Di ruang tengah sore itu cukup ramai. Ada tamu Pak Tyo yang sedang membicarakan sebuah bisnis dengan Pak Tyo.
Dina dan Reza juga ikut serta berkumpul di ruang tengah bersama Pak Tyo, Bu Asih menyusul membawakan nampan gelas teh.
"Ndok? Sudah bangun? Sini." Aja Pak Tyo.
"Ndari! Sinii!" Ajak Dina yang semangat melihat Andari baru bangun tidur siang menjelang sorenya.
Masih muka bantal, pake daster warna biru gambar teddy bear, rambut acak adut, ileran.
Lengkap deh buat ditunjukkin ke laki-laki tampan sore itu. Sukses! Andari! Tertawalah sepuasnya. 😆
Namanya refleks. Andari pergi dari ruangan itu dong... Masuk ke kamarnya... tapi...
"Ndok, ayo buka dulu pintunya." Panggil Bu Asih yang menghampiri Andari ke kamarnya.
"Buuu... kenapa gak bilang kalau mau ada tamu?? Kan Ndari bisa rapi-rapi..." Ujarnya sambil menunjukkan wajah memelasnya.
"Ibu juga ndak tau kalau Nak Banyu mau mampir kesini." Ucap Bu Asih.
"Banyu?" Tanya Andari bingung.
"Iya. Itu yang jadi rekan bisnis Bapakmu. Yang lagi ngobrol di depan sama Pak'e mu itu lho Ndok." Terang Bu Asih.
"Yaaa... Tuhaann!!! Bumi itu sempit ya? Itu laki kenapa bisa disini ??" Batin Andari.
"Ndari mandi dulu ya, Bu. Gak enak. Bau. Hehehe..." Ujarnya sambil nyengir kuda.
"Yowes, Ibu tunggu di depan ya." Ucap Bu Asih yang ditanggapi anggukan oleh Andari.
Andari masih duduk termenung. Belum percaya dengan apa yang dilihatnya. Ia bangun dari lamunannya dan langsung bebersih diri.
Setelah beberapa lama, Andari keluar dari kamar mandi, Dina sudah di kamarnya.
"Kok lo disini? Reza udah pulang emang?" Tanya Andari yang beharap laki-laki itu juga sudah pulang.
"Iya. Mau rapi-rapi gue. Lo mandi apa tidur sih? Lama bener udah kayak Ratu Keraton. Hahaha..." Ledek Dina yang sambil memoles wajahnya dengan bedak dan kawan-kawannya.
*Gak paham saya soal make up 😄✌️
"Emang mau kemana?" Tanya Andari yang menyisir rambut panjang menjuntainya itu.
"Mau jalan-jalan dong... sama si Mamas." Ucapnya.
"Ohh... okay." Jawab Andari santai.
"Kok okay aja. Lo juga rapi-rapi dong." Ujar Dina.
"Ha? Gue? Mau ngapain?" Tanya Andari bingung.
"Ya ikutan dong Andariii... masa gue sama Mas Reza ngebiarin Boss gue jadi laler sih. Parah dah luh." Ucapan Dina tentu membuat Andari melongo.
"Terus?? Maksud lo gue disuruh nemenin Boss lo gitu?? Kan gue gak kenal Dinaaa..." Ujar Andari.
"Ntar gue kenalin. Udah. Rapi-rapi gih sono. Yang cantik!!" Ucapnya sambil berlalu keluar kamar meninggalkan Andari yang kebingungan sendiri.
"Yang cantik? Mau ngapain coba? Gak asyik nih Dina. Hadeuu**h !!" Ujar Andari berucap sendiri.
Andari keluar dengan a half long skirt, kaos putih motif, jaket denim, kets shoes dan sling bag casualnya. Casual style nya Andari.
"Kamu tuh Ndok. Di tungguin dari tadi ini." Ucap Pak Tyo.
"Nak, Banyu, kalau mau cari tau tentang dunia pendidikan, bisa berbincang dengan putri saya, Andari."Jelas Pak Tyo.
"Dia juga sangat tertarik dengan Seni. Banyak ngobrol atau tanya Andari saja ya." Jelas Pak Tyo kepada Banyu sambil menepuk lembut pundaknya.
"Baik, Pak. Matursuwun (Terima kasih)." Ucap Banyu dengan sopan.
Intermezzo
Raden Mas Banyu Adhinata Singgih. Ya! Sepanjang itu namanya dengan panggilan akrab "Banyu".
Seorang laki-laki berusia 35 tahun menjadi young success bussinessman. Mempunyai International Company Royal High Platinum, yang sudah booming di dunia bussiness karena pemilik perusahaan yang piawai menangani perusahaannya.
Tinggi, gagah, tegap, tampan. Visualnya okay.
Pendiam kelihatannya, jutek wajahnya, introvert karakternya, cerdas otaknya dan nilai plusnya he know how to act with people older than him. Karakter? Sepertinya... menarik 😎
Mempunyai seorang sahabat bernama Reza Djoko Mahendro. Pacar kecintaannya Dina, Mamas Reza. 😆
Seperti yang pernah di ceritakan oleh Dina, bahwa ia mempunyai seorang Boss yang super jutek dan galak. Kalau di kantor. Tapii... kalau pas lagi ngobrol-ngobrol biasa doi enak banget diajak bertukar pikiran.
Seorang pewaris tunggal dari Putra Raden Mas Bagus Adhinata Singgih dan Widuri Lestari Ciptaningtyas.
Dari namanya sudah terlihat beliau ada keturunan darah biru ya... konglomerat? Iya. Pastinya. Secara perusahaan besar yang berpengaruh terhadap perekonomian Negara.
Apakah sudah menikah? Belummm...
Single, ganteng, kaya, cewek mana pun pasti mau. Kalau cuma sekedar harta, popularitas, dia mampu untuk mewujudkannya.
Tapi, yang benar-benar tulus dengannya tanpa melihat apapun tentang dia. Itu sulit. 1:1000.
Mungkin itu yang membuatnya cukup selektif memilih pasangan. Bukan sekali, dua kali dia hadir dalam sebuah perjodohan.
Karena sang Mama yang terus mendesaknya untuk segera menikah. Wajar saja, mengingat usianya sudah menginjak kepala 3.
Banyu itulah yang tidak sengaja terkena air minuman Andari saat di cafe. Banyu jugalah yang Andari perhatikan saat di cafe.
Banyu itu yang menjadi topik pembahasan Andari dan Dina ketika perjalanan menuju Yogyakarta. Banyu juga yang sekarang menjadi partner bisnis Pak Tyo.
Intermezzo close
"Ndar" Panggil Dina yang menepuk lengan Andari dan memecahkan lamunannya tentang si Boss galaknya Dina.
"Oh! Kenapa?" Jawabnya agak terkejut.
"Kenapa deh lo? Sakit?" Tanya Dina sambil menaruh punggung tangannya di kening Andari.
"E, eng, enggak kok. Gak apa." Jawabnya sambil memalingkan wajah dari Dina.
"Emm... ini mau jalan aja?" Tanya Andari yang bangun dari lamunannya.
"Jauh gak?" Tanya Reza.
"Emang mau kemana deh?" Tanya Andari.
"Jalan-jalan sore aja." Sahut Dina.
"Mau cari spot foto yang bagus, Ndar." Ujar Reza.
"Ooh... emm... ada, tapi mungkin jalannya agak jauh dikit gak apa?" Tanya Andari.
"Naik mobil aja deh, yuk..." Ajak Dina kepada Reza.
"Yaudah deh. Bisa kan kalau bawa mobil, Ndar?" Tanya Reza kepada Andari.
"Bisa kok." Jawab Andari.
"Gimana, Ban?" Tanya Reza kepada Banyu.
"Okay." Jawab Banyu sambil berjalan melihat pemandangan.
"Eh, iya, lupa. Banyu, ini Andari. Sahabat deketnya Dina." Ucap Reza mengenalkan Banyu dan Andari.
"Andari." Ucapnya sambil mengulurkan tangan kepada Banyu dan menampilkan senyum lesung pipinya.
"Banyu." Jawabnya singkat dengan suara beratnya yang manly dan tanpa senyum. Datarrrr... 😑
Dina menyenggol siku Andari mengisyaratkan Andari untuk memulai pembicaraan. Namun, ditanggapi Andari hanya dengan kerutan alis yang ia sendiri tak tau harus berkata apa.
Banyu yang menyetir mobil. Karena Reza duduk dibelakang bersama Dina. Sudah tau ya, yang ada di samping Banyu siapa. Yups, Andari. Karena Andari jadi navigator hari itu.
"Pak Banyu tadi___" Belum sempat Andari menyelesaikan perkataannya, Banyu sudah memotong.
"Banyu. Gak pake "Pak"." Ujarnya dengan tegas dan tanpa senyum.
Andari yang merasa tak enak memanggilnya hanya "Banyu" tanpa embel-embel "Pak" rasanya tak enak di dengar, Andari melihat Dina dan mendapat tanggapan dari Dina yang mengerutkan alis.
"Okay, Banyu." Jawab Andari ragu-ragu.
"Ini spot fotonya. Bentangan sawah hijau yang luas." Ucap Andari sambil menunjukkan sawah hijau dihadapannya.
"Mas Reza, fotoin aku sama Ndari di sana, ya." Ujar Dina.
Ia semangat berfoto dengan Andari sampai menarik lengan Andari membawanya ke tengah sawah tersebut. Reza tersenyum senang melihat Dina tertawa bahagia itu.
"Senang lihat dia senyum bahagia gitu." Ucap Reza kepada Banyu yang sedang melihat-lihat hasil foto di kamera canggihnya.
"Mau kapan jadinya?" Tanya Banyu.
"Hari ini." Ujarnya sambil tersenyum penuh bahagia.
"Good luck." Ucapnya sambil mengacungkan ibu jarinya.
"Lo sendiri gimana?" Tanya Reza sambil senyum meledek Banyu.
"Gimana apanya?" Tanya Banyu kembali sambil membidik satu pemandangan alam yang indah.
"Gak bosen sama status single?" Tanya Reza kembali.
"Bosen? Enggak. Biasa aja." Jawabnya datar.
"Lo gak takut sama gosip lo yang menyebar luas?" Tanya Reza.
"Gosip apaan?" Tanya Banyu kembali.
"Gosip lo suka dengan sesama jenis. Lo kan gak pernah konfirmasi soal itu ke public." Jelas Reza.
"Karena public juga gak akan peduli dengan kebenaran." Ujarnya sambil memilah-milah foto di kameranya.
"Iya dah, broo... Terus Stella gimana?" Tanya Reza.
"Stella? Gimana apanya?" Tanya kembali Banyu.
"Kan katanya dia suka banget sama lo. Ngejar-ngejar lo dari ujung penjuru manapun." Reza.
"Oh." Sedatar itu Banyu menjawab.
"Apaan dah "Oh" doang?" Tanya Reza bingung.
"Gue gak suka Stella." Jawab Banyu yang membuat Rezaelotot terkejut dengan jawabannya.
"Maksud lo? Lo ngomong kayak gitu ke Stella?" Tanya Reza dengan terkejut.
"Iya." Singkat sekali Banyu menjawab.
"Wah... udah gila lo. Nolak cewek gak gitu juga kali, Ban..." Ujar Reza.
Banyu?
Biasa banget. Dianggap angin lalu aja omongannya Reza. Itulah Banyu. Karena buatnya, tidak perlu penjelasan untuk jawaban yang sudah pasti. 😐
"Mas Rezaa!" Panggil Dina sambil melambaikan tangan untuk meminta Reza menghampirinya.
"Samperin sana." Ucap Banyu sambil tersenyum.
Senyum itu di notice lho...
Sama Andari...
Dan dia sukaaa... 🤩
Reza melambaikan tangan juga ke Dina dan menghampirinya. Andari berjalan menjauh dari mereka berdua.
"Kamu suka candi?" Tanya Andari yang duduk bersebelahan dengan Banyu.
"Suka." Jawab Banyu singkat.
"Mau foto-foto disana?" Tunjuk Andari ke sebuah candi yang megah di sebrangnya.
"Itu candi?" Tanya Banyu heran.
"Iya. Tapi gak banyak orang yang tau kalau itu dulu bekas bangunan candi." Jelas Andari.
"Kenapa?" Tanya Banyu.
"Karena dia terasingkan. Padahal bangunannya cantik." Terang Andari lagi.
"Kenapa terasingkan?" Banyu.
"Entah. Mungkin karena sudah tidak ada yang merawatnya." Jelas Andari dan Banyu mendengarkan sambil sesekali memperhatikan Andari.
"Manis juga." Pikir Banyu.
"Mau coba kesana?" Tanya Andari.
"Boleh." Jawab Banyu santai.
"Dinaa!!" Panggil Andari.
"Apaaa??" Jawabnya sambil berteriak karena jarak mereka yang cukup jauh.
"Gue kesanaaa!!" Jelas Andari sambil menunjuk candi. dan Banyu. Maksudnya Andari ke candi bersama dengan Banyu.
Dina hanya mengacungkan ibu jarinya dan fokus berfoto lagi dengan Reza. Mesra sekali mereka.
"Kamu suka seni fotografi?" Tanya Andari mencoba membuka sebuah topik.
"Suka." Jawabnya seperti biasa. Singkat.
"Suka travelling juga dong?" Tanya Andari lagi sambil tersenyum manis.
"Sometimes." Ujarnya.
"Suka dengan alam ya?" Tanya Andari lagi.
"Suka." Lagi-lagi jawabnya singkat.
Pembicaraan mereka membawanya ke sebuah candi yang sudah lama terbengkalai tidak terurus lagi.
Kalau mau dibangun lagi, akan menjadi candi yang cantik. Karena pemandangan matahari terbenamnya sungguh indah.
"Suka dateng ke galeri seni dong?" Lanjut Andari.
"Sesekali aja." Ujar Banyu singkat.
"Kamu lebih suka sendiri ya?" Kali ini pertanyaan Andari membuat Banyu berhenti fokus dengan pemandangan di hadapannya.
"Enggak juga." Jawabnya singkat sambil kembali fokus dengan kameranya.
"Silahkan foto-foto kalau gitu. Take your time." Ucap Andari kepada Banyu.
Andari meninggalkan Banyu untuk menikmati pemandangan di candi tersebut. Andari juga berjalan-jalan keliling candi.
"Itu laki, kosakata bahasanya habis apa gimana? Ngomongnya irit bener. Udah kayak duit menjelang akhir bulan. Huh! Gak heran kalau Dina bilang doi jutek." Batin Andari.
Banyu berkeliling membidik pemandangan disekitar candi. Saat itu Andari duduk di tumpukan batu yang menghadap ke arah matahari terbenam.
Ketika Banyu sedang fokus membidik keindahan alam saat itu. Ia melihat Andari duduk di tumpukan batu dan terkena sebersit sinar matahari terbenam.
Dengan balutan rok panjang, kaos putih polos, jaket denin, sling bag, kets shoes dan yang membuat menarik, rambut Andari yang diikat cepol.
Banyu membidikkan kameranya kepada Andari yang sedang duduk sendiri. Sungguh, cantik.
"Dia, menarik." Batin Banyu sambil tersenyum simpul, senang.
"Udah selesai?" Tanya Andari kepada Banyu setelah melihat matahari terbenam.
"Udah. Mau turun?" Tanya Banyu kembali.
Karena letak candi tersebut cukup tinggi. Jadi saat mereka ke candi, mereka harus menaiki jalan tangga yang menjulang tinggi.
"Boleh. Yuk." Ajak Andari.
"Tapi ini jalanannya agak licin ya. Banyak lumut. Nanti kalau___"
"Kyaa!!"
Andari hampir terpeleset dari tangga karena memang benar banyak lumut dan itu yang membuat licin. Tapi, Banyu menopangnya dengan tangan kokohnya.
Tangan kanan menopang tubuh Andari dan tangan kirinya membawa kamera yang belum sempat ia masukkan ke dalam tas.
"Maaf." Ujar Andari kepada Banyu setelah Banyu menolongnya. Mereka langsung melepaskan pegangan mereka.
"Biar saya duluan yang jalan. Ikuti saya saja." Ujar Banyu yang pindah posisi menjadi di depan Andari. Ia memasukkan kamernya ke dalam tas dan menggenggam tangan Andari.
"Pegang." Ucap Banyu yang menyodorkan tangannya untuk Andari.
Andari menurut saja. Ia memegang tangan Banyu dan mengikuti langkahnya.
"Injak batu yang besar. Tangganya agak licin. Hati-hati." Ucap Banyu sambil lalu.
Tapi dia tidak tau bahwa Andari hatinya berdegup kencang karena lembut dan hangat tangan kokoh Banyu.
"Kyyaa!!" Pekik Andari yang terpeleset dari tangga.
Namun, saat itu pegangan Andari terlepas dari Banyu tapi Banyu segera memengang tangan Andari. Refleks, Banyu menarik tangan Andari menarik tubuh Andari mendekat padanya.
Tapiii... Banyu tidak bisa mengontrol berdirinya karena batu yang ia pijak juga agak licin. Sehingaaa...
Chuuuupp... !!! 😳
Bibir mereka bertemu. Sepersekian detik mereka merasakan hangat bibir satu sama lain. Tersadar mereka.
Andari langsung menarik tubuhnya menjauh dari Banyu dan Banyu pun memalingkan wajahnya karena menahan malu.
Tak ada kata terucap dari bibir mereka. Hanya suara berdehem yang Banyu perdengarkan. Keadaan kikuk itu yang membuat Andari dan Banyu semakin kaku.
Mereka berdua hanya fokus berjalan menuruni tangga sambil masih tetap berpegangan tangan bersama.
Saat sudah sampai di bawah, HP Banyu berdering. Ia melepas pegangan tangannya dengan Andari.
Sepertinya Banyu mendapat telepon dari Reza. Ia sudah janji dengan Reza untuk menjadi saksi Reza melamar Dina.
"Kita udah ditunggu mereka di cafe gaol. Kamu tau cafe itu?" Tanya Banyu kepada Andari.
"Iya, tau. Tapi kayaknya perlu naik kendaraan dari sini. Mobilnya di bawa mereka ya?" Tanya Andari kepada Banyu.
"Sepertinya." Jawab Banyu sambil menoleh kanan dan kirinya untuk menyebrang. Tanpa basa-basi, ia memegang tangan Andari dan menyebrang.
Andari tentu terkejut bukan main. Belum habis keterkejutannya dengan ciuman barusan, sekarang digandeng tanpa bilang permisi.
"Naik becak gak apa?" Tanya Andari kepada Banyu.
"Okay." Jawabnya singkat.
Andari dan Banyu naik becak bersama. Tapi, tau kan ya... becak itu sempit. Satu orang aja sempit. Apalagi berdua. Udah maksimal banget.
Untungnya tubuh Andari itu imut-imut, berbeda dengan tubuh Banyu yang tinggi besar dan tegap. Tentu naik becak bukan suatu hal yang nyaman untuknya.
Tapi, untungnya Banyu tidak protes. Ia justru menikmati pemandangan disekitarnya.
"Yogya itu indah ya. Sudah lama aku tidak kesini." Ucap Banyu sambil membidik pemandangan hijau.
"Kota ini, selalu punya kenangan." Ujar Andari.
"Kamu punya kenangan disini?" Tanya Banyu yang membuat Andari senang karena akhirnya kosakatanya bertambah. 😄
"Punya. Indah." Jawab Andari singkat dengan senyum manis lesung pipinya.
Banyu melihat senyum itu. Ada desiran halus di hatinya. Tapi, ia alihkan dengan melihat pemandangan hijau dihadapannya.
\\*
Kita tidak pernah tau inginnya Tuhan
Seperti jatuh cinta di saat apa
Dan dengan siapa
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments