bab 2

Sebelum petang, Aby datang menjenguk mertuanya. Saat itu, Anisa sudah bersiap pulang.

"Maaf, Bah.. Baru bisa sampai disini karena pekerjaan kantor masih banyak yang belum selesai." sesal Aby di depan mertuanya.

"Tidak apa, Nak Aby.. Abah sudah baik-baik saja, kok." kata pak kiai menghibur.

Anisa yang ikut duduk di samping suaminya ikut menyimak percakapan dua orang pria yang. sangat berarti dalam hidupnya itu.

"Abah harus lebih banyak istirahat, untuk sementara, tugas-tugas Abah serahkan saja pada ustadz Yahya." usul Anisa yang langsung di sambut tawa oleh Abahnya.

"Abah belum separah itu, sampai harus menyerahkan tugas pada Yahya.. Kalau satu dua sih boleh, lah.

Dalam hal kecepatan memang Abah kalah gesit dari kalian yang muda.. Tapi untuk hal lainnya, jangan remehkan Abah mu ini."

Aby tersenyum melihat semangat mertuanya itu.

"Ini yang saya kagumi dari Abah, selalu bersemangat dalam hal apa pun."

"Itu harus, Nak Aby. kehidupan ini seperti gelombang di lautan, kadang pasang, kadang pula surut. Kita harus selalu siap saat takdir menepatkan kita di salah satunya. walaupun tentu saja kita tidak pasrah begitu saja, kita harus tetap semangat berusaha dan berikhtiar."

Wejangan kiai Romli selalu mengena di hati Aby.

"Nisa.. Malam ini kau temani Abah saja. Beliau pasti butuh teman bicara." kata Aby mengingatkan Anisa.

"Memangnya boleh, Mas?" tanya Anisa ragu.

"Memangnya pernah, Mas melarang mu untuk hal itu?"

Anisa menggeleng.

"Memang tidak, sih Mas."

"Karna itu, Kau menginap saja barang semalam. Biar Mas pulang sendiri." Aby meyakinkan istrinya.

"Lalu makan mu bagaiman" Anisa mencemaskan suaminya.

"Itu gampang, aku bisa pesan kok."

Malam itu, Anisa menginap di tepat Abahnya.

Anisa terkejut saat sebuah tangan menepuk bahunya dengan lembut.

"Kau bahagia dengan Aby..?" Abahnya sudah berdiri di belakangnya.

Anisa mengangguk.

"Sangat, Bah. Dia suami yang baik dan bertanggung jawab."

"Syukur Alhamdulillah.."

Anisa mengangguk bahagia.

Tapi ingat, saat kita di atas jangan terlena, karna yang namanya atas, pasangannya adalah bawah. jadi, saat takdir menempatkan kita di bawah nantinya, paling tidak kita tidak terlalu terkejut."

"Nisa akan selalu mengingat setiap nasehat Abah."

Keesokan harinya, Anisa membaca pesan suara dari Aby.

"Nisa, hari ini mungkin Mas pulang agak terlambat, kunci rumah di tempat biasa, ya..!"

Anisa melanjutkan menemani Al sarapan.

Walaupun Aby memberinya kebebasan, namun Anisa tidak pernah memanfaatkannya.

ia lebih suka di rumah berkumpul dengan keluarga kecil mereka.

***

Di kantornya,

Aby sedang sibuk mengerjakan tugas yang menumpuk di mejanya.

Sampai ia tak menyadari kedatangan Imran sahabatnya.

"Hey.. Serius banget, makan siang dulu, yuk!" ajak Imran.

"Ke kantin?"

"Ya, iyalah.. Memangnya kamu yang selalu di bawain bekal sama istrimu. Aku, boro-boro bekal, jatah malam ku saja sering terlewat karena si kecil. Makanya, By.. Tunda dulu punya baby lagi kalau belum siap kehilangan perhatian Anisa." canda Imran.

Aby tertawa sambil mengikuti lengan Imran.

"Kau ada-ada saja, sama anakmu saja kau cemburu, apalagi kalau istrimu di lirik pria lain.." goda Aby.

Imran nyengir sambil berkata,

"Jangan sampai itu terjadi.." Imran menengadahkan tangannya.

"Aku juga mau makan di kantin hari ini." ucap Aby sambil membereskan sisa pekerjaannya.

"Kenapa? Kau berantem dengan Anisa?"

Aby menggeleng sambil tersenyum.

"Apa yang harus kami ributkan, Anisa sosok istri yang hampir sempurna buat ku, tidak ada alasan aku mencelanya.." jawab Aby bangga.

"Iya, tau..! Kau beruntung sekali mendapatkan dia sebagai pendamping hidupmu. Sudah cantik, baik, berpendidikan dan..."

Aby menyeret lengan temannya keluar dari ruangannya.

"Kalau terus memuji istriku, kapan kita makan siangnya?" ucap Aby terus melangkah dan di ikuti sahabatnya.

"Kayaknya Bu Rosi punya pelayan baru disini.

Sepertinya aku tumben melihat gadis itu disini." gumam Imran sambil terus mengawasi gadis seksi itu yang sedang melayani beberapa pelanggan.

"Jaga pandangan mu..!" Aby mengusap wajah Imran

"Kata orang, yang terlihat itu rizki, tapi kalau melihat itu baru dosa." kilah Imran.

"Kalau tak sengaja terlihat itu rizki, tapi kalau terus melototinya apa itu masih Rizki juga namanya?" kilah Aby.

"Maaf, Mas, Mas ini ada yang mau di pesan lagi?" tiba-tiba seorang gadis berusia dua puluh tahunan sudah berdiri di samping mereka.

Belahan da**nya sangat terlihat jelas.

"Astagfirullah..!" gumam Aby pelan sambil memalingkan mukanya.

"Terima kasih, mbak. Kami sudah cukup." kata Aby sopan, Ia berusaha menghindarkan matanya dari pandangan yang menggoda iman itu.

Gadis itu berlalu dari hadapan mereka.

Mata Imran masih saja mengikuti langkah gadis seksi itu sampai menghilang di balik pintu.

"Aku heran, kau normal apa tidak sih, By? Masa sama sekali tidak tergoda sedikitpun pemandangan gratis yang tersaji di depan mata." gurau Imran.

"Aku bukan orang suci, tentu saja aku sama seperti pria lainnya saat di hadapkan pada situasi seperti tadi. Tapi aku berusaha menjaga diri, aku masih ingat sumpahku pada Anisa saat ijab qobul dulu.

Bagaimanapun istriku lah yang paling indah dimata ku."

Imran menggeleng kagum.

Pada saat itu mereka mendengar keributan dari meja sebelah.

Gadis yang berpakaian seksi itu tengah menangis karna di lecehkan oleh seorang pria.

Aby yang menyaksikan itu terpancing emosinya.

Ia berusaha membela gadis itu, sampai akhirnya terjadi perang mulut dengan pria hidung belang itu.

"Ingatlah, ibu dan saudara perempuan mu! Bagaimana kalau mereka di posisi gadis ini?"

Pria itu terdiam dan berlalu dari hadapan Aby.

Aby memberikan jasnya pada gadis itu,

"Berpakaian lah yang lebih tertutup. karna kejahatan bisa terjadi bukan hanya karna kesempatan, tapi karna penglihatan."

Gadis itu terisak sedih.

Saat melangkah hendak kembali keruang kerjanya. Aby dan Imran tercekat.

Asap membubung dari salah satu bagian kantor mereka.

"Kebakaran, By..!" teriak Imran panik.

Semua orang berlarian menyelamatkan diri.

"Ayo kenapa bengong.." Imran menarik tangan Aby untuk meninggalkan tempat itu.

Mata Aby terpaku pada tangan yang melambai dari dalam bubungan asap. Sebentar saja tangan itu tidak terlihat lagi.

Aby menghentak tangan Imran dan berlari menuju lokasi yang tidak seberapa jauh dari tempatnya berdiri.

Petugas sudah datang, namun mereka tidak berani masuk karna api yang semakin besar

Aby terbayang pada tangan yang melambai berusaha untuk minta tolong itu.

Api semakin besar, Aby sangat yakin ada seseorang yang butuh pertolongan di dalam sana. Bayangan ibunya yang melambai di tengah kobaran api kembali terlihat, hal yang membuatnya menyesal seumur hidup karna tidak bisa menyelamatkan ibunya saat itu.

"Tidak, aku harus menyelamatkannya!"

Aby berlari menembus kobaran api. Ia tak perduli pada larangan orang-orang:dan petugas yang ada.

Di benaknya, hanya ada ibunya yang sedang membutuhkan pertolongannya.

Aby terus mencari di tengah puing dan kobaran api.

Sampai ia mendengar suara rintihan yang tertahan.

"Tolong...!" suara itu hampir lenyap di telan suara hingar bingar.

Aby tercekat tatkala mendapati tubuh seorang wanita yang tertindih di bawah sebatang balok.

Wajahnya sudah tidak bisa di kenali karna bekas asap. bajunya sudah compang camping karna terbakar disana sini.

Gadis masih sempat menatap Aby dengan sorot mata kemah hingga akhirnya ia pingsan tak sadarkan diri.

Terpopuler

Comments

Nunung

Nunung

mudah2an Aby dan orang itu selamat jangan buat Aby luka dan terbakar.....pasti nantinya aby dan orang itu selingkuh.....

2023-07-15

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!