PERTEMUAN KEDUANYA

09:00 AM

Gadis dengan ciri khas rambut hitam bob hair cutnya tengah berjalan sembari menenteng cemilan dua bungkus di tangannya, pipi chubby nya tidak berhenti terus mengunyah makanan chiki chiki tersebut. Dengan bibir yang mengerucut ketika mengunyah.

Sampai akhirnya sang ayah menoleh ke dirinya dan menegur sang anak karena keasikan makan hingga mengabaikan penjelasannya. Irwan berkacak pinggang.

Jesslyn yang mendapat tatapan maut sang ayah lantas menoleh ke sana kemari, menatapi area rumah sakit untuk mengalihkan pandangannya dari Irwan.

“Berhenti makan dan dengarkan ayah, Jessy!” Jesslyn, gadis cantik sekaligus imut itu lantas menyembunyikan kedua snack chikinya ke belakang tubuhnya. Saat tangan sang Ayah hendak meraih snacknya.

“Ayah, Jesslyn laper. Pliss, ayah bisa jelasin sambil Jessy makan.” Jessy kembali mengeluarkan snakcnya sambil ia rangkul erat agar tidak bisa diambil Irwan.

“Kamu itu ya. Bisanya cuman makan, tidur, males-malesan doang! Disuruh ini mager, suruh itu mager. Kapan kamu mau berkembangnya, Jessy.” Jengah sang ayah hampir pada frustasi.

“Tenang yah, Jessy ada saatnya kok berkembang, untuk saat ini Jessy mau bertumbuh.”

Irwan melirik pada tubuh sang anak yang mungil, tinggi anaknya hanya 156 cm.

“Mau bertumbuh setinggi apa kamu kalau tidak di bekali olahraga!” Jessy menepuk pundak sang ayah dua kali, tersenyum lalu meletakkan satu snack ke dalam mulut sang ayah ketika pria paruh baya itu hendak kembali mengomel.

“Enak kan yah. Cobain-cobain." Irwan menekuk masam wajahnya karena kelakuan sang anak, tapi tak urung mulutnya mengecapi snack Jessy dan menikmatinya.

“Yah.” Panggil Jessy.

“Apa!” Jessy terkejut.

“Santai dong yah, iya-iya Jesy nurut, tapi kapan-kapan, jangan dipaksa, biarkan Jessy ini menikmati masa muda Jessy biar nggak stress karena pekerjaan.” Irwan memutar bola mata malas.

“Heleh, ngomong aja kalau males.” Jessy cengegesan.

“Yah, dokter yang namanya Alya, Alya itu, dia beneran anaknya pak Direk?” tanya Jessy masih dengan rasa tak percayanya.

“Iya, kenapa! Hebat kan dia, anaknya Direktur tapi nggak males-malesan kayak kamu.”

Jessy merutuk mulut sang Ayah yang tiba-tiba membanding bandingkannya dengan Alya.

“Niat tanya malah di bandingin,” dengus Jessy malas, untung dia tidak baperan.

“Sana belajar sama dia, kamu nggk mau gitu kenalan sama dia, nanya nanya seputar profesinya, statusnya, lulusan mana, sana,” ia mendorong sedikit tubuh sang anak yang masih saja makan tanpa beban.

Jessy mendelik, “ayah jangan dorong Jessy, ish, selalu aja ayah malu-maluin aku,” kesal sang anak ketika ada yang melintasi mereka orang itu menatapnya kasihan. Seperti anak yang tidak diinginkan.

Jesslyn terdiam sebentar kemudian ia melangkahkan kakinya begitu saja.

“Hei! Mau kemana kamu,” panggil Irwan ketika anaknya pergi begitu saja tanpa berpamitan.

“Katanya suruh kenalan, dasar orang tua, gampang pikun.”

“Apa katamu Jessy!” pekik sang Ayah tak terima dikatakan pikun oleh Jessy.

***

Dalam masa pemulihannya, sudah dua tiga hari ini ia tidak bisa mengajar karate dan di haruskan untuk istirahat dan menunggu masa pemulihan lututnya. Dirinya mengalami cedera lutut ringan karena tidak sengaja terserempet mobil.

Dan sementara ia melemparkan tugas mengajarnya pada rekannya yang lain.

Zaibunnisa Adhira, gadis cantik berdarah Jawa yang sudah bertahun tahun meninggalkan tempat kelahirannya karena demi mengejar cita-citanya menjadi seorang atlet karate.

Awal mula ia bisa ke sini karena ia yang berani membohongi ibunya dan mengatakan akan meneruskan pendidikannya di Jakarta dan akan mengambil jurusan yang disuruh sang Ibu, yaitu jurusan tata busana.

Semua itu ia lakukan karena keinginanya yang bisa menjadi atlet karate, tanpa belajar ia tidak mungkun bisa jika hanya mengandalkan tutorial youtube atau internet, ia butuh belajar langsung dari ahlinya.

Setelah bertahun-tahun mengejar cita citanya, Zaibunnisa berhasil mendapatkan juara tingkat lokal yang di adakan oleh FORKI.

Karena pada saat itu organisasi ini tengah mencari seorang kandidat atlet tingkat Kota.

Zaibunnisa tidak pernah menyangka bahwa ia berhasil meraih dan membawa pulang pialanya, rasa senang menjalar pada dirinya ketika piala pertama ia dapatkan setelah dua tahun belajar karate.

Dia juga pernah mengikuti banyak kompetisi FORKI namun baru kali ini ia bisa mendapatkan juara pertamanya, sampai-sampai rasa senang tidak bisa ia ungkapkan dengan kata-kata saking bangganya pada dirinya sendiri.

Ia menatap piala pialanya yang terpajang pada rak pula dengan medali dan piagam yang ia cantolkan dan di pajang pada dinding samping rak.

“Buk, Nissa berhasil, maaf kalo Nisa udah bohongin Ibuk. Semua itu Nissa lakukan demi bisa mengangkat derajat Ibuk.”

Jika Ibunya tau dia adalah atlet karate, sudah di pastikan wanita paruh baya itu akan marah besar kepadanya, tapi semua itu ia lakukan demi bisa mengangkat derajat orang tuanya.

Selain ingin mewujudkan cita citanya, tujuan lain Nisa adalah, dia ingin membuktikkan kepada semua orang yang pernah menjatuhkan namanya. Bahwasannya dirinya juga bisa sampai pada titik ini.

Nissa menemukan bungkus permen di sakunya ketika ia lupa membuang sampah plastik itu, ketika hendak ia buang sekelebat bayangan Alya tersenyum dan bagaimana cara gadis itu ramah pada semua orang menjadikan ia bertanya-tanya.

"Dari sekian teman, kayaknya dia yang paling tulus orangnya."

***

11:00 PM

Seorang pria dengan pakaian santai tshirt berwarna putih di padukan dengan celana selutut yang saat ini tengah berbincang dengan sang manajer di ruang tamu rumahnya. Membahas jadwal syutingnya untuk besok dan hari berikutnya.

“Selesai syuting kau ada pemotretan untuk iklan minuman soda, besoknya lagi kau akan pergi ke acara ragam dan sorenya ada jadwal syuting sampai malam, lalu,” Daehyun sampai dibuat lemas dengan segala jadwal padatnya yang sehari-hari sudah menjadi makanannya.

Dia menghela nafas. “Okay manajer hyung, terimakasih untuk jadwalnya yang padat,” ujar Daehyun yang diangguki sang manajer.

Tiba-tiba suara dering ponsel mengalihkan atensi Daehyun yang semula bersandar pada sofa dengan mata tertutup, ia bangkit lalu mengecek notif dari tw*ter nya. Sang manajer yang tahu apa itu hendak merebut ponsel Daehyun.

Namun mata Daehyun sudah lebih dulu menangkap berita yang saat ini sedang trending di tagar tw*tter.

Seketika kedua tangannya dibuat lemas hingga ponsel yang semula ia pegang menjadi jatuh dan mengeluarkan bunyi yang nyaring karena menghantam meja yang terbuat dari kaca.

Jantungnya berpacu sedikit cepat, pula dengan bibir bergetar karena takut. Inilah yang membuatnya takut dari dulu, jika seseorang berhasil memotretnya diam-diam dan menyebarkan berita palsu mengenai dirinya.

Apalagi namanya yang baru-baru ini melejit karena visual wajahnya yang tampan, Daehyun mengusap wajahnya kasar, sang manajer menatap Daehyun lalu mengambil alih ponsel Daehyun dan mematikannya.

“Sebaiknya kau istirahat, jangan hiraukan skandal aneh ini, dia hanya seorang sasaeng yang mencoba menyebarkan berita palsu untukmu.”

Daehyun mengangkat wajahnya.“Bagaimana bisa hyung tau?”

Manajer itu diam, lalu setelahnya baru menjawab, “kelakuan seperti ini biasanya ulah sasaeng, sudah, kau istirahat saja, biar manajer yang urus semua ini.”

Daehyun pergi menuju kamarnya, ia membanting tubuh lelahnya pada kasur king sizenya yang empuk dan nyaman. Menyembunyikan kepalanya di bawah bantal.

Kenapa berita seperti ini bisa muncul ketika namanya baru mulai melejit, meskipun ia tidak terlalu peduli dengan berita tak benar ini tapi yang namanya manusia pasti kepikiran dengan berita yang menyandungnya.

“Sialan ya lo sasaeng! Mood gue jadi hancur karena lo.” Di kenal karena lembut dan ramah, Daehyun tetaplah manusia biasa yang juga bisa emosi, malahan emosinya jadi sulit terkendali jika sudah seperti ini.

Ia menarik nafas berkali-kali sambil tengkurap, lalu tiba-tiba suara kucing mengejutkannya, ia pun duduk, menengok ke arah kucingnya yang naik ke atas kasurnya.

Daehyun yang melihat hal itu sontak terkekeh kecil dan mengangkat tubuh gempal kucingnya ke atas dadanya dan ia yang kembali merebahkan tubuhnya.

“Kamu datang di waktu yang tepat cing, gue lagi badmood,” curhatnya pada kucing bertubuh gempal di atasnya.

Kucing itu menjilati kakinya sendiri dan menempelkannya pada kepalanya.

Daehyun dibuat gemas sendiri dengan peliharannya, ia kemudian menjatuhi ciuman bertubi tubi pada wajah kucingnya, sekedar melampiaskan moodnya agar sedikit kembali tenang.

Saat dirinya tengah asik bermain dengan kucing kesayangannya, suara dering ponsel dari kasurnya kembali menyita perhatiannya, saat sebuah telepon dengan nama Kim Naeun tertera di ponselnya.

Daehyun hanya diam memperhatikan tanpa menyentuh atau menggeser tombol hijau itu. Sampai akhirnya panggilan dari Naeun hilang dan berganti notifikasinya muncul di layar kuncinya.

“Lo laper ya, cing, ayo, ayo gue kasih makan.” Ketika kucingnya menjilati tangannya, pertanda kucing itu tengah kelaparan.

“Tubuh lo gempal begini astaga, cing, makan mulu sih lo, diet-diet kan enak.” Ia menepuk perut sang kucing pelan karena saking gemasnya pada tubuh berisi kucingnya.

“Lah, tinggal dikit doang. Kucing gue mana cukup makan seuprit gini, dasarannya dia kalo makan maruk banget. Yaudah cing, makan ini aja dulu, gue mau beli lagi.” Kucing itu langsung melahap makanannya dan menggeram karena kesenangan, Daehyun terkekeh lalu mengelus bulu lembut kucingnya.

Daehyun terkejut ketika sang manajer yang ternyata sudah berdiri di depan pintu kamarnya dengan kedua tangan memegang sebuah naskah tebal yang berisi dialognya.

Yang ternyata diam-diam memperhatikan Daehyun dengan kedua alis menyatu, namun saat pria itu berkomunikasi dengan kucingnya sang manajer tidak bisa mendengar apa yang dibicarakan oleh Daehyun.

“Khamcaghiya! Yak! Hyung, kau mengejutkanku.” Ia mengelus dadanya berkali kali, hampir saja jantungnya dibuat merosot karena saking kagetnya.

“Mianhe Daehyun-ah, ini aku mau antarkan naskah untukmu." Daehyun menerimanya lalu membungkuk untuk mengucapkan terima kasih kepada manajer hyung.

“Khamsahamnida.” Manajer hyung pergi, kemudian Daehyun mengambil masker, topi beserta jaket denim serta mengganti celananya menjadi celana panjang.

Dirinya mau pergi untuk membeli makanan kucing. Tanpa di temani manajernya.

Sudah menempuh jalan sekitar dua belas menit kini sesampainya di tempat parkir khusus mobil.

Ia akan memilih berjalan saja untuk menuju mini marketnya. Ia berjalan dengan kepala menunduk pula dengan kedua tangan terselip ke saku jaket denimnya.

Ia merasa was-was ketika melewati banyak orang apalagi skandalnya yang baru saja muncul.

Hatiku sakit lihat Daehyun Oppa sudah memiliki kekasih.

Apa! Mereka ciuman?!

Aku gk terima, huhu.

kau keterlaluan sdh mengusik oppa ku. Tpi aku jga sakit hati melihatnya berciuman dgn wanita lain.

Apakah ini saatnya aku berhenti untuk menyukaimu oppa?:)

Aku sdh mengikutimu dari zaman pra debutmu, tpi kau mengecewakanku.

Daehyun menghela nafas ketika ia membaca komentar-komentar itu, ia berjalan dengan fokus pada ponsel di pegangnya tanpa melihat ke depan. Sedari ia mulai berjalan di trotoar ponselnya tidak berhenti berbunyi.

Ketika sedang fokus mensecroll ke bawah, tiba-tiba saja ia tidak sengaja menabrak pundak seseorang dan membuat ponselnya terjatuh.

Daehyun berdecak, tangannya hendak terlulur untuk mengambil ponselnya yang terjatuh.

Namun lebih dulu seseorang mengambilkannya dan menyodorkannya ke depannya.

Daehyun tersentak, lantas ia menarik sedikit turun topinya untuk menutupi matanya, sedangkan gadis yang ia tabrak merasa tak enak hati karena sudah membuat ponsel pria di depannya jadi jatuh.

“Halo?” sapa gadis itu ketika pria di depannya tidak lekas mengambil ponselnya.

Daehyun perlahan mendongakkan matanya begitu pula dengan Alya, gadis yang baru saja tersesat di Negara orang dengan pakaian dokternya sedari kemarin malam. Menunggu pria itu segera mengambil ponsel di tangannya.

“Haish, lama. Ahjussi, permisi.” Alya melambaikan tangannya.

"Ini ponsel anda, maaf sudah menjatuhkannya.” Lalu ia mengambil tangan Daehyun dengan berani dan ia berikan ponsel pria itu. Sontak kedua mata Daehyun melebar.

“Jamkkanman.” Sontak gadis itu menghentikan langkahnya dan berbalik menatap pria misterius di depannya.

“Kau baru saja memanggilku apa? Ahjussi!” Alya terkejut akibat bentakan Daehyun.

“Joengsonghamnida, saya pikir anda adalah seorang bapak bapak, maafkan saya tuan." ujarnya membungkuk sopan. Meletakkan kedua tangannya di depan.

Daehyun berdecak dan membatin di dalam hatinya, memangnya pakaian dia seperti bapak bapak? Lalu ia berbalik dan hendak pergi lagi. Namun tangannya lebih dulu dicekal erat oleh Daehyun.

Alya menoleh dengan kerutan halus tercetak di dahinya, matanya tak beralih sedikit pun dari topi pria di depannya.

Pria ini sangat misterius sekali, tidak taukah pria ini jika tubuhnya sudah bergetar ketakutan.

Alya menunggu apa yang akan pria itu lakukan, saat perlahan kepala pria itu terangkat. Dan saat mata tajam pria itu sudah berhasil menatap tepat pada matanya, Alya sangat terkejut.

“Mengenalku, hm?”

...***...

...Jika menyukai part ini tolong like dan komentar masukannya. Terimakasih......

Terpopuler

Comments

🌻🍪"Galletita"🍪🌻

🌻🍪"Galletita"🍪🌻

Suka banget sama karakter dalam cerita ini, semoga thor selalu terinspirasi untuk menulis.

2023-07-19

0

Sun Seto

Sun Seto

Jangan lupa update yaa, ini fan berat nih

2023-07-19

0

Candela Antunez

Candela Antunez

Kereeeen!

2023-07-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!