"Mikayla kabur dengan tidak bertanggung jawab" bisik Mariana setelah mereka pergi ke tempat yang sepi.
Arash tampak tercengang "Apah?"
"Ya, demi reputasimu dan nama baik keluarga kamu tidak boleh membatalkan pernikahan ini"
"Apa maksud Mama? Mempelai wanitanya tidak ada, aku harus menikahi siapa?"
"Namanya Adinda Maharani"
Arash sangat terkejut karena nama itu disebut sekarang "Apah? Adinda maksudnya desainer gaun Mikayla?"
Mariana mengangguk "Mama sudah mengurus semuanya"
"Tapi Maa, aku tak bisa menikah dengannya-" ucapannya terhenti karena Mariana menimpali.
"Tolong jangan buat Mama tambah stres dan lakukan saja apa yang Mama mau, ini semua demi nama baik keluarga, hanya setahun pertahankan pernikahan dengan wanita itu, Mama akan memberinya imbalan besar"
"Apa wanita itu setuju?"
"Tentu saja, siapa orang yang akan menolak imbalan besar dari menikahi pewaris tunggal Hutama, ayo kembali, sebentar lagi gadis itu tiba"
Arash masih tak menyangka pada akhirnya ia akan menikahi mantan pancarnya dengan cara seperti ini, ia bertanya tanya apa Mamanya tidak mengenali Adinda dan malah memilihnya untuk menggantikan Mikayla, ia berjalan dengan pikiran kacau, ia tak menyangka bahwa Adinda yang ia kenal telah berubah, Adinda yang dulu sangat menjunjung tinggi harga dirinya kini sudah tak ada lagi, ia rela menikah dengannya sekarang hanya karena sebuah imbalan.
Sedangkan kini Adinda tengah berada di depan cermin menatap dirinya dalam balutan gaun yang ia buat untuk dirinya sendiri, ia tak menyangka bahwa pada akhirnya ia benar benar memakai gaun pernikahan yang ia buat sendiri, tak menyangka ia akan menjalani pernikahan dengan Arash seperti ini, perasaannya kacau, ia tak bisa berfikir jernih, ia masih kesal karena ia dipaksa mengalami hal yang tak diinginkan seperti ini hanya karena ancaman dari seseorang, namun menyesalpun sudah tak ada gunanya.
Tak lama ia pun sampai di aula pernikahan dengan ditemani oleh Anie dan dua orang bodyguard berbadan besar dan berpakaian serba hitam, semua orang menatap ke arahnya, bertanya tanya mengapa wajahnya ditutupi, pandangan yang menusuk, rasanya ia telah masuk dalam sebuah perangkap besar dan tak bisa lagi meloloskan diri, untunglah orang orang tak mengenalinya karena ia mengenakan masker bermotif yang biasa digunakan oleh pengantin, ia menatap walinya yang adalah Pamannya sudah berada di hadapannya telah bersiap untuk menikahkannya, kelurga ini memang hebat bisa menghadirkan walinya dengan secepat kilat.
Adinda pun segera duduk di samping Arash, ia melirik sekilas ke wajah Arash, seperti biasa dia masih tampan, bahkan harus diakuinya hari ini dia lebih tampan dari biasanya meski memperlihatkan raut wajah yang tak senang, yah Adinda memakluminya karena pria disampingnya pun pasti dipaksa oleh Mamanya yang sangat dihormatinya itu, sejak mengenal Arash Adinda tahu bahwa ia sangat menyayangi dan menghormati Ibunya.
Tanpa mengulur waktu Arash pun mengucapkan ijab qobul dengan dibimbing oleh penghulu dengan lancar tanpa halangan apapun, ketika semuanya mengatakan kata sah, jantung Adinda semakin dibuat bergetar, pikiran kacau berkecamuk membuat jiwanya terasa mendidih, kini ia telah benar benar menikah dengan mantan kekasih yang sangat dibencinya yang meninggalkannya karena sudah cukup bermain main dengannya.
Acara pernikahan dan resepsinya di lakukan dalam bersamaan, keluarga Hutama tampaknya mempersingkat acara dari pada yang direncanakan, tak terasa semuanya berjalan dalam waktu singkat kini Adinda telah berada di depan kamar pengantin yang seharusnya ditempati oleh Arash dan Mikayla, ia berdiri dalam diam.
"Nona, silahkan masuk, anda harus beristirahat di kamar ini, Tuan Arash akan menyusulnya sebentar lagi" ucap salah satu pengawal di belakangnya yang masih saja mengikutinya atas perintah Nyonya besar Mariana Hutama.
Ngomong ngomong sejak kapan Aku berpisah dengan Arash, dia meninggalkanku setelah kami keluar dari aula resepsi, aku tak peduli sih, kalau bisa jangan datang lagi padaku.
Dinda pun membuka pintu ruangan hotel yang super mewah itu, ini adalah kali pertamanya masuk ke ruangan presidential suite room, ketika ia mulai masuk ke dalam suasana dekorasi ruangan sangat indah, kelopak bunga mawar merah bertebaran di sepanjang jalannya menuju ke tempat tidur, sampai tempat tidur pun dihiasi oleh kelopak mawar yang dibentuk hati, alangkah sempurnanya hidupnya jika ini adalah pernikahannya dengan seseorang yang ia inginkan.
Karena merasa sangat lelah jiwa dan raga, Adinda membanting tubuhnya di atas tempat tidur empuk itu, sehingga kelopak bunga menjadi berhamburan, tapi rasanya nyaman.
Sudahlah, aku tak ingin memikirkan apapun, ini sudah terjadi, tak ada yang perlu di sesali apapun yang akan terjadi kedepannya, mari menjalankan peran sebagai menantu rahasia keluarga Hutama yang terhormat, hanya selama satu tahun, aku harus bisa, aku pasti bisa melaluinya dengan mudah, ayolah Dinda.. Hal hal mengejutkan dalam kehidupanmu ini bukanlah yang pertama, benar.. Aku akan segera terbiasa.
Adinda tak akan menyangka bahwa mulai sekarang kehidupannya akan berubah 180 derajat dari apa yang dipikirkannya.
Tiba tiba seseorang membuka pintu kamar tanpa mengetuk, Adinda kaget bukan main, ia segera bangun dan berjalan ke arah pintu, disana ia sudah melihat Arash yang berdiri sedang membuka jas dan dasinya, saat itu tiba tiba mata mereka bertemu pandang, keduanya saling menatap dalam diam untuk beberapa saat.
Arash pun melangkah mendekatinya "Hah..aku tak menyangka sekarang kamu ada dihadapanku sebagai seorang istri" ucapnya dengan suara rendah dan wajah yang kesal sekaligus meremehkan.
Adinda hanya diam tak bisa berkata kata, dan ia juga tak ingin mengatakan apapun tentang situasinya kepada pria dihadapannya.
Arash semakin mendekat hingga membuat kaki Adinda refleks mundur, pria itu terus mendekat dengan tatapan mata yang mengintimidasi hingga tubuh adinda berakhir berhenti karena berakhir terpentok di tembok, Aras mengulurkan tangannya menekan tembok, keduanya berada sangat dekat, setelah sepuluh tahun ini adalah kali pertamanya sedekat itu dengannya.
"Apa yang ingin kamu lakukan" ucap Dinda yang merasa tak tahan dengan ketidaknyamanannya.
Arash mulai memegang pipi Adinda "Apa lagi yang harus kita lakukan di malam pertama Istriku" ucapnya dengan penuh nada penekanan.
Adinda mengalihkan pandangannya ke arah lain karena wajah Arash semakin mendekat "Hentikan omong kosongmu!" sahut Dinda dengan wajah kesal karena merasa terpojok.
"Kenapa kamu masih bersikap naif begini? Bukannya ini bagian dari keinginanmu menyetujui tawaran dari Ibuku? Haruskah kita bersenang senang dan menghabiskan malam pertama kita dengan penuh gairah I s t r i k u"
Adinda mendorong dada Arash dengan kedua tangannya dan menjauh darinya "Pergilah, aku lelah dan tak ingin berdebat denganmu, aku melakukan ini karena paksaan dari Ibumu"
"Heii.. Kau bilang dipaksa? Untuk menerima imbalan besar kamu dipaksa? Hebat sekali Adinda sekarang, Adinda adinda.. Apa kamu kira aku percaya? Rupanya aku benar benar salah menilaimu, ku kira kau berbeda dengan wanita wanita diluar sana, tapi apa ini.. Kau mematahkan espektasiku tentang dirimu, yah wajarlah orang mana yang tak akan tergiur dengan uang kelurga Hutama"
Mendengar hinaan darinya membuat Adinda sangat marah hingga tak mampu mengucapkan kata kata untuk sekedar membela diri, karena siapa ia harus mendengar hinaan seperti ini..
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
fifid dwi ariani
trus Ceria
2023-09-10
0