"Ella!!" Teriak Aster yang sudah menunggunya selama lebih dari 1 jam di parkiran.
"Lama banget sih?" Aster terlihat kesal saat Ella yang sudah ada di depannya sedang ngos-ngosan karena berlari.
"Aku ke tempat kakak, sini masuk dulu." Ella menarik tangan Aster masuk ke mobil dan cepat-cepat menutupnya.
"Ini gawat, kakak sudah tau tentang web MH kita." Lapor Ella dan Aster merasa takut saat ini.
"Lalu?"
"Aku berhasil bujuk kakak, makanya lama. Tadi sebelum kelas kedua juga sudah ngomong tapi belum tuntas saja, untung kakak mau bantu. Yang penting kita hati-hati dan papa juga tau, berarti uncle Flo juga pasti tau." Jelas Ella lagi dengan terburu-buru.
Aster menarik nafas panjang sambil menengkan diri, selama ini Florian tidak pernah bertanya apapun dan pengawal di sekitar mereka juga masih sama jumlahnya, tidak ditambah.
"Sekarang pura-pura tidak tau saja, kita jalankan misi seperti biasa. Kakak juga sudah ok yang penting pilih kasus yang tidak membahayakan." Ucap Ella lagi dan Aster mengangguk. Aster yang umurnya memang lebih kecil dari Ella sangat menurutinya, sebagai sahabat juga kakak.
\~\~\~\~\~\~\~\~\~\~
Di sebuah apartemen kumuh pinggiran kota, seorang wanita sedang menunggu balasan chat dengan gelisah. Sejak 2 hari lalu dia terus melihat kearah ponselnya yang belum juga ada tanda-tanda kasusnya di terima.
Wanita itu membaca lagi kasus yang dia ceritakan di web MH itu tapi sang admin sama sekali belum membalas apa pun.
Web MH (Magic Hands) memang tidak terlalu cepat dalam menentukan kasus yang akan mereka ambil, bahkan bisa sampai seminggu baru di balas tapi belum tentu diterima. Web ini hanya diketahui oleh orang-orang yang sudah tidak punya pilihan lain dalam keadilan. Mereka juga harus memberikan bukti kuat dan surat resmi dari kepolisian jika kasus mereka di tutup atau di bekukan. tentunya kasus yang di tutup tanpa pemeriksaan jelas.
"Akhirnya..." Ucap wanita itu sambil tersenyum lega, dia tidak tau siapa disana yang membalas pesannya, dia hanya berdoa agar Tuhan menolongnya melalui orang-orang dibalik web ini.
tok tok tok
Suara ketukan pintu terdengar, wanita itu terperanjat dan menyembunyikan ponselnya lalu berjalan pelan tanpa suara ke arah pintu dan mengintip dari lubang kecil di sana. Dengan perasaan lega dia membuka pintu apartemen kumuhnya.
"Kau temukan dia?" Tanya wanita itu pada pria yang baru saja dia izinkan masuk.
"Tidak, maaf.. sepertinya anakmu di bawa oleh suamimu dan kekasihnya." Jawab pria itu.
Wanita itu bernama Morina, wanita yang telah dinyatakan meninggal tapi saat ini dia telah sehat dan sedang menunggu kabar dari MH untuk membantu kasusnya.
Morina tau, suaminya adalah dalang semuanya saat dia kembali ke rumah setelah seminggu dinyatakan hilang. Dia melihat suaminya membawa seorang wanita ke rumah dan mereka terlihat sangat mesra. Morina hanya memandangi mereka dari jauh tanpa berani mendekat, dia tau kalau suaminya lah yang ingin dia mati, tapi apa buktinya?
Morina juga bukan dari keluarga terpandang, dia hanya anak dari pekerja kantoran yang di jodohkan dan menikah dengan suaminya 2 tahun lalu, bahkan anak mereka belum genap 1 tahun. Yang diinginkan Morina hanya keadilan untuknya dan mendapatkan anaknya.
"Jadi bagaimana Rin?" Tanya pria itu dan Morina hanya menggeleng, dia tidak menangis karena air matanya sudah kering terlalu banyak menangis selama ini.
"Baru sebulan kepergianmu dan minggu depan mereka menikah. Lalu kau disini hanya menunggu bantuan tidak jelas itu?"
"Apa lagi yang harus aku harapkan, hanya ini. jack please.. kali ini biarkan aku mencari bantuan lain. Aku sudah dianggap mati 2 kali."
"Baiklah, terserah kau saja!"
"Jack.."
Morina hanya memandang kepergian Jack, satu-satunya teman yang dia percaya. Morina tidak mau Jack mendapat masalah karena terlalu membantu dirinya, temannya itu masih punya istri dan anak yang harus dia lindungi juga.
$$$$$$$$$$$
"Sudah balas?" Tanya Aster pada Ella yang masih sibuk di depan laptopnya.
"Sudah, kasihan sekali wanita ini. Dia dibunuh suaminya dan 2 kali." Jawab Ella yang telah selesai membaca profil Morina, client mereka saat ini.
"Hah? 2 kali gimana?" Tanya Aster yang memang belum tau sama sekali.
"Nih baca sendiri." Ella menggeser laptopnya dan Aster membaca dengan seksama dan juga melihat foto bukti yang dikirimkan.
"Astaga.. kenapa ada suami seperti ini?" Aster tidak habis pikir, meskipun mereka di jodohkan tapi sudah ada anak diantara mereka.
"Jadi bagaimana?" Tanya Ella yang sedikit ragu pada kasus ini karena Morina juga sudah ke kantor polisi tapi malah salah satu polisi mencoba membunuhnya, lagi, Morina selamat karena jatuh ke laut sebelum sempat peluru yang ditembakkan menyentuh kulitnya.
"Selidiki siapa suaminya dan selingkuhannya, lalu polisi itu siapa." Jawab Aster. Ella mengangguk dan mereka mulai menjalankan rencanya.
"Stop berhentiiiiii!!! MALING RAMPOK!" Teriak Aster sambil berlari mengejar seorang pria yang mengambil tasnya. Tentu dengan dandanan ala turis karena wajahnya yang memang bule asli.
Tak lama seorang pria lengkap dengan seragam polisi juga ikut mengejarnya, setelah kejar-kejaran si pencuri akhirnya tertangkap.
"Terima kasih pak." Kata Ella setelah tasnya kembali.
"Nona, bisa ikut sebentar ke kantor untuk laporan?" Tanya polisi itu dan Aster menggeleng.
"Tidak bisa pak, saya harus ke bandara sore ini karena harus kembali ke negara saya." Jawab Aster, setelah berbicara sedikit lama akhirnya Aster dibiarkan pergi dan si pencuri yang merupakan salah satu pengawalnya terpaksa harus ikut polisi itu sebagai mata-mata.
"Yes, berhasil." Ella mengepalkan tangannya dengan semangat. Rencana mereka berhasil memasukkan salah satu pengawal ke penjara untuk memulai aksi awal mereka pada kasus ini.
"Tapi om Jarwo tidak apa-apa kan? Nanti dia dipukulin di dalam gimana?" Tanya Ella pada Aster.
"Tenang saja non, Jarwo tahan banting dan cuma kasus kecil tidak akan di pukul, paling hanya 2x24 jam di sana." Jawab supir mereka yang juga pengawal dari Florian.
"Syukurlah.." Kata Aster lega. Sebenarnya ini adalah kasus ke 5 mereka dan yang mereka tidak tau bahwa selama ini para pengawal di sekitar mereka juga membantu atas perintah Florian. Jadi sampai sekarang mereka tidak apa-apa karena hal itu.
"Jadi besok kau yang beraksi, sehabis pulang kuliah dan selesai tugas dari kak J tentunya." Kata Aster dan Ella mengangguk. Kakaknya memang sengaja memberi banyak tugas untuk membuatnya sibuk.
Ella dan Aster akhirnya pulang ke rumah masing-masing, sudah malam dan waktunya makan malam bagi keduanya.
"Baru pulang Aster?" Tanya Flora sang ibu pada anak gadisnya yang memang suka pulang malam, entah itu dari toko atau main bersama Ella.
"Ya bu hehehe.." Jawab Aster sambil nyengir lalu berhambur memeluk Flora dan mencium pipinya.
"Ayah tidak di cium?" Tanya Florian yang sedikit cemburu.
"Ayah juga..." Aster mencium pipi Florian lalu memeluk ayahnya yang sangat dia sayangi.
"Manja.." Cibir Vared sang adik yang baru 12 tahun itu.
"Sini sini kakak cium juga..." Aster mencium Vered yang langsung di usap oleh adiknya yang memang tidak suka dicium karena merasa sudah besar.
"Adiknya kakak yang paling imut, kesayangan kakak..." Ucap Aster lagi sambil mengelus dan mengacak rambut Vered membuat adiknya itu kesal setengah mati.
"Sudah.. makan dulu nanti baru main." Tegur Flora yang melihat kejadian ini akan lama kalau tidak dia hentikan.
\~\~\~\~\~\~\~\~
Di tempat lain,
Morina sangat gelisah dalam tidurya, dia terus bermimpi di kejar seseorang yang ingin membunuhnya. Setiap hari mimpi yang sama, dia juga sangat ketakutan dan tidak berani keluar dari apartemen yang dia sewa jauh dari kota.
Morina akhirnya terbangun dan melihat ponselnya,
'Kami ingin bertemu, jika bisa anda tentukan tempatnya.'
'Baik, kalau bisa besok jam 2 siang di taman cempaka.'
Morina membalasnya dan kembali merebahkan dirinya, rasa lapar pun tidak membuatnya semangat untuk makan karena benar-benar memikirkan putranya yang masih bayi di tangan orang-orang jahat.
TBC ~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments