"Mah, Isa sama Tante kapan pulangnya?" tanya Hazel saat bergabung bersama keluarganya dimeja makan.
Perasaan baru satu hari tidak berjumpa, Hazel sudah rindu berat dengan sepupunya yang dia sebut sebagai Isa. Rumahnya berseberangan dengan rumah Hazel, yang artinya mereka bertetangga.
"Belum tahu. Kata Zayna, paling lambat mungkin mereka menghabiskan sampai seminggu berlibur di Bali."
Hazel meraih selembar roti tawar yang telah tersedia di atas meja lalu menyungut sendu. "Lama banget, Hazel sudah kangen sama Isa.."
"Lebay!" Cibir Jayden disambut delikan sensi dari Hazel.
"Biar hih!"
Ting!
Ting!
Ting!
Dentingan notifikasi bertubi-tubi yang berasal dari ponsel Hazel mewarnai prosesi sarapan pagi mereka. Mereka memusatkan atensi kearah Hazel.
"Buset tuh notif kekeuh bener." Celetuk Jayden sesudah menggigit sehelai roti tawar yang dilapisi oleh selai kacang. Sekedar informasi, jika Jayden ini salah satu mahasiswa di universitas Jakarta.
Hazel memilih mengambil ponselnya di dalam saku, membaca pesan-pesan yang terkirim tertera jelas dilayar.
...🐷...
Dimana?!
Balas anjirr!!
Tuhkan, lo lagi bareng cowok?!
Katanya mau berangkat bareng!
Gue udah ada didepan gang nih.
Hazel men.d.esah kesal, masih pagi-pagi saja dia sudah diteror oleh pesan-pesan tidak berfaedah dari Calix. Awal berpacaran dengannya, Calix tak terlalu mengekangnya, tapi makin kesini entah mengapa tuh cowok semakin meresahkan.
Bunyi decitan kaki kursi yang bergesekan langsung dengan ubin lantai terdengar saat Hazel menggeser kursi agar memberikan ruang untuk dia bangkit dari duduknya.
"Mah, Pah, Hazel pamit, mau berangkat sekolah."
"Loh? udah mau berangkat? sarapan kamu belum habis loh." Ujar Ferdi--Ayah dari Hazel. Baru segigit kelihatannya tadi roti yang disantap oleh Putrinya.
"Hazel sarapan di sekolah aja."
"Yasudah, Papa ambil kunci mobil, biar Papa yang anta--" Ferdi yang hendak berdiri dari duduknya itu diurungkan oleh sergahan Hazel.
"Gak perlu Pah! Hazel mau berangkat bareng--" Tatapan Hazel bergelirya mencari nama yang tepat untuk dijadikan tumbalnya saat ini, Jayden memicingkan mata curiga, tumben-tumben Adiknya ini mandiri, biasanya selalu merengek minta diantar jemput.
Sedangkan Hazel, hanya satu nama yang langsung tertera dalam otaknya. "Kyra! iya Kyra!! kami sudah janjian bakal naik bus sama-sama, dia sudah tunggu Hazel di halte."
"Huacimmm!!! kok hidung gue tiba-tiba gatel banget ya?" Di lain sisi, Kyra mengucek-ngucek hidungnya yang ibarat digelitik serbuk sari, batang hidungnya terlihat memerah.
"Kayaknya ada yang gunain nama gue buat suatu yang buruk." Monolognya tepat sasaran, sebelum akhirnya menyambar tasnya lalu turun kebawah bergabung bersama keluarganya yang sedang ada dimeja makan.
"Oh gitu? yaudah. Hati-hati dijalan.." Pesan Ghea tiba-tiba disergap oleh rasa cemas.
"Iya..Hazel pamit ya Mah? Pah?"
Sebagai bentuk pamitan, Hazel tidak lupa menyalami satu persatu tangan kedua orang tuanya sebelum pergi. Ciuman di terima pada masing-masing satu pipi Ghea dan Ferdi tak ayal juga ikut menyertai.
"Abang gak di cium juga nih?!"
Plak!
Bukan ciuman yang mendarat, tapi telapak tangan kecil Adiknya, malah cukup keras lagi. "Ba*bi ngepet makan permen, what the fu*ck you men!" Teriaknya mengacungkan jari tengah tinggi-tinggi untuk Hazel yang sudah memunggungi mereka.
"Makan tempe rasa ironmen, what the fu*ck you too men!" Sambil berjalan hendak keluar pintu, Hazel menyempatkan berbalik lalu menjulurkan lidahnya, lengkap dengan menarik pinggir matanya untuk meledek Kakaknya.
Tuk!
Centong kembali menimpuk dahinya. Dengan bibir mengerucut beberapa centi Jayden mengusap-ngusap dahinya yang berdenyut. Habis tamparan, ditimpuk oleh centong yang pelaku tersangkanya adalah Mamanya sendiri, nasib-nasib..
"Mama ada masalah apa sih sama Jay?! kelakuan Mama itu sudah termasuk kekerasan dalam rumah tangga tahu gak?! Jay bawa ke pengadilan baru tahu rasa!"
"Mulut bau jigong mu itu perlu di rica-rica! hanya membawa dampak negatif dengan Adek mu!" Dumel Ghea menghunuskan kilat maut. Jika di komik-komik mungkin sudah ada gambaran api-api di dua sisi Mamanya. Dan mampu membuat Jayden langsung mati kutu.
"Ssst! kalau nyawamu ingin selamat, kuncinya, mengalah dan segera tutup mulutmu!" Desis Ferdi memperingatkan Jayden dengan gestur meresleting bibir. Bukannya apa, dia sudah belajar dari pengalaman. Bisa-bisa ruangan ini pun bisa hancur hanya gara-gara amarah Istrinya.
"I-iya Mah..gak bakal ada yang ke dua kalinya." Jayden menyengir memamerkan deretan gigi putihnya, mengacungkan dua jari membentuk V sebagai bentuk perdamaian untuk Mamanya.
...*****...
Kelopak mata yang dihiasi bulu mata lentik itu tertutup, Hazel meraba-raba udara, bahkan berkali-kali dia tidak sengaja menabrak tiang listrik yang ada di kompleks perumahan warga.
"Eh Neng Hazel, ngapain atuh tutup mata kaya gitu? bahaya.." Tegur Pak Jamal--Abang tukang bakso yang pagi-siang-malam mampir berdagang di area kompleks sini. Hazel termasuk pelanggan tetap nya.
"Husssttt! diam Mang! Hazel gak boleh ketahuan!" Hazel masih terus meneruskan langkahnya dengan kedua netra terpejam, mengabaikan Pak Jamal yang menatapnya aneh.
Dengan caranya demikian hingga wujudnya dapat ditangkap oleh indera penglihatan Calix yang sedang menunggunya didepan gang dengan motor sportnya. Lelaki itu mengangkat satu alisnya heran.
'Tuh cewek kenapa dah? jalan sambil merem gitu. Gue doain dia kesandung batu biar nyium aspal." Calix terkikik geli dalam hati mendoakan yang tidak baik untuk Kekasihnya.
Langkah demi langkah semakin mendekatinya, doa Calix memang manjur, tubuh Hazel terhuyung, kakinya menyandung sebuah batu yang cukup besar.
Untung Calix yang tidak jauh lagi dari jangkauannya sigap menahan dahinya menggunakan telapak tangan besarnya pas di dahi Hazel. Jika tidak, bisa dijamin dia sudah mencium aspal.
"Aduh! nih batu kenapa ada disini sih?!" Omelnya malah menyalahkan batu yang tidak bersalah. Hazel menegakan tubuhnya lalu menyalurkan emosinya pada benda mati, dia menendangnya jauh-jauh.
"Lo-nya yang salah ngapain batunya yang disalahin? ngapain juga jalan pake merem segala?" Seraya meraih helm cadangannya, Calix geleng-geleng tak habis pikir.
"Sengaja biar gue gak ketahuan sama keluarga gue dijemput sama cowok depan gang."
"Hah? gimana-gimana?" Itu caranya Hazel yang aneh atau kapasitas otaknya yang rendah hingga tidak mengerti?
"Kan kalo gue merem, gelap. Jadi gak bakal ada yang lihat."
Tuk!
Jemari Calix menyentil gemas dahi Hazel. Benar-benar deh! ingin dia banting nih cewek saking arghhh!! saking begonya! "Itu lo doang yang gak lihat! bukan orang lain, o'on!"
Langkah selanjutnya Calix memasang helm ke kepala Hazel yang sedang memasang wajah tertekuk sambil menggerutu dongkol akibat sentilan maut yang berpotensi menimbulkan benjolan dia terima dari Calix.
Suara nyaring knalpot kendaraan Calix terdengar mendengung begitu dia menghidupkan mesin motornya. "Naik, buruan! nunggu apa lagi lo?!" Desaknya tidak sabaran saat melihat Hazel tak kunjung naik keatas motornya.
"Itu loh--gue belum pernah naik motor segede dan setinggi ini--kaki gue kira-kira sampe gak yah?"
Calix berdecak malas kemudian kembali mematikan mesin motor, Gadis ini hanya membuang-buang waktu! namun terlepas dari itu, Calix tetap turun tangan. "Salahin tuh kenapa kaki lo pendek amat!" Cetusnya.
"Calix, lo mau ngapain?!" Hazel setengah memekik saat Calix tanpa aba-aba mengangkat tubuh mungilnya dengan enteng membantunya untuk naik keatas motornya.
"Sudah bereskan?" Mudah saja, Calix kembali menunggangi motornya lalu menancap gas meninggalkan tempat bersama Hazel dibelakangnya.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
Lisa Z
suka deh liat nih kakak beradik 😂😂
2023-10-14
0
Lisa Z
soalnya si hazel udah punya pacar bang
2023-10-14
0
Lisa Z
cogan zel jangan disiakan siakan mahh
2023-10-14
0