CHAPTER 4: YOGYAKARTA

Kenapa hujan selalu membuat kenangan

Di tengah dingin yang menggigit kulit

Kau ada di hadapanku

Dengan visual yang menggoda

Sepintar itu hujan membuat kenangan

Bahkan hanya dengan menatapmu

Menjadi kenangan

Yang ku harap bukan sebuah kata

Namun, kenyataannya

Hujan reda

Kau tak ada

Dan aku lega

Karena ini hanya kenangan

Bukan wujud asli

Seorang DIA yang tiba-tiba

Menjadi KAMU

Yang kuperhatikan

Lekat...

"Woiy!!" Tepuk Dina ke punggung Andari.

"Gak sekalin aja tendang?!" Ujar Andari dengan bersungut karena merasa sakit di punggungnya.

"Ngapain lo? Ngehalu yak? Wkwkwk..." Ledek Dina.

"Iya nih. Deadline. Otak mandek. Ahahaha..." Canda Andari

"Emang otak lo pernah jalan? Wkwkwk..." Ledek Dina

"Sue!!" Jawab Andari manyun tapi Dina tertawa puas.

"Mana si Mamas lo itu? Udah malem nih." Tanya Andari.

"Bentar... doi lagi ketemu sama si Boss galaknya. Hahaha..." Ujar Dina.

"Waah... parah. Itu kan Boss lo juga cumi!" Sahut Andari.

"Iyaa... tapi galak. Hahahaa..." Ucap Dina sambil tertawa lepas.

"Bodoamat, Din." Sahut Andari melengos.

"Emang kos-kosan lo bakalan dikunciin sama ibu kosnya kalau pulang malem?" Tanya Dina.

"Enggak. Bebas sebenarnya. Kita punya kunci masing-masing. Cuma gak enak aja kalau pulang terlalu malem." Terang Andari.

"Iya, sih ya. Cewek semua soalnya. Ribet tuh." Ujar Dina.

"Ribet apanya?" Tanya Andari.

"Ribet lambenya. Wkwkwk..." Jawabnya yang mengundang tawa Andari juga.

"Lo masih nulis cerpen gitu emang, Ndar?" Tanya Dina.

"Masih. Makanya tadi kan gue bilang... gue ada deadline. Tapi otak mandek." Jelas Andari sambil menyeruput green tea nya.

"Tapi gue suka sama puisi-puisi lo Ndar. Bagus aja kata-katanya. Gak heran kalau lo lulusan Sastra. Hahaha..." Jelas Dina.

"Ini muji ceritanya? Soalnya hinaan lo sama pujian lo beda tipis, Din. Wkwkwk..." Ledek Andari.

"Terserah! Hahaha..." Tawa Dina.

"Besok lo kemana, Ndar?" Tanya Dina.

"Di kosan. Ngapa?" Tanya Andari.

"Jalan apa yuk." Dina.

"Ogah! Capek jalan mah." Jawab Andari cuek yang sukses membuat Dina memukul tangan Andari hingga yang punya tangan meringis kesakitan 😆

"Ngesot. Pake pengki!" Jawab Dina sewot.

"Hahaha... lo ngamuk mulu dah dari kemaren. Belum gajian sih ya... wkwkwk 😂" Ledek Andari.

"Wkwkwk... kok lo tau dah? Iya nih belum." 😆😁

"Belum gajian udah ngajak jalan aja. Emang punya duit?" Canda Andari.

"Uuhh... gak usah ditanya. Saking banyaknya cuma ada Rp. 0, wkwkwkw..." Jawab Dina tertawa lepas.

"Itu saldo apa telur ceplok?? Wkwkwk 🤣" Tawa Andari.

"Orang gue mau bikinin nasi gorengnya sekalian. Hahaha... 😆" Jawab Dina sambil tertawa geli.

"Sama baeee... sama gueeehh... 🤣" Jawab Andari dengan tawa lepasnya.

"Ntar aja dah jalan-jalannya kalau udah gajian." Ujar Andari.

"Yowes. Besok gue main ke kosan lo ya." Dina.

"Tumben bilang. Biasanya gue buka pintu lo udah ngorok di kasur gue. Wkwkwk 😆" Andari.

"Pake manner dikit dah gue sekarang. Wakakak" Dina

"Macem lo belajar manner. Belajar geratak iya. Ahahaha 😆". Andari.

"Ini green tea yang lo pesen tadi?" Tanya Dina sambil mencicipi green tea Andari dengan s edotan

"Iya. Gue dua kali pesen tadi." Jawab Andari.

"Hah?! Kok bisa dua kali pesen?" Tanya Dina bingung.

"Iya, tadi pas pesen yang pertama gak sengaja ada pramusaji oleng bawa nampan pesenana kostumernya."

"Karena kebetulan ada gue, jadi gue pegang deh si pramusajinya supaya gak jatoh nampannya."

"Eeehh... ternyata di belakang gue ada laki-laki, green tea gue jadi numpahin baju si laki-laki tadi. Gue bantu bersihin bajunya, tapi doi gak mau."

"Gue ajuin diri buat nyuciin bajunya supaya bersih, gak mau juga. Yaudah." Jelas Andari.

"Hooh... gitu. Terus lakinya kemana sekarang?" Tanya Dina.

"Tadi sih duduk di situ." Jawab Andari sambil menunjuk kursi di hadapannya.

"Mana? Gak ada?" Tanya Dina sambil menengok kursi di belakangnya.

Karena kursi laki-laki itu berhadapan dengan Andari jadi posisinya di depan Andari. Tapi kalau Dina, karena duduk membelakangi kursi laki-laki tersebut, jadi dia menoleh ke belakang.

"Udah pulang mungkin." Jawab Andari.

"Tapi, kenapa lo liatin terus kursinya?" Tanya Dina.

"Lha, kan ada di depan gue. Ya kali, gue gak lihat. Gimana deh lo?" Ujar Andari.

"Hhmm??? Masaaa??? Hahaha... Ndariii... lo gak bisa bohong sama gue. Aneh tauk. Wkwkwk...🤣" Ledek Dina.

"Apaan sih?!" Jawab Andari bersungut tapi wajahnya merah padam karena malu.

Andari tidak bisa memungkiri bahwa visual laki-laki tersebut cukup mampu membuat wanita manapun jantungnya berdetak cepat. 😁

"Hey!" Sapa Reza sambil duduk di samping Dina dan mengelus lembut kepala Dina.

"Sorry, lama ya nunggunya." Ujar Reza dengan suara hangatnya.

"Gak apa, Za. Selooww... hehehe" Ucap Andari.

"Big Boss ya?" Tanya Dina menyelidik.

"Iya. Hehehe..." Jawab Reza sambil memperlihatkan senyuman pasta giginya.

"Luarr biasa... workaholic sekali doi..." Jawab Dina.

"Hahaha... gitu deh." Ujar Reza dengan teesenyum manis.

"Capek ya Mas? Aku yang nyetir deh." Ucap Dina sambil mengelus lembut pipi Reza.

"Ekhem... batuk. Mohon maap nih. Di depan Anda ada jomblo. Bisa kali ditahan dulu mesra-mesraannya." Ujar Andari yang sukses membuat Dina dan Reza tertawa lepas.

"Wkwkwk... ada yang ngiri nih yeee..." Ledek Dina puas.

"Makanyaa... cari cowok dongg... wakakak..." Sahut Reza dengan tawa senangnya.

"Puas lo pada?! Ha?! Rese luh." Jawab Andari sambil bersungut.

"Sini, gue aja yang bawa mobilnya." Ujar Andari.

"Serius??" Tanya Dina.

"Iyee." Andari.

"Reza!" Panggil laki-laki tersebut. Tepat dihadapan Andari yang sedang berbalik untuk berjalan menuju parkiran.

Andari berhenti dadakan karena di depannya ada seorang laki-laki tinggi tegap. Ia yang hanya sedada sang laki-laki tersebut, langsung mundur.

Tapi, sayangnya...

"Andari!!" Pekik Dina yang melihat Andari tersandung kaki meja hingga hampir saja jatuh kebelakang.

Tapi... untungnya laki-laki yang berada tepat dihadapannya dengan cekatan menarik tangan Andari yang sampai pada pelukannya.

Andari dan laki-laki tersebut tentu sama-sama terkejut. Mereka saling pandang beberapa detik dan melepaskan pelukan mereka satu sama lain.

"Din, gue langsung ke parkiran." Ujar Andari tidak melihat ke laki-laki tersebut.

"Maaf ya, Mas. Gak sengaja. Makasih juga." Ucap Andari sambil berjalan cepat ke parkiran mobil.

Laki-laki itu hanya mengangguk, meng-iya-kan ucapan Andari. Ia juga membuang wajah karena menutupi rona merah pipinya.

Dina dan Reza yang melihat langsung kejadian peluk-memeluk itu sempat terperangah dibuatnya. Karena mereka tidak menyangka hal itu terjadi kepada bossnya. 😳

"Za! Tadi laporan analisisnya tolong di email gue ya. gue mau check lagi." Ujar si laki-laki itu.

"Okay." Jawab Reza sambil mengacungkan ibu jarinya.

Ternyata Andari masih menunggu Dina dan Reza di luar cafe. Karena agak gerimis jadi Andari menunggu di teras cafe sambil berdiri.

"Berarti nanti gue up ke lo aja nih, Ban?" Tanya Reza kepada laki-laki tersebut.

"Yes. I'll call you after this." Jawab laki-laki itu.

Reza, Dina dan sang Boss keluar cafe melihat Andari berdiri sendirian di teras cafe.

"Ndari?? Lo nungguin kita?" Tanya Dina sambil menghampiri Andari.

"Iyaa... haatchim!! Gue tadi mau ke parkiran terus hujan. Jadi neduh disini, haatchim...!!" Ucap Andari sambil bersin. Karena Andari paling gak tahan dingin. Pasti flu.

"Yah... kan... flu deh tuh." Ujar Dina sambil mengusap-usap punggung Andari.

"Za, Din. Gue duluan ya." Ucap laki-laki tersebut sambil berlari ke arah mobil.

"Okay, Ban! See you." Jawab Reza dan lambaian tangan dari Dina.

Akhirnya mereka ke parkiran mobil bersama-sama. Namun, Saat mereka sampai parkiran mobil...

"Andari! Dina!" Panggil Keling.

"Lha, kok lo disini, Ling?" Tanya Andari.

"Gue nebeng dong. Boleh gak?" Tanya Keling kepada Andari dan Dina.

"Boleh dong broo... let's go!!" Jawab Reza sambil merangkul Keling.

"Tapi, Ling. Kok lo tetiba ngekor kita deh?" Tanya Andari.

"Gue kasian aja sama lo Ndar. Mereka kan pacaran. Masa lo mau jadi laler doang? Gue merelakan diri gue buat nemenin lo sebagai jomblo. Wkwkwk..." Ucapan Keling sukses menbuat Reza dan Dina tertawa terpingkal-pingkal.

Tapi tidak dengan Andari. Ia menampakkan wajah malasnya kepada Keling yang saat itu menjadi supir mereka.

Reza dan Dina tidak pernah merasa terganggu dengan waktu berdua mereka. Mungkin karena di kantor pun mereka sudah sering bertemu dan sering berangkat atau pulang kantor bersama.

Tapi, terkadang Andari merasa tidak enak hati untuk berada di tengah-tengah mereka. Untungnya ada Keling yang ikutan di mobil Reza.

Keling pindah mobil karena Tama pulang bareng Sasha. Mungkin Keling juga merasa gak enak sama Tama dan Sasha. Jadi dia bilang mau pulang bareng sama Dina dan Andari. Untungnya beneran bareng. 😆

 

***

 

"Ndar, gue nitip barang di kosan lo ya? Kan kita mau berangkat bareng dari kosan lo." Ucap Dina di sebrang teleponnya.

"Iyee... tapi jangan banyak-banyak. Sempit ntar kosan gue." Ujar Andari.

"Enggak. Paling gue bawa koper aja." Jawab Dina santai.

"Heet!! Lo bawa koper? Ransel dong cuyy... berat kan kalo koper." Ujar Andari.

"Ntar baju gue pada kusut kalau di ransel. Gak mau ah." Ucapnya.

"Ini kita naik kereta lho. Ribet kalau bawa-bawa koper. Ntar kan sampe di Yogya bisa disetrika baju looo pinteeerrr..." Jelas Andari.

"Eh, iya ya. Yaudah deh, gue pinjem ransel lo." Ucap Dina.

"Iyeee... ransel, sepatu kets, apalagi? Kalau make up gue gak punya ya. Wkwkwk..." Jahil Andari.

"Wkwkwk... gak mungkin gue make up pinjam-pinjam. Pastinya punya gue paling lengkap." Ledek Dina.

"Hahaha... gak heran gue mah." Tawa Andari.

"Yaudah, ntar malem gue ke kosan lo. Besok malem kan kita berangkatnya?" Tanya Dina.

"Siang dong... cumi..."

"Eh, iya. Lupa gue. Hehehe... kalau Mas Reza gak bisa jemput di Yogya gimana?" Tanya Dina.

"Banyak sodara gue disana. Gue udah bilang sama Bapak buat jemput di stasiun Tugu." Jelas Andari.

"Okay, sip."

Obrolan video call mereka pun berakhir ketika Dina dipanggil untuk meeting.

Andari dan Dina berencana untuk berlibur ke Yogya sekalian menjenguk Bapak Tyo dan Ibu Asih. Sudah rindu rasanya Andari ingin bertemu Bapak dan Ibunya.

Reza sudah di Yogya terlebih dahulu. Karena ada project yang harus mereka kerjakan bersama teamnya. Dina bilang untuk jemput di stasiun Tugu oleh Reza. Namun, sepertinya Reza tidak bisa karena project yang tidak bisa ditinggalkan.

"Din, gue kayaknya mules deh." Ujar Andari yang mempunyai sifat perut mules ketika habis makan.

Makanya dia punya julukan "Si Burung" karena setiap habis makan sudah pasti BAB. Mohon maap 😬✌️

"Dasar, burung. Hahaha... Yaudah sono! Cepetan!" Ucap Dina yang sudah sangat terbiasa sekali dengan Andari yang seperti itu.

30 menit kemudian...

"I'm back!! Hehehe..." Ujarnya dengan cengiran kuda dan senyum lesung pipi yang manis.

"Hahaha... bodoamat! Happy benar andaah." Sahut Dina dengan tawanya.

"Iya dong... hehehe..." Jawab Andari senyum-senyum seperti anak kecil yang menggemaskan.

Selang beberapa lama, Andari dan Dina masuk ke kereta tujuan Yogyakarta tersebut. Mereka tak henti-hentinya berceloteh.

Herannya, meskipun mereka sering bertemu. Tapi, tidak pernah bosan untuk bercerita. Selalu saja ada topik yang mereka perbincangkan. Ckckck... tak kenal lelah 😄

"Eh, Ndar. Lo masih suka ke ingat sama cowok yang di cafe waktu itu?" Tanya Dina tiba-tiba.

"Ha?! Tiba-tiba gitu??" Tanya kembali Andari terkejut dengan Dina.

"Kok bisa sih nih anak tau banget yang lagi gue pikirin." Ucap Andari dalam hati.

"Lo tuh gak usah ngomong juga gue udah tau, Ndar... belum cukup emang 20 tahun lebih temenan sama gue???" Jelas Dina dengan wajah meledeknya.

"Tenang Ndar... jodoh gak kemana kok. Siapa tau di Yogya nanti lo bisa ketemu lagi sama doi. Kenalan mungkin dan siapa tahu bisa langsung nikah. Hehehe..." Terang Dina yang membuat Andari terperangah dibuatnya.

"Tapi, gue duluan ya... yang nikah sama Mas Reza. Wleee..." Ujarnya sambil bercanda dan membuat Andari tersenyum senang.

"Monggoo... silahkan... siapa tau nanti di Yogya lo dilamar sama Reza. Hahaha..." Ujar Andari.

"Huaaa... mauuu... semoga ya, Ndar..." Ucap Dina dengan wajah penuh harap.

"Semoga ya... cantik..." Jawab Andari dengan mengelus lembut lengan sahabatnya itu.

Perjalanan ke Yogya tak terasa lama karena bersama dengan sahabatnya. Hingga pengumuman bahwa mereka sudah tiba di stasiun Tugu.

"Mba Ndari!!" Panggil Pandu sang jejakanya Pak Tyo dan Bu Asih. Yup! Adiknya Andari.

"Yoo!! My Man!!" Sapa Andari sambil memeluk dan high five kepada Pandu.

"Koe Mba, kakean gaol karo wong Jakarta (Kamu Mba, kebanyakan gaul sama orang Jakarta)." Ujarnya dalam bahasa Jawa.

"Sama dong kayak lo. Udah jadi orang Yogya nih... Hahaha..." Ledeknya adiknya yant paling manis itu.

"Eh, gue sama Mba Dina nih." Ujar Andari.

"Hallo, Mba Din. Apa kabar Mba?" Tanya Pandu.

"Baik, Ndu. Lo apa kabar?" Tanya Dina.

"Baik kok Mba. Sangat malah. Hehehe..." Ujar Pandu sambil cengar-cengir. Untung ganteng 😄

"Kok Mba Dina gak sama Mas Reza?" Tanya Pandu.

"Mas Reza udah di Yogya duluan, Ndu." Jawab Dina.

"Lha? Kok aku ndak tau?" Tanya Pandu.

"Belum sempet bilang kali ke lo." Ujar Dina.

"Iya, mungkin. Berapa lama kalian stay disini?" Tanya Pandu.

"Yak elah Ndu... segitunya amat. Baru nyampe udah disuruh pulang." Canda Dina.

"Hahaha... ndak gitu dong Mba Din. Boleh kok kalau mau lama-lama juga. Maksudku kalian berapa lama emang dapat liburnya? Bukannya susah ya kalau kerja di Jakarta dapat cutinya?" Tanya Pandu.

"Hahaha... bercanda Ndu. Gue sih ngambil cuti cuma 3 hari. Karena 3 hari berturut-turut tanggal merah kan tuh. Gue bablasin aja cuti 3 hari jadi sekitar seminggu lebih dikit deh. Hahaha..." Ucap Dina dengan senang.

"Hoohh... iya bener. Pantesan kalian datangnya santai ya..." Jawab Pandu.

"Enak mah, Mbamu tuh. Anak murid libur... guru libur. Hahaha..." Ledek Dina.

"Dia mah emang gitu. Murid libur juga masih sibuk. Tuh, lihat aja dari tadi sibuk sama HP nya." Jawab Pandu sambil manyun.

"Eh, gue denger ya. Ini gue lagi bales WA di group dari kepsek gue. Habis ini sepilah HP gue. Bikin rame dong... Hahaha.." Ujar Andari tertawa senang.

"Dasar jomblo!" Ledek Dina sambil menjulurkan lidahnya kepada Andari.

"Reseh lu!" Jawab Andari bersungut dari jok belakang mobilnya.

"Ndu, kok bapak gak jadi jemput? Kenapa deh?" Tanya Andari.

"Bapak tadi udah siap mau jemput Mba. Tapi, ada teman bisnis Bapak yang datang ke rumah. Jadi Bapak gak jadi jemput Mba Ndari." Terang Pandu sambil menyetir mobil.

"Getol amat tuh orang. Pagi-pagi udah ngajak bisnis." Sahut Andari.

"Terus sekarang Bapak gak di rumah dong?" Tanya Andari lagi.

"Enggak. Bapak lagi di Gamping." Jawab Pandu.

"Di Gamping? Ngapain?" Tanya Andari.

"Gamping? Kok sama?" Tanya Dina.

"Ada kerjaan di Gamping, Mba Ndar. Kenapa Mba Din? Kok kaget gitu? Sama apanya?" Tanya Pandu.

"Mas Reza juga lagi ada kerjaan di Gamping." Ucapan Dina membuat Andari dan Pandu saling berpandangan.

"Tapi, tadi yang nyamperin bapak orangnya tinggi, besar, putih ngono lho Mba (Gitu lho Mba). Nek Mas Reza aku yo eruh. (Kalau Mas Reza aku pasti tau)." Jelas Pandu.

"Mungkin kebetulan sama aja kali Din." Ujar Andari.

"Iya kali ya." Jawab Dina.

"Gamping kan luas Mba Din. Siapa tau Mas Reza di selatannya Gamping, gitu. Hahaha..." Canda Pandu yang mengundang tawa Dina dan Andari.

Perbincangan seru mereka membawa ke rumah tempat tinggal Pak Tyo dan Bu Asih. Di daerah Sleman, dengan pemandangan bentangan sawah hijau, udara sejuk dan sangat... tenang.

Sebuah rumah adat Yogyakarta, Rumah Joglo membentang luas. Ya, itu rumah Andari. Rumah yang besar dan luas lengkap dengan halaman yang tak kalah besarnya dengan lapangan.

"Ibbuuu!!!" Panggil Andari yang langsung berlari menghampiri Bu Asih dan memeluknya erat. Disusul dengan Dina yang justru malah menangis karena haru melihat Bu Asih.

"Anak gadis ibu... senanggg sekali Ibu kedatangan dua anak gadis. Ayo, ayo, Ndok. Kita ngobrolnya di dalem aja." Ujar Bu Asih yang terharu dan senang sekali bertemu dengan Andari serta Dina.

"Le, tulong barang-barang Mbamu yo..." Ucap Bu Asih kepada Pandu.

("Ndok" itu bahasa Jawa yang artinya "Nak" untuk perempuan).

("Le"bahasa Jawa yang artinya "Nak" juga, hanya saja panggilan untuk anak laki-laki).

Bu Asih, Andari dan Dina sibuk berbincang di ruang tengah bersama Mbah Kung dan Mbah Uti. Panggilan kesayangan dari Andari.

Mbah Kung sudah tidak sanggup lagi melanjutkan perbincangan para perempuan tersebut. Akhirnya ia dan Pandu memilih untuk minggir dan ke ladang.

Sangking asyik dan serunya berbincang, para prempuan ini pindah tempat. Dari teras, ke ruang tamu, lalu ke ruang tengah dan sekarang di dapur.

Ada saja topik yang membuat mereka tertawa kemudian kesal lalu sedih karena banyak hal yang terjadi selagi Bu Asih dan Pak Tyo tidak bersama Andari.

Dina pun sangat disayang oleh Mbah Uti. Karena Dina sudah tidak mempunyai Nenek atau Kakek tempatnya untuk sekedar berbincang seperti ini.

Karena itulah, keluarga Reza sangat menyayangi Dina. Meskipun keluarga Reza mengetahui latar belakang keluarga Dina, tapi tidak membuat mereka menghambat hubungan mereka berdua.

Justru keluarganya sangat mendukungnya. Itu kenapa juga, Andari senang saat melihat Dina begitu bahagia bersama Reza.

Perbincangan tersebut berhenti ketika Mbah Uti sudah merasa lelah tertawa karena cucu-cucu gadisnya tak henti-hentinya membuatnya tertawa. Ia meminta Andari untuk mengantarnya ke kamar. Andari pun mengantarkannya.

Andari dan Dina berisitirahat sejenak. Hingga sore menjelang, Andari bangun dari tidur siangnya dan berjalan-jalan sebentar ke ruang depan. Tapi...

"Ndok? Sudah bangun toh?" Tanya Pak Tyo.

Andari tidak mampu berkata-kata. Karena penampilannya yang lusuh dan kusut setelah bangun dari tidur siangnya.

Maluuu dongg... dilihat sama teman bisnis Bapaknya...

"Ndar! Sini!" Panggil Dina yang sudah duduk di samping Reza tersenyum senang.

Tapi...

Dia...

Kenapa...???

Disini...???

😳😳😳

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!