"Tuk tuk tuk, Ar kau harus turun" ucap Mikayla sembari mengetuk jendela kaca mobil di samping Arash.
Arash pun membuka sebagian jendelanya "Bukannya ada butik yang lebih bagus daripada tempat ini?" ucapnya dengan nada ketus.
"Heyy, kau tak boleh menilai sesuatu hal dari luarnya saja, ayolah" Bujuknya.
"Hahhh, terserah kau sajalah" Arash pun akhirnya terpaksa turun dari mobilnya, mereka berdua masuk ke dalam butik yang sudah sepenuhnya di buka oleh Adinda.
Adinda pun telah bersiap menyambut kedua clien calon pengantin itu, Dinda membukakan pintu seraya tersenyum menunjukkan keramahannya "Silahkan Tuan dan Nona, silahkan ikuti saya, saya akan memandu kalian untuk melihat lih--" ucapan Dinda seketika berhenti setelah melirik ke arah Pria disamping wanita yang tampak ceria itu, Adinda pun tertegun ketika mereka berdua bertemu pandang, bagaimana bisa dari luasnya kota jakarta ia harus bertemu seseorang yang sangat ingin dihindarinya lebih dari siapapun, terlebih kususnya mengapa harus hari ini.
Tiba tiba Dinda terdiam menatap Arash beberapa saat "Haloo? Anda bilang mau menunjukkan gaun jadi? Mengapa anda menatap calon suami saya seperti itu? Apa anda mengenalnya?" ucap Mikayla seraya tangannya melambai lambai di depan wajah Dinda.
Dinda pun segera menyadarkan dirinya
Sadarlah diriku..aku sedang bekerja aku sedang bekerja, pura pura tak mengenalnya adalah jalan ninjaku, ayo fokus.
"Maaf Nona, bukan apa apa, mari ikuti saya ke ruangan sebelah" Mikayla pun mengangguk seraya tersenyum setelah melirik reaksi Arash yang tampak bungkam dan tak nyaman, pria itu terus saja menatap ke arah lain.
"Silahkan dilihat lihat, kami hanya punya stok gaun jadi beberapa saja, namun kami berencana terus menambah untuk kedepannya" ucap Dinda sembari berjalan.
Mikayla tampak melihat lihat dengn seksama, memperhatikan satu persatu gaun yang terpasang di manekin "Apa tak ada gaun lain?"
"Apa anda ingin memesan terlebih dahulu? Kami akan segera menyiapkan model dan bahan kain yang anda inginkan" jawab dinda.
"Tidak tidak, waktunya terlalu mendadak untuk membuat gaun" Mikayla pun berjalan keujung ruangan, ia menuju ke satu manekin dengan gaun pengantin yang ditutupi tirai tipis. "Mengapa kau tak menunjukkan yang satu ini?" ucapnya setelah membuka tirai penutupnya.
"Ahhh.. Itu--" ucapannya terhenti ketika mengingat tujuan gaun itu dibuat, itu adalah gaun impiannya yang ia buat sendiri dengan sepenuh hati, namun kini hanya tersisa perasaan ngilu di dadanya ketika melihat gaun itu. "Anda bisa memilikinya jika cocok" Dinda merasa lebih baik jika gaun itu segera pergi dari tempatnya setelah menghasilkan uang.
"Benarkah? Tapi sepertinya ini sudah ada yang memiliki"
"Sebelumnya ada tapi orang itu batal menikah, jadi anda bisa memilikinya, dan sepertinya ukurannya tidak banyak yang berubah"
"Bagus, aku menyukainya, aku mau yang itu, bagaimana menurutmu Al?" ucapnya seraya menatap pria yang berdiri disampingnya dalam diam.
"Terserah kau saja" ucapnya dengn suara datar, Mikayla hanya tersenyum.
"Saya akan mencobanya sekarang, dimana ruang gantinya?"
"Disebelah kanan ruangan ini, mari saya antar dan bantu mencocokkan ukuran"
Setelah sampai di depan ruang ganti mereka Terhenti "Saya bisa memakainya sendiri, saya akan memanggil anda jika kesulitan, bisakah anda memilihkan setelan jas untuk calon suami saya? Kami sudah kehabisan waktu"
Adinda mengangguk "Baiklah" Adinda berjalan dengan gontai.
"Hahh.. Benar benar hari yang melelahkan, Arraasshh.. mengapa konglomerat generasi ketiga sepertimu datang ke butikku? Apa aku harus bersyukur karena sebentar lagi desainku akan dipakai oleh orang orang kalangan elit? Tentu aku harus bersyukur atas itu, tapi.. Hahh sudahlah." gumamnya sembari berjalan.
"Ayo kita putus, aku harus belajar keluar negri dan takkan memiliki waktu menghubungimu, aku pun sudah cukup bermain main denganmu, terimakasih atas waktumu selama ini" Itu adalah ucapan terakhirnya kepada adinda sepuluh tahun yang lalu, Arash, pria itu pergi begitu saja setelah mengucapkan hal yang begitu menyakiti perasaan Adinda.
Sembari berjalan Adinda terus teringat hal hal yang telah lama ia lupakan, hanya dengan melihat wajah pria itu memori memori yang telah ia kubur dalam dalam di lubuk hatinya dengan susah payah akhirnya kembali kepermukaan dengan begitu mudahnya dan membuatnya kembali merasakan sakit.
Arash masih berada di ruangan gaun ketika Dinda sampai disana, ia terlihat sedang duduk di sofa sembari melihat lihat katalog gaun dan setelan jas.
Mari pasang ekspresi senyum bisnis.
Adinda menghampirinya "Apa anda sudah menentukan jas yang pas dengan gaun calon istri anda Tuan? Jika belum mari saya antar ke ruangan sebelah kiri"
Arash pun bangun "Tunjukkan jalannya" ucapnya dengan nada yang dingin. Adinda merasa kini suara pria itu terdengar lebih rendah dari saat itu.
Adinda membuka satu ruangan berisi beberapa setelan jas pengantin "Silahkan melihat lihat" ucap Dinda singkat.
"Berikan satu yang serasi dengan gaun mempelai wanita"
"Baik"
Adinda pun mulai memilah satu persatu kemudian menunjukkan kepada Arash namun pria itu hanya terus menggeleng hingga membuat Adinda kesal.
"Jika tidak ada yang sesuai selera anda silahkan cari saja di tempat lain" ucapnya dengan ketus.
"Hahhh.. Buang buang waktu saja, seharusnya tak usah datang ketempat ini, hahhh" gumamnya yang masih bisa terdengar jelas di telinga Adinda.
Adinda pun segera berbalik badan dan hendak pergi meninggalkannya, ia tak ingin menghiraukan ucapan yang melukai hatinya.
"Mau kemana?" tanyanya sehingga membuat langkah dinda terhenti.
"Pergilah dan cari setelan jas di tempat yang sesuai dengan reputasi dan selera anda Tuan" ucapnya tanpa berbalik badan.
Arash pun bngun dari duduknya kemudian menghampiri Adinda yang membelakanginya "Jangan salah sangka, aku tak bermaksud merendahkan tempat ini"
"Saya mengerti, saya permisi mau membantu fitting mempelai wanita" ucap Dinda lalu ia pergi begitu saja.
Apa aku sudah menyinggungnya? Dia masih sama seperti dulu, mudah tersinggung. Entah mengapa rasanya sayang aku tak bisa menahannya bersamaku disini, ternyata aku sudah benar benar gila, mengapa kami harus bertemu lagi dengan cara seperti ini? .
Setelah berhasil mencocokkan gaun dan ukuran, mereka berdua pergi meninggalkan butik, Arash dan Mikayla masuk ke dalam mobil dan pergi dari tempat itu.
"Apa tujuanmu membawaku ke tempat itu? Jujur sajalah" ucap Arash sembari fokus mengemudi.
"Entahlah, menurutmu aku sengaja? Bagaimana mungkin Ar?"
"Apa menurutmu aku masih belum mengenalmu? Kau bisa menipu semua orang kecuali diriku yang sudah mengenalmu dari kecil, apa menurutmu kau masih bisa menghindari perjodohan yang sudah diatur sejak kita masih berada dalam kandungan? Perjodohan konyol oleh para kakek tua itu?"
"Apa kita benar benar tak bisa menghindari pernikahan ini Ar? Hahh.. Bagaima mungkin aku menikah denganmu, aku tak pernah menganggapmu sebagai seorang pria, bagiku kamu hanyalah anak menyebalkan yang selalu tak mau kalah dariku"
"Apa aku benar benar seburuk itu dimatamu Kay? Apa kau pikir aku benar benar ingin menikah denganmu karena menyukaimu?"
"Ya ya ya, sudahlah jangan membuatku kesal"
"Percaya padaku, mari menikah saja dan kemudian bercerai setelah kita memenuhi wasiat terakhir kakek kita, bicaralah baik baik dengan kekasihmu, dia pasti mengerti"
"Orang yang jomblo tak akan pernah bisa mengerti!" jawabnya kesal.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
trus Sukses
2023-09-10
0