Kejadian mengerikan itu sudah seminggu berlalu. Aby juga sudah bisa beraktivitas seperti biasa.
Karna kesibukannya di kantor yang melakukan pembenahan disana sini, juga karna keseruan bersama istri serta anaknya, membuat Aby lupa sejenak akan pertemuannya dengan Jelita.
"Jumlah korban kebakaran kemarin itu mencapai tujuh puluh orang, tapi syukurlah tidak ada korban jiwa. Dan semuanya adalah karyawan kantor ini termasuk juga sekuriti." kata Imran yang baru datang ke ruangan Aby. pria itu menghempaskan pantatnya di kursi.
"
"Tujuh puluh orang?"
"Iya, itu termasuk dari yang luka ringan sampai yang parah." kata Imran lagi.
"Kasihan mereka, bagaimana sepulang kantor kita melihat-lihat kerumah sakit?" usul Aby.
"Kita liat nanti, ya. Soalnya kadang istriku menyuruhku pulang cepat.." ucap Imran bernada kesal.
"Tidak usah ngedumel, wajar kalau istrimu minta kau cepat pulang. Dia mengurus dua anak kecil sendirian, coba bayangkan betapa berat dan melelahkan tugasnya itu."
"Tapi wajarlah kita, kan sudah adil. mereka mengurus anak, kita mencari nafkah." Imran tak mau kalah.
Saat pulang kantor, Aby sudah berkemas hendak pulang.
"By, jadi kita kerumah sakit?"
"Aku pikir, kau sudah pulang.." jawab Aby.
"Aku sudah minta ijin, aku bilang bersamamu, makanya dia mengijinkannya. dia bilang kalau pergi bersamamu aku akan aman. Tidak akan melirik cewek lain." sungut Imran tidak suka.
Aby tersenyum kecil.
"Dia percaya kau alim, tidak suka neko-neko." imbuh Imran. Sebelum akhirnya mereka meluncur ke rumah sakit.
"Mbak, bisa minta data pasien kebakaran tempo hari?"
"Sebentar ya, Mas.." jawab perawat itu dengan sopan.
Sebentar kemudian, data itu sudah tersedia di depan Aby.
Ia mengurut nama korban satu persatu.
Ia merasa aneh, tidak di temukannya nama Jelita. Padahal gadis itu menderita luka bakar yang cukup serius.
"Kenapa?" Imran penasaran melihat kebingungan di wajah sahabatnya.
"Aku mencari nama seseorang yang saat itu juga menjadi korban kebakaran itu. namanya tidak ada, padahal ia terluka cukup parah.
"Karyawan juga?"
Aby mengangguk.
"Tepatnya karyawan baru, entahlah di bagian mana." keluh Aby.
"Kau tau darimana?"
"Aku terjebak di dalam karna berusaha menolongnya."
"Cewek atau cowok?" cecar Imran
Aby terdiam.
"Bisa aku tebak, cewek, kan?"
Aby mengangguk pelan.
"Sudahlah, ayo kita melihat para karyawan yang di rawat."
Aby menarik tangan Imran yang masih bingung oleh penjelasannya.
Aby merasa bingung, kemana gadis itu, padahal ia jelas melihat kalau petugas memasukkannya kedalam ambulance. Dan lukanya termasuk parah.
Aby mengantar Imran pulang.
"Ayo masuk dulu, by.. Istriku biar percaya kalau aku pergi bersama mu." pinta Imran.
"Sudah sore, Anisa pasti sudah menungguku."
Tolak Aby.
"Eh asa Aby, mari masuk dulu!"
Kepala seorang wanita menyembul dari balik pagar.
"Terimakasih, lain kali saja Des, ini aku kembalikan suami mu dengan utuh" kelakar Aby membuat Desi, istri Imran terkekeh.
"Ok, sampai jumpa besok di kantor. Assalamualaikum..!" ucap Aby seraya menghidupkan mobilnya.
Benar saja, Anisa sudah menunggunya di teras dengan gelisah.
Ia tersenyum lega saat melihat mobil Aby memasuki halaman.
"Assalamualaikum..!"
"WAalaikum salam. sore sekali pulangnya, Mas Aby?" sapa Anisa sambil mencium tangan Aby.
"Masih kerumah sakit sebentar bersama Imran. menjenguk para korban kebakaran itu. maaf, Mas tidak berkabar. Ponselnya mati."
"Ya, sudah. Mandi dulu sana!"
"Al dimana?"
"Ada di kamarnya, sedang belajar."
"Bentar, ya.. Mau lihat Al dulu baru mandi."
Aby menghampiri putranya yang sedang asik mencoret coret kertas.
"Assalamualaikum, anak ayah yang ganteng."
Bocah itu menoleh senang.
"Ayah, lihat ini..! Bagus, kan?"
Al memberikan secarik kertas pada ayahnya
"Gambar siapa ini, Nak?"
"Ini Ayah, ini Bunda.. Dan ini Al..."
"Terus yang ini siapa?" Aby menunjuk gambar wanita yang satunya di samping kiri gambarnya sendiri.
"Tadi Al mau gambar Bunda, tapi salah. Al bikin lagi di sebelah kirinya. Nggak papa, kan? Bunda Al jadi dua., hebat, kan Yah?" anak itu tersenyum bangga.
Aby termenung. Al menggambar dirinya di apit oleh dua orang wanita. Tapi itu hanya kreasi seorang anak berusia enam tahun saja.
Aby menghibur dirinya.
"Mas Aby, cepat mandi..! Sebentar lagi Maghrib." teriak Anisa dari dapur.
Aby bergegas menyambar handuknya.
Ia mendekati Anisa yang sedang menghangatkan makanan.
Aby memeluk pinggang istrinya dari belakang.
"Mas Aby.. Nanti Al melihat." ujar Anisa merasa malu.
"Kenapa harus malu di lihat oleh Al? Justru dia akan bangga punya orang tua yang selalu harmonis dan saling menyayangi." kilah Aby.
Jujur dalam hati kecilnya, Aby merasa cemas dengan dirinya sendiri. Semenjak bertemu Jelita dan mengetahui penderitaan gadis yatim piatu itu. Ia merasa ikut bertanggung jawab memperhatikan nasibnya yang teraniaya dan sebatangkara.
Apalagi saatelihat hasil coretan putranya sendiri.
Aby berdoa dalam hati agar Allah menjauhkan segala bencana dalam rumah tangganya.
"Kenapa lagi? Aku lihat Mas Aby banyak termenung akhir -akhir ini. Ada yang di pikirin?" tanya Anisa.
"Tidak sayang.. Apalagi yang aku pikirkan, semua sudah terasa lengkap dalam hidupku.
Itu semua berkat dirimu.." Aby mencium pipi Anisa spontan.
"Mas Aby..?"
Anisa merasa agak heran juga, walaupun memang dari dulu Aby selalu romantis padanya, tapi semenjak kejadian kebakaran di kantornya itu ia merasa Aby lebih romantis lagi. Entahlah.. Apa itu hanya pikirannya saja, Anisa tidak mengerti.
"Oh,ya.. Katanya punya kejutan, kejutan apa, sih?" tanya Aby saat mereka sudah berdua di kamar.
"Sudah siap menerima kejutannya? Soalnya bukan hanya satu, tapi dua kejutan." Anisa tersenyum melihat Aby begitu penasaran.
"Tidak sabar, ayo katakan!"
"Yang pertama, ini dia." Anisa mengeluarkan sebuah amplop yang berisi kertas.
Abi menerimanya dengan heran.
Setelah di bacanya, Ia berseru dan merangkul Anisa.
"Selamat sayang..! Kau selangkah lebih maju dalam karier mu."
"Itu belum seberapa? Masih ada lagi, dan mungkin yang ini lebih membuatmu terkejut."
"Cepetan bilang..!" Aby tak sabar.
Anisa memberikan sebuah test pack kepada Aby. Abi menerimanya dengan perasaan tak menentu.
Anisa mengangguk pasti.
"Al akan punya adik?" Aby duduk terpaku di tempatnya, kabar yang tidak di disangka-sangka.
"Kau serius, Nisa?"
"Dua rius, Mas!"
Aby kembali menghujani istrinya dengan ciuman. Di pipi, di kening, di bibir dan bagian yang lainnya.
"Ini kabar yang sangat membahagiakan. Al sudah tau kalau akan punya adik?"
"Aku sengaja belum mengatakannya, aku ingin kau orang pertama yang mendengarnya."
"Akhirnya...!" Aby tersenyum sendiri karna masih belum percaya dengan kebahagiaan yang datang bertubi-tubi pada keluarganya.
Malam harinya, Aby terbangun dari tidurnya.
Ia melihat kearah Anisa yang tidur dengan tenang.
Aby mengusap kepala istrinya itu.
"Semoga segala semua kebahagiaan dan kebaikan selalu menyertai keluarga kita Bisa..." ia mencium kening istrinya.
Aby memutuskan mengambil air wudhu dan melaksanakan sholat malam. Ia berdoa dengan khusyuk. Memohon agar keluarga kecilnya selalu di lindungi dari segala cobaan.
Paginya saat sarapan, Aby menerima telpon dari Imran.
"By, aku baru mendapat kabar dari Yuda, katanya ada karyawan baru yang bernama Jelita di bagian pemasaran yang menjadi korban. Ternyata dia keluar dari ambulance secara diam-diam. belum pasti alasannya apa.."
"Ya, sudah.. Nanti kita bicarakan lagi. Aku sedang sarapan."
Imran memutuskan panggilan.
"Ada apa, Mas Aby?" Anisa yang sedang duduk di depannya bertanya.
"Imran, dia bilang ada seorang karyawan yang diam-diam keluar dari ambulance saat mau di bawa kerumah sakit." jelas Aby.
"Owh..." hanya itu yang keluar dari mulut Anisa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
vall
mampir ya kak. mampir juga di novelku makasih kaka 🙏🙏
2023-08-31
0
Jelo Muda
perasaan gueeehhhb yg baca kok g enak ya ...
2023-07-21
0
Nunung
Semoga kehidupan Aby dan Anissa selalu bahagia selamanya Aamiin.
2023-07-18
0