panjang.

Ia langsung menelpon istrinya dan menceritakan yang terjadi.

"Lalu bagaimana, dong? Tolong carikan ketempat barunya, Mas Aby.." rengek Anisa dari ujung sambungan.

Aby tidak tega mendengar suara Anisa yang seperti hampir menangis.

"Baiklah, Mas Aby akan carikan kerumah pak Ujang, ya!" hiburnya

"Apa? Belikan saja di tempat lain? Anisa tidak akan tau." saran Imran.

Aby menggeleng.

"Aku tidak mau mengawali pertumbuhan anak ku dengan kebohongan, lagian Anisa pasti tau." kilah Aby tenang.

Setelah menanyakan alamat pak Ujang, mereka menuju suatu perkampungan sempit agak di pinggiran kota.

Di tengah jalan, Imran minta berhenti.

"Aku balik pakai taksi saja, ini istri ku sudah nelpon terus." kata Imran menggerutu.

"Tidak apa-apa? Aku minta maaf tidak bisa langsung mengantar mu." kata Aby merasa bersalah.

"Santai saja sobat ..!" Imran menepuk pundak Aby lalu keluar dari mobil.

Aby menjalankan mobil dengan pelan.

Sampai akhirnya ia menemukan kedai sederhana milik pak Ujang.

"Jadi Pak Ujang pindah kesini?" tanyanya sambil memesan duduk melepas lelah.

"Iya, semenjak istri bapak struk tidak bisa di tinggal- tinggal."

"Tempat ini cukup ramai, ya pak?" tanya Aby lagi sambil membayar pesanannya.

Saat mau masuk kedalam mobilnya, Aby kaget melihat orang-orang berlarian kearah rumah yang tidak berapa jauh dari tempatnya berdiri.

"Ayo siksa pelacur ini, dia sudah mengotori kampung kita!" teriak seorang pria dengan lantang sambil menyeret tubuh seorang wanita yang tidak bisa di lihat dengan jelas oleh Aby.

Para warga menimpukinya dengan batu, ada yang memukulinya pula.

Naluri Aby terpanggil melihat warga yang main hakim sendiri.

Dia hendak berlari menuju kejadian, tapi pak Ujang menahannya.

"Jangan ikut campur, Nak Aby.. Warga sedang marah, kau bisa jadi sasaran kemarahan mereka."

Aby tidak perduli, ia terus mendorong kerumunan orang.

Tunggu! Kalian jangan main hakim sendiri. Kita punya penegak hukum, apa kesalahan wanita ini?" suara Aby hilang di tengah kemarahan para warga.

Para warga yang di bakar emosi tidak mau mendengar ucapan Aby lagi.

Mereka kembali menyiksa wanita itu, mereka tidak merasa iba dengan teriakan kesakitan dari mulutnya.

"Tunggu dulu, saya bukan siapa-siapa nya, saya hanya ingin memberi jalan keluar pada kalian."

"Tidak ada ampun lagi untuk nya! dia pelacur! Dia sering menjajakan tubuhnya hingga sekarang hamil. Kami tidak mau kampung kami kotor oleh perbuatannya." teriak mereka lagi.

"Kami hanya akan mengampuninya jika ada seorang laki-laki yang mau menikahinya. Tapi siapa? Siapa yang sudi menikah dengan pelacur yang sedang hamil?"

Semua terdiam. wanita itu hanya menunduk menahan kesedihannya.

Tiba-tiba seorang wanita tua keluar dalam rumah sederhana itu. wajahnya terlihat pucat.

"Jangan hakimi dia, tolong.. saya mohon. dia bukan pelacur! dia hanya korban pemeriksaan, dan kenapa dia sering pulang malam? Kalian tau? Dia bekerja bekerja dia dan malam untuk menghidupi ku yang sedang sakit."

Aby dan beberapa orang tersentuh mendengar cerita si ibu.

Tapi suara seorang pria kembali terdengar.

"Kalian jangan dengarkan cerita wanita tua ini, tentu saja mereka bekerjasama untuk menutupi kebohongannya!"

"Ayo siksa lagi, kita akan mendapat pahala dengan menyingkirkan kotoran dari tempat kita!" teriaknya memprovokasi.

Aby berniat mengambil ponselnya untuk menelpon polisi. tapi sebuah tangan merampas ponsel itu.

"Jangan ikut campur urusan kami Bung! kalau masih mau pergi dengan selamat dari tempat ini." ancam seorang warga.

Wanita itu kembali di siksa dengan kejam tanpa di beri kesempatan membela diri.

Aby tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas karna tertutupi rambutnya yang panjang.

Karna tak tahan melihat keadaan itu ia berinisiatif untuk mengucapkan sesuatu.

"Baiklah, bukankah wanita itu akan bebas kalau ada orang yang mau menikahinya? Saya akan menikahinya... Bebaskan mereka!"

Suara Aby bergetar menahan emosi. Ia belum sadar akan konsekuensi dari ucapannya.

Semua orang terdiam dan memandangnya.

Termasuk wanita yang menangisi nasibnya itu. Ia mendongak kearah Aby.

Raut wajahnya terlihat kaget.

Begitupun Aby, ia tidak kalah kagetnya.

Tidak pernah terbayang dalam benaknya bahwa ia akan di hadapkan pada situasi yang membingungkan ini, apalagi wanita yang teraniaya itu adalah Jelita,

"Saya akan menikahinya, walaupun saya bukanlah laki-laki yang membuatnya hamil."

"Hey bung, kau jangan main-main.. Hanya karna ingin menolongnya, kau sok mau jadi pahlawan." ucap pria sang provokator.

"Saya tidak sedang bercanda, saya bersedia menikahinya asal kalian membebaskan dia dari tuduhan apa pun." tantang Aby.

Saat mengatakannya, ia sama sekali tidak terpikirkan apa yang ada di benak Jelita ataupun apa yang akan terjadi pada anak dan istrinya kalau sampai tau.

Beberapa warga berbisik-bisik. Sedangkan si wanita menangis di pelukan ibunya.

"Baiklah, biar kami percaya padamu, kau harus menikahinya sekarang juga di hadapan kami!" ancam mereka.

Sudah kepalang tanggung. Aby menerima tantangan itu tanpa berpikir lagi.

Setelah itu, dia dan Jelita di bawa memasuki sebuah rumah.

Jelita di pakaikan kerudung seadanya, demikian pula dirinya di beri peci.

Disana sudah ada seorang pria tua yang akan menikahkan mereka.

"Nak, apakah kau menerima pernikahan ini dengan tulus?" mendapat pertanyaan itu, Aby termenung sejenak.

Terbayang wajah Anisa dan Al, menari di pelupuk matanya.

Tapi semua sudah kepalang tanggung, pikirnya.

"Saya ikhlas.." jawabnya Aby sambil melirik Jelita.

Gadis itu hanya bisa menitik kan air mata sambil tertunduk.

Setelah memenuhi syarat pernikahan secara muslim, suara Aby bergetar saat mengucapkan ijab qobul.

Keringat dingin membasahi seluruh badannya, beberapa kali ia mengusap keningnya.

Di rumahnya, hati Anisa tiba-tiba merasa tidak enak.

"kenapa cermin ini tiba-tiba jatuh dan berantakan, perasaanku tidak juga tidak enak sekali.. Mana mas Aby tidak bisa di hubungi lagi."

Anisa semakin gelisah saat mengetahui dari Imran bahwa Aby pergi mencari pesanannya sampai ke kampung yang cukup terpencil.

Hatinya terasa begitu was-was.

"Tumben aku merasa gelisah seperti ini, biasanya juga mas Aby pergi keluar kota sampai berhari-hari paku tidak segelisah ini. aku merasa cemas seolah mas Aby di curi orang dari ku."

Anisa memegangi perutnya yang terasa kram tiba tiba.

.

Terpopuler

Comments

Muti

Muti

wah si aby sok jadi pahlawan kesiangan

2023-10-13

1

Bu Jumaeda

Bu Jumaeda

waduh.. ceroboh bingit di Abi ga mikir istri dan anak jg istri lagi hamil, awasss, kau bakalan di ceraiikan istrimuuu...

2023-09-01

0

vall

vall

waduh apakah itu pertanda??

2023-08-31

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!