Lusi berjalan enteng menyusuri trotoar jalan raya menuju kios bunga Bu Dahlia, tempat kerjanya. Selalu dia menyapa ramah beberapa orang tukang sapu jalanan yang memang dia kenal karena setiap pagi sering bertemu.
Bu Dahlia tampak sibuk mengeluarkan basket-basket yang masih kosong dan di tatanya di atas tatakan kayu yang berjajar di depan kiosnya.
“Assalammualaikum, Bu,” sapa Lusi ramah. Seperti biasa senyum manisnya mengembang tiap kali menyapa siapapun. Membuat yang di sapa olehnya merasa senang dan di hargai.
Bu Dahlia membalikkan badan, dan mendapati Lusi ikut mengangkat basket-basket putih di sampingnya.
“Waalaikumsalam, Sayang....” balas Bu Dahlia lembut.
“Seharusnya kamu gak usah masuk dulu hari ini, Lusi. Kamu kan masih berduka,“ ucap Bu Dahlia.
“Gak papa, Bu, lagipula aku malas ada di rumah, Bu,” jawab Lusi santai.
Bu Dahlia mendekat dan mengamati wajah Lusi yang tampak memar di bawah mata kirinya dan luka gores di keningnya yang masih memerah.
“Kenapa wajahmu, Lusi? Apa ibu mu menghajarmu lagi?" tebak Bu Dahlia. Suaranya penuh keprihatinan.
Dia sudah tahu bagaimana malangnya hidup gadis itu. Bagaimana sehari-hari perlakuan Ibu tiri dan adik tirinya itu yang sangat tak berperi kemanusiaan terhadapnya.
Lusi hanya diam tak menjawab. Dia hanya menunduk sambil menyibukkan diri menata basket-basket itu dengan rapi.
“Laporkan saja pada polisi, Lusi. Mereka itu sudah keterlaluan," ujar Bu Dahlia lagi. Nada suaranya terdengar gemas.
Lusi hanya tersenyum kecut. Dan menggeleng sekilas.
“Percuma Bu, polisi gak akan percaya. Aku juga gak mau perpanjang urusan. Selama aku masih kuat ya hadapi saja, Bu," sahut Lusi tenang. Di wajah nya tak ada gurat takut sedikitpun karena saking terbiasanya dia menahan derita.
Lusi memang gadis yang kuat, pikir Bu Dahlia dalam hati.
“Tabah ya, Sayang. Jangan sungkan untuk minta bantuan ibu, ya. Kamu sudah ibu anggap seperti anak ibu sendiri." Bu Dahlia membelai pipi Lusi dengan lembut.
Lusi sangat senang bekerja di kios bunga Bu Dahlia. Selain pemiliknya yang sangat baik, juga pikirannya selalu tenang berada di antara bunga-bunga cantik.
Apalagi setiap hari dia berinteraksi dengan para pembeli bunga di kios itu dengan berbagai macam permintaan. Sedikit banyak dia jadi memahami sikap dan pribadi seseorang.
Walaupun Bu Dahlia hanya sanggup menggajinya tak banyak, tapi Lusi tidak permasalahkan hal itu, yang penting hatinya senang dan pikirannya tenang.
“Hai, met pagi...” Suara seorang pria menyapa nya ramah.
Lusi yang sedang berjongkok menata bunga-bunga di lantai spontan mendongak. Di dapatinya persis di hadapannya seorang pria tampan, tinggi dan berbadan atletis, tengah tersenyum manis padanya.
“Iya, Om. Met pagi, silahkan dipilih-pilih," sambut Lusi ceria seraya bangkit dari jongkok nya.
Gadis itu semangat sekali meladeni permintaan pria itu. Ya tentu saja Lusi senang. Karena pria tampan itu adalah salah satu pelanggan toko bunga itu. Hampir tiap minggu pria itu membeli bucket bunga dengan berbagai jenis. Dan setiap membayar selalu melebihkan nominal pembayarannya untuk Lusi. Tentu saja Lusi tidak pernah mengambil kelebihan pembayaran itu karena berapapun pelanggan membayar belanjanya sebesar itu pula yang harus dia setorkan ke Bu Dahlia. Itulah yang membuat Bu Dahlia sayang dengan Lusi, bukan hanya cantik, tapi gadis itu juga sangat pintar melayani pembeli dan juga sangat jujur.
Lusi memperhatikan sosok pria tampan di sampingnya yang tengah sibuk mencium bunga yang di pegangnya satu persatu.
Hmmm, makin hari makin ganteng aja ini cowok, tubuhnya harum pula, pasti parfumnya mahal. Puji Lusi dalam hati. Gadis itu senyum-senyum geli sendiri.
Fokus, Lusiiii...Fokus, jangan khilaf liat mahluk yang bening kinyis -kinyis begini, perintah batinnya lekas membuyarkan keterpanaannya.
“Halo selamat pagi, Mas Ferdian. Apa kabarnya, Mas? Tumben hari rabu ke sini, biasanya hari sabtu?” Tiba-tiba suara Bu Dahlia menyambut hangat pria tampan itu.
Yang di sapa menoleh cepat ke arah Bu Dahlia yang melangkah semangat mendekati nya.
“Eh iya Ibu, lagi pengen aja, Bu. Saya mau ganti bunga di meja kantor saya. Kira kira apa ya yang cocok?“ tanya pria bernama Ferdian itu sambil mengamati satu persatu bunga di basket.
“Ooh ada, Mas. Hmm, Lusi, tolong ambilkan bucket bunga Lily dan Krisan yang barusan ibu Rangkai di meja belakang ya," suruh Ibu Dahlia pada Lusi yang mematung di belakang punggung Ferdian.
“Baik, Bu." Lusi langsung menuruti perintah Bu Dahlia, Dengan langkah cepat gadis itu menuju meja belakang di workshop dimana Ibu Dahlia biasa mengerjakan rangkaian karangan bunga.
Tak lama di tangannya sudah membawa 2 bucket rangkaian bunga cantik.
“Ini, Bu." Lusi menyorongkan 2 bucket bunga di hadapan Ferdian dan Bu Dahlia.
Tampak Ferdian kebingungan menentukan bunga yang cocok untuk ruangan kantornya. Jari nya yang putih bening menempel di bibirnya tanda sedang berpikir. Lusi memperhatikan gerak-gerik pria tampan di samping nya itu. Ada rasa gemas melihat bola mata Ferdian bergerak kiri kanan menekuri dua bucket bunga tersebut. Lucu dan menarik baginya.
“Yang mana menurut kamu yang bagus?” Ferdian membuyarkan keterpesonaan Lusi. Gadis itu sedikit gelagapan di tanya mendadak begitu.
“Oh, ehmm... Menurut saya ya? Hmm, yang ini bagus, Om.” Tunjuk Lusi pada bucket bunga Lily putih dengan rangkaian yang tampak elegan dan sederhana.
Ferdian mengangguk setuju, lalu tersenyum padanya.
“Oke, aku ambil yang ini.“ Tunjuk Ferdian pada rangkaian bunga Lily yang tadi ditunjuk Lusi.
“Baik Om, sebentar saya siapkan packingnya." Lusi membawa bucket bunga itu ke dalam toko untuk di kemas dengan cantik dan rapi.
“Berapa bu harga nya?” Ferdian mengeluarkan dompetnya dari balik saku celananya.
“Tiga ratu Lima puluh ribu, Mas,“ sahut Bu dahlia masih mengembangkan senyum ramahnya.
Lusi kembali membawa pesanan Ferdian yang sudah di kemas dengan cantik. Dan di serahkan pada pria itu.
“Ini bu uangnya empat ratu ribu." Ferdian menyerahkan empat lembar uang kertas merah ke tangan Bu Dahlia.
“Sebentar saya ambil kembaliannya."
“Tak usah Bu, kembaliannya kasihkan untuk adek ini ya. Terima kasih karena sudah bantu memilih,” ucap Ferdian kepada Bu Dahlia dan Lusi. Senyumnya tersungging ramah.
“Terima kasih, Om baik deh... Selamat bekerja ya, Om,” ucap Lusi girang sambil melambai pada Ferdian. Pria itu hanya tersenyum Dan berkedip sebelah mata menjawab ucapan Lusi. Lalu melangkah menuju mobil Mercedes hitam serie terbarunya. Dan menghilang memasuki keramaian jalan raya.
Lusi masih terpaku dan mesem-mesem sendiri mengamati mobil hitam itu sampai tak nampak lagi dari pandangan. Bu Dahlia ikut mengulum senyum melihat tampang sumringah Lusi.
“Hey, kesengsem yah?” Tunjuk Bu Dahlia mencolek pipi Lusi yang tampak merona. Lusi menunduk malu.
“Ah Ibu, gak lah. Cuma kagum aja, Om itu baik banget. Kalo belanja disini gak rewel dan gak pernah nawar,” jawab Lusi polos. Bu Dahlia tertawa kecil sambil menutup bibirnya dengan jari.
“Orang kaya yang baik hati ya begitu, Lusi. Sudah ganteng, ramah, baik, mapan pula. Bener-bener mantu idaman." Gantian Bu Dahlia yang kini terkagum-kagum pada sosok Ferdian.
Lusi hanya tersenyum malu. Masih terbayang-bayang senyum manis pria itu padanya dan Aroma harum tubuhnya yang khas yang tak mungkin Lusi lupa.
“Eh, Lusi, kamu berdoa saja semoga Tuhan menyisakan satu yang seperti dia untuk kamu ya.” Seloroh Bu Dahlia menggoda Lusi. Mereka pun tertawa.
“Mana mungkin ada cowok yang seperti Om itu mau sama Lusi. Mustahil deh, Bu. Apalah diri Lusi ini, Bu? Cuma remahan rengginang,” sahut Lusi disambut gelak tawa Bu Dahlia
“Eehhh, tidak ada sesuatupun yang mustahil buat Allah, Nak. Kalo ternyata suatu hari nanti ada cowok yang seperti itu suka sama kamu, gimana hayoo?“ ledek Bu Dahlia seraya mencubit pelan dagu Lusi.
“Yaa aku terima aja deh, Bu. Hehehe....” Lusi tertawa renyah.
Bu Dahlia geleng-geleng kepala menanggapi. Dalam hatinya tulus mendoakan Lusi semoga mendapatkan pendamping yang baik seperti sosok Ferdian. Dia merasa sangat kasihan terhadap gadis itu, sudah yatim piatu dan selalu diperlakukan buruk oleh ibu tirinya yang tak tau diri itu.
Visual Cast Ferdian Adiwijaya / Ferdian
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
Pipit Sopiah
visualnya cewek cantik dan cowoknya ganteng
2022-12-30
0
Kadek Eni
😮😮😮😮
2022-01-21
0
Lek Ita
Visual yg pas
2022-01-11
0