Adinda menuju ke lift untuk kembali kepada Mikayla, di dalam lift yang baru saja terbuka ia melihat wanita yang ia cari cari, Adinda pun tersenyum, ia masuk menghampiri wanita itu.
"Saya mencari anda dari tadi Kak"
"Benarkah? Apa aku pergi terlalu lama? Aku mengambil barang yang tertinggal di mobil" ia melirik ke arah koper kecil di tangannya.
"Ah begitu" Dinda pun mengangguk mengerti. Mereka berdua pun melanjutkan obrolan pribadi sampai keluar dari lift.
Begitu mereka berdua membuka pintu kamar mereka dikejutkan dengan gaun pengantin yang sudah berada di atas tempat tidur, Adinda dan penata rambut saling berpandangan satu sama lain memikirkan hal yang sama.
Mereka mulai berpencar mencari di dalam toilet dan balkon namun Mikayla tak kunjung terlihat, mereka berdua semakin panik dibuatnya ketika seseorang mengetuk pintu kamar.
Tok tok tok "Apa itu Nona Mikayla?" ucap penata rambut bernama Annie itu.
"Mana mungkin nona mengetuk pintu kamarnya sendiri" jawab Dinda.
Dinda pun segera membukakan pintu, disana terlihat seorang wanita paruh baya yang terlihat sangat cantik dan elegan, ia melihat seisi ruangan begitu masuk, matanya menoleh ke arah gaun pengantin di atas tempat tidur.
"Dimana menantuku?" ucapnya dengan tegas tanpa menoleh ke arah kedua orang di dalam ruangan.
Penata rambut pun lekas mendekatinya "Nyonya Mariana, maaf kami tidak bisa menemukan Nona Mikayla setelah kami keluar sebentar, sepertinya Nona kabur" ucapnya dengan nada suara yang bergetar, Dinda pun merasa takut jika mereka berdua ikut disalahkan.
Mariana pun segera berbalik badan menatap wanita yang baru saja mengatakan hal yang begitu tak masuk akal baginya "Apa maksudmu menantuku kabur sebelum acara pernikahan? Jangan sembarangan bicara!" tegasnya.
"Maaf Nyonya, Nona meninggalkan gaunnya jadi--"
"Cukup, cepat kalian cari Mikayla, ingatlah tidak ada yang boleh tahu kejadian ini, cepatlah waktunya tak banyak"
"Baik Nyonya" ucap Dinda dan Annie bersamaan, mereka segera keluar dari ruangan.
Sementara Mariana terlihat sangat panik memikirkan reputasi keluarganya jika benar benar putranya ditinggal tepat sebelum pernikahan, ia tak menyangka bahwa gadis yang ia anggap paling layak mendampingi Putra semata wayangnya ternyata berakhir menghianatinya, ia marah karena merasa ditusuk dari belakang oleh anak yang telah dikenalnya sejak lahir.
Tok tok, "Kay, ini Mama sayang, acaranya sudah mau di mulai apa kau sudah selesai bersiap?" ucap Luna dari balik pintu.
"Wah, kebetulan kau datang" gumam Mariana seraya berjalan ke arah pintu.
Begitu pintu dibuka Luna tersenyum hangat karena calon besannya sudah berada di kamar putrinya, ia pun masuk "Kau disini besan? Apa Kay sudah selesai bersiap?" Mariana menatapnya dengan tajam.
"Lihatlah gaunnya di sana" ucap Mariana sembari menunjuk ke arah tempat tidur.
"Itu gaun Kay kan, dimana kay sekarang? Bukankah seharusnya dia sudah memakai itu sekarang?" perasaan Luna mulai tak enak.
"Hahhh, bagaimana kau mendidik putrimu? Apa kalian ingin mempermalukan keluarga kami? Berani beraninya anakmu melarikan diri di saat semuanya sudah siap begini"
"Kay tak mungkin kabur, itu tidak mungkin besan, mungkin dia sedang pergi sebentar" ia mengeluarkan ponsel dari tasnya "Aku akan menghubunginya, aku yakin dia masih disini" ucapnya dengan panik karena Mariana terlihat sangat marah.
"Carilah putrimu atau hubungan persaudaraan kita berakhir disini"
"Iya, ahhh kenapa hp nya tak aktif" Luna semakin panik.
Saat itu juga Dinda dan Annie kembali ke hadapan Mariane "Maaf Nyonya kami sudah mencarinya di seluruh hotel ini tapi tetap tak menemukannya" ucap Annie dengan gugup dan dengan nafas terengah engah.
Luna masih sibuk dengan ponselnya sedangkan Mariana terdiam dan berfikir, berkali kali ia menatap jam di pergelangan tangannya.
"Ini tidak bisa, yang berniat kabur tak akan kembali dengan keinginannya sendiri" Gumam Mariana, tiba tiba ia terfikirkan satu hal sembari menatap dengan intens ke arah Adinda.
Mariana mendekati Dinda, menatap dari ujung kepala sampai ke ujung kaki "Kalian semua tinggalkan ruangan ini kecuali kau!" ia menunjuk Adinda tepat di depan wajahnya.
Deg, Adinda pun kaget bukan main, ia ingin segera keluar dari situasi kacau itu bersama dengan Annie tapi rasanya ia malah takkan bisa meloloskan diri semudah itu.
Kini diruangan itu pun tersisa dua orang yang saling berhadapan "Kau saja, jadilah pengantin wanitanya"
Adinda pun langsung terperanjat kaget "Apa anda bilang?"
"Saya tidak suka mengulang ucapan, ini perintah, menikahlah dengan Putraku sekarang juga"
"Tidak Nyonya, saya minta maaf tapi saya tidak bisa menikah dengan cara seperti ini, silahkan anda cari wanita lain" ucap tegas Adinda.
"Tidak ada waktu lagi, kau seharusnya merasa bersyukur, banyak wanita yang ingin menjadi istri putraku tapi aku memilihmu"
"Maaf Nyonya, saya menolak, saya akan pergi sekarang" Dinda pun berbalik badan.
"Turuti perkataanku atau kau akan menyesal! Aku bisa menghancurkan kehidupan seseorang beserta kerabatnya dalam waktu kurang dari 15 menit"
Deg..jantung Adinda bergetar hebat, tentu saja ucapan wanita itu tak terdengar seperti sekedar ancaman belaka, langkah adinda segera terhenti, tangannya mengepal, ia bingung apa yang harus dilakukannya, ia tak akan gentar jika hanya hidupnya yang dihancurkan, namun ia menyebut kerabatnya yang adalah orang orang terdekatnya.
"Dengan menerima tawaranku aku akan memberikan imbalan besar, penghasilanmu sebagai desainer kecil selama lebih dari 10 tahun tak akan seimbang dengan imbalan dariku, satu tahun.. Hanya setahun bertahanlah menjadi Istri Putraku, setelah itu kau bisa bebas dan aku akan memberikan tunjangan untuk hidupmu sehingga kau tak kekurangan setelah bercerai,wajahmu akan dirahasiakan, orang orang tak akan tahu bahwa kaulah menantu keluarga Hutama, kau tak punya pilihan"
Adinda kembali berbalik badan, raut wajahnya tampak sangat resah, matanya terlihat sangat merah, ia merasa tak adil, mengapa ia harus terlibat dengan wanita ini dan putranya, ia marah karena ia tak memiliki pilihan selain menuruti keinginannya.
"Diammu ku anggap kau setuju, aku akan segera membawa walimu datang sekarang juga, tentu saja walimu juga tak akan dikenali, siapa namamu?"
"Adinda Maharani" ucapnya lirih.
"Namamu terdengar tak asing, hah sudahlah itu tak penting" Mariana pun mengeluarkan ponselnya, ia tampak menelepon seseorang untuk mengetahui biodata lengkap Adinda dan keluarganya.
Telah selesai dengan urusannya Mariana pun berjalan keluar dari ruangan, ia bertemu Annie yang masih berada di depan pintu "Kau bantulah gadis itu berhias, dia yang akan menikah dengan Putraku!" ucapnya singkat lalu pergi, Annie pun tampak terkejut mendengarnya namun ia hanya bisa menuruti perintah, terlebih beberapa bodyguard datang menjaga ruangan itu setelah Mariana pergi.
Sedangkan di aula pernikahan para tamu telah lama berbisik bisik karena ijab qobul sudah di tunda cukup lama dan penghulu terus menerus menatap jam tangannya.
Mariana berjalan menghampiri Arash yang telah bersiap "Arash, Mama mau bicara sebentar" Bisik Mariana di telinga Arash.
Arash yang sudah merasa telah terjadi masalah itu segera bangun ketika Ibunya ingin menyampaikan sesuatu.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
trus Sehat
2023-09-10
0