Tok-tok-tok!
Sontak kegiatan meraka terhenti.
"Siapa!?" tanya Julian sedikit berteriak.
"Cleaning Service!" ucap seseorang dari luar.
Julian hendak berdiri, tapi wanita yang bersamanya menahannya.
"Bagaimana jika itu orang suruhannya?" Ada rasa khawatir di iris mata wanita itu. "Lebih baik aku memeriksanya terlebih dahulu." ucap wanita itu kemudian bangkit.
Julian mengangguk. Wanita itu memperbaiki penampilannya yang sedikit berantakan dan berjalan menuju pintu.
Dia melihat seorang gadis yang memakai baju seperti pelayan dan tidak ada orang lain yang bersamanya. Dia rasa gadis yang berada di luar itu benar-benar petugas Cleaning Service. Tapi, dia merasa tidak memanggilnya dan Julian juga. Tapi, wanita itu tetap membuka pintu untuk bertanya langsung pada wanita yang berada di depan pintu.
"Apa ada masalah?" tanya wanita itu saat dia sudah membuka pintu kamarnya tidak terlalu lebar, hanya seukuran tubuhnya.
Bukankah dia wanita yang aku lihat beberapa hari lalu di lift apartement Julian?
"Siapa Liona?" Mata Julian terbelalak kaget saat melihat siapa wanita yang berada di hadapannya kini, air mukanya mendadak pucat pasi. "Dy-Dyana. Ka-kau?"
"Iya Julian. Ada apa?! Huh?! Kau kaget?!" ucap Dyana penuh penekanan di setiap ucapannya. Dyana melipat tangannya di depan dada, kemudian ia tersenyum sinis pada Julian sembari memutar bola matanya malas. "Tentu saja kau kaget. Tapi, percayalah aku lebih kaget dari pada dirimu!"
Sebenarnya Dyana sangat marah dan sakit hati. Siapa sangka Julian kekasih yang ia kenal baik dan pengertian ternyata bermain di belakangnya?
"Dyana. A-ku bisa jelaskan." Suara Julian terdengar bergetar. Dia benar-benar khawatir jika Dyana akan memutuskan hubungan mereka setelah ini, hal itu sangat membuatnya takut.
"Baiklah. Ayo jelaskan! Aku akan dengar alasan apa yang bisa dikatakan oleh seorang ******** sepertimu!" Dyana memang terlihat tenang walau sebenarnya dia benar-benar kecewa pada Julian.
"Dyana.. ini tidak seperti yang kau pikirkan. Aku mencintaimu Dyana. Sangat. Aku.." Sebelum Julian menyelesaikan kalimatnya Dyana segera memotongnya.
"Apa!? Cinta!? Kau masih bisa berkata cinta!? Setelah kau berselingkuh di belakangku!? Huh? Bullshit! cinta apa yang kau maksud Julian!? Cinta apa!?"
Julian terdiam, dia tidak bisa berkata apa-apa lagi. Dia tahu Dyana pasti akan meninggalkannya setelah ini dan dia sangat takut akan hal itu. Sedangkan Liona hanya diam tidak ingin ikut campur, sebenarnya dia sudah tahu jika Julian sudah memiliki kekasih sama seperti dirinya.
"Baiklah Julian. Aku tidak akan mempersulit ini. Hubungan kita cukup sampai di sini. Aku harap setelah ini jangan pernah temui aku lagi, karena aku sudah muak." Dyana menatap lurus mata Julian dengan kilat kemarahan. "Makasih karena selama ini kamu sudah banyak membantuku, sudah memberi cerita dalam hidupku. Aku harap kamu bisa bahagia Julian."
Dyana berbalik meninggalkan Julian dan Liona, sambil menahan air matanya agar tidak jatuh. Sungguh dia tidak ingin orang lain melihat air matanya. Dyana berlari menuju lift, menghiraukan panggilan Julian.
Sebenarnya Julian ingin mengejar Dyana, tapi Liona menahannya. Jadi, dia hanya pasrah melihat Dyana yang menghilang dari pandangannya.
*****
Air mata yang sejak tadi ditahannya akhirnya tumpah. Dyana sungguh tidak percaya apa yang terjadi tadi. Dia berharap ini semua hanyalah mimpi, bagaimanapun Dyana mencintai Julian selama ini.
Di sinilah Dyana sekarang, menangis tersendu-sendu di bawah pohon yang berada di taman yang dinamai ibunya litle star.
Sudah setengah jam dia berada di sini. Sebenarnya dia ingin pulang, tapi Dyana tidak ingin ayahnya melihat keadaannya yang sedang kacau. Dyana takut ayahnya khawatir padanya.
Ponsel Dyana berdering. Dengan tangan bergetar Dyana menatap telepon masuk itu, tertera nama Calvin di sana. Dia sudah menduga hal ini. Tentu saja Calvin akan menelponnya karena tadi dia meninggalkan pesta begitu saja tanpa memberi tahu siapa pun.
Dyana menyeka air matanya dengan punggung tangan, kemudian menarik napas agar suaranya tidak terdengar bergetar. Kemudian menganggangkat telepon.
"Halo?" Dyana berkata setenang mungkin.
"Di mana kau Dyana? Kenapa kau meninggalkan pekerjaanmu padahal pestanya belum berakhir?" Calvin tedengar sedikit marah dan Dyana memaklumi hal itu.
"Maafkan aku Calvin, tadi tiba-tiba aku sakit kepala dan agak mual. Aku takut jika aku tetap bekerja bukannya membantu aku malah berbuat kesalahan. Tadi, aku tidak melihatmu dan yang yang lain sibuk bekerja jadi aku tidak tau harus permisi pada siapa. Jadinya aku langsung pulang." Dyana berbohong karena tidak mungkin dia mengatakan yang sebenarnya pada Calvin. Walau Dyana memang tidak mungkin bisa konsentrasi bekerja setelah kejadian itu.
"Baiklah, Dyana. Aku harap kau baik-baik saja. Tadi, aku hanya mencemaskanmu saja."
"Terima kasih Julian. Sekali lagi aku minta maaf."
"Julian?" Calvin merasa bingung mendengar Dyana menyebutkan nama Julian.
"Maaf, Calvin. Tiba-tiba aku mengantuk, mungkin ini efek dari obat yang aku minum tadi. Besok aku akan bekerja kau tidak perlu khawatir. Selamat malam Calvin." Dyana segera menutup teleponnya sebelum Calvin kembali bersuara. Dia merasa bodoh karena tanpa sengaja memanggil Calvin dengan nama Julian.
Dyana kembali menangis mengingat kejadian tadi. Perselingkuhan Julian.
Tapi, tiba-tiba Dyana teringat akan ayahnya. Untuk apa menangisi Julian yang jelas-jelas sudah menyakitinya masih banyak hal lain yang harus dia pikirkan selain Julian.
Dyana berdiri sambil menghapus air matanya. Kemudian menarik napasnya pelan, lalu dia tersenyum. Dia tidak akan memikirkan Julian lagi, Julian hanyalah masa lalunya sekarang. Dyana harus tetap kuat, masih banyak mimpi yang harus dia kejar.
Dyana melihat jam di tangannya dan meninggalkan taman untuk pulang.
*****
Dyana membuka pintu rumahnya. Dia berjalan menuju ruang tengah, tak ada ayahnya di sana. Dyana berjalan ke dapur, ayahnya juga tidak berada di sana. Apa ayah sudah tidur?
Dyana berjalan menuju kamar ayahnya untuk memastikan hal tersebut, entah kenapa hatinya mendadak gelisah.
Dyana membuka pintu kamar ayahnya perlahan dan betapa terkejutnya Dyana saat mendapati ayahnya tergeletak lemas di lantai.
Dyana berlari menghampiri ayahnya.
"Ayah! Ayah! Bangun! Buka matamu ayah! " Dyana merasa takut, dia memeriksa detak jantung ayahnya, ternyata masih berdetak walau lemah. Dyana menghela napas lega.
Tanpa menunggu waktu lagi Dyana langsung menelepon ambulance untuk membawa ayahnya ke rumah sakit.
*****
Dinding putih rumah sakit, itulah arah pandang mata Dyana yang mengabur saat ini karena air mata. Baru saja dia menangis karena kehilangan Julian dan sekarang dia harus menangis lagi, karena takut terjadi sesuatu pada ayahnya.
Beberapa kali Dyana mengubah arah pandangnya pada pintu di mana ayahnya sedang diperiksa oleh dokter.
Dyana menunggu dengan harap-harap cemas. Setengah jam berlalu akhirnya pintu itu terbuka. Doktet keluar dari sana.
"Dokter bagaimana keadaan ayah saya?" Dyana yang langsung menghampiri dokter pria itu langsung menanyakan keadaan ayahnya.
"Bisa kita bicara di ruangan saya Nona?" Dyana mengangguk dan mengikuti dokter tersebut ke ruangannya.
"Begini Nona Dyana. Pak Harry mengidap penyakit kanker paru-paru yang sudah cukup parah. Kemungkinan untuk sembuh sudah minim sekali. Tapi, tidak mustahil juga akan sembuh. Jalan satu-satunya untuk menyelamatkan Pak Harry adalah dengan melakukan tindakan operasi." Dyana sangat terpukul mendengar hal itu. Akhir-akhir ini ayahnya memang sakit, tapi Dyana tidak menyangka jika penyakitnya separah ini. Dyana sering memaksa ayahnya untuk periksa ke dokter, tapi ayahnya selalu menolak dan berkata kalau dia baik-baik saja.
"Lakukan apa saja yang terbaik untuk kesembuhan ayah saya dok, saya mohon." Dyana sedikit terisak.
"Tapi, biayanya sangat besat Nona."
"Berapa dok? Saya akan mengusahakannya berapa pun biayanya. Asalkan ayah saya bisa sembuh dok. Hanya dia yang tersisa dalam hidup saya." Dokter menatap Dyana ragu, kemudian mengatakan jumlah biaya operasinya.
"Biayanya dua ratus ribu US Dollar." ucap Dokter itu membuat Dyana menganga.
"Du-dua ratus ribu!?"
******
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
KIRANIECCA
semangat Dyana, jodoh terbaik sudah disiapkan author
2023-01-05
0
文华亮
Lanjut, semangat upnya kak. Like dan 5🌟rate sudah mendarat. Feedback yuk ke "PANGERAN SENJA" klik aja profilku, tinggalkan jejak. Kutunggu kehadiranmu, semoga suka ceritanya🌝☘
2020-06-30
0