Chapter 5~ Kakak Laki-laki (2)

Ruangan itu bernuansa kayu, sederhana namun hangat dan juga bersih.

Aroma bunga mawar tercium di seluruh ruangan.

Demetria sangat menyukai bunga, karena itulah ia sering memasang bunga dengan aroma yang wangi di setiap ruangan.

Khususnya ruangan yang menjadi kamar putra sulungnya, Zeffrey.

Meja dan kursi kayu berada dekat dengan jendela yang cukup untuk melihat pemandangan di luar ruangan.

Seorang anak laki-laki melipat tangannya dan menatap ke luar jendela dalam diam.

Di atas mejanya terdapat beberapa buku dengan sampul kulit yang terlihat kumal.

Tas kulit dan juga topi tergantung di tiang kayu.

"Tok.. tok... Tok..."

Anak laki-laki itu belum menyadarinya sebelum akhirnya ada suara wanita yang memanggil namanya.

"Zeffyku, bolehkah ibu masuk?"

Zeffrey terkejut dan mulai mengusap wajahnya dengan kasar.

Karena mengusap wajahnya dengan kasar, wajah Zeffrey mulai perlahan berubah menjadi merah.

Zeffrey menanggapi perkataan Demetria dengan gugup, "Ah, Ibu ... Silahkan ..."

Demetria masuk ke dalam ruangan yang merupakan kamar putra sulungnya, Zeffrey.

Di tangan Demetria terdapat nampan dengan satu cangkir berisi teh dan satu gelas berisi susu.

Di tengah-tengah nampan itu juga ada piring dengan beberapa biskuit dengan bentuk yang berbeda di dalamnya.

Demetria meletakkan nampan itu di atas meja yang berada di tengah-tengah ruangan tersebut.

Demetria mulai tersenyum dan berkata, "Kemarilah, ibu membawakan kamu cemilan kesukaanmu,"

Zeffrey menatap sejenak apa yang dilakukan ibunya lalu akhirnya mengangguk dan berjalan ke arah ibunya yang sedang menurunkan bawaannya ke atas meja.

Zeffrey duduk berhadapan dengan Demetria yang tersenyum dengan lembut.

Tetapi mata Demetria sedikit mendung saat menatap wajah merah Zeffrey dan sisa air mata di sudut matanya.

Demetria menggertakan alisnya sedih, "Maafkan, ibu..."

Zeffrey yang tertunduk merasa terkejut saat menatap ibunya yang meminta maaf.

"Apa? Kenapa ibu minta maaf?"

Demetria tersenyum dan meraih tangan anak laki-lakinya itu dan mengelusnya dengan lembut.

"Ibu sepertinya meninggikan suara di depanmu, Zeffy,"

Zeffy menggeleng membantah, "Tidak kok... Ini salahku karena menggangu si aneh eh, maksudku adikku saat tertidur,"

Demetria heran dan berkata, "Tapi bagaimana pun seharusnya ibu tidak meninggikan suara itu kepadamu,"

Zeffrey tersenyum lemah, "Tidak kok, Bu... Sama sekali tidak apa-apa. Hanya saja, itu..."

Demetria menatap putranya yang gugup dan bertanya, "Lalu, ada apa? Kenapa kamu langsung lari ke dalam rumah tadi?"

Zeffrey gugup dan menatap ibunya ragu-ragu.

"Itu... Tidak ada kok, Bu... Hanya sepertinya aku lelah dan ingin beristirahat,"

Demetria berkata dengan terus menatap putranya, "Zeffy, sepertinya ibu sudah pernah mengatakannya. Jika ada sesuatu lebih baik di bicarakan, benar begitu?"

Zeffrey mengangguk dan menatap Demetria sekali lagi.

Demetria yang melihat putranya ragu-ragu mulai membuka mulutnya dan bertanya, "Apakah ini tidak boleh ibu ketahui? Atau mungkin benar ibu dan ayahmu membuat kesalahan?"

Zeffrey menunduk, "Tidak, Bu. Hanya saja, ini pemikiran yang kekanak-kanakan..."

Demetria membuka mulutnya lalu menutupnya kembali.

Ia bingung melihat putranya yang tak pernah bersikap seperti ini.

Bagaimanapun Zeffrey adalah anak yang riang dan juga aktif.

Demetria menggenggam tangan Zeffrey lebih lembut, "Tapi putraku, wajar jika itu kekanak-kanakan. Kau masih kecil. Kau masih anak-anak, Zeffy,"

Zeffrey berkata dengan mata yang berbinar, "Tapi... Aku mendengarnya..."

Demetria memiringkan kepalanya sedikit, "Mendengarnya?"

Zeffrey mengangguk, "Iya... Katanya jika sudah memiliki adik. Itu tandanya sudah dewasa..."

Demetria mengerjapkan matanya berulang kali dan menatap putranya yang seperti akan menangis.

Zeffrey yang tidak mendengar tanggapan dari sang ibu melanjutkan pembicaraannya, "Dan karena aku sudah punya adik itu berarti bahwa aku sudah dewasa, Bu. Dan pemikiran aku ini tidak cocok untuk orang dewasa,"

Demetria, "Zeffy, bahkan jika kamu tumbuh lebih tinggi dari orangtuamu suatu hari nanti, ibumu ini akan selalu menganggap bahwa kamu adalah anak kecil,"

Demetria tersenyum dan melanjutkan, "Jadi... Di depan ibumu ini, ibu akan selalu mendengarkan pendapatmu meskipun menurutmu itu memalukan untuk dikatakan pada ibumu ini..."

"Ibu tidak mau, Zeffy memendam semuanya sendirian. Hanya karena sudah merasa dewasa, hm?"

Zeffrey melihat ibunya yang terus tersenyum bahkan jika ia membuat kesalahan sekalipun.

Zeffrey mulai berkata, "Ibu... Sebenarnya aku iri dengan Avy..."

Demetria tetap diam dan terus menggenggam tangan putranya tersebut.

"Sejak dia ada... Ibu dan ayah selalu bersamanya. Selalu... Aku seperti dilupakan..."

Demetria terkejut.

Dia tidak menyangka putranya akan merasa seperti itu.

Zeffrey mulai menangis, "A-aku pikir Ibu dan ayah lebih menyukainya di bandingkan aku..."

"Bahkan saat dia menangis, Ibu dan ayah akan langsung berlari untuk menghiburnya... Sedangkan aku... Aku tidak boleh menangis lagi karena sudah menjadi seorang kakak..."

Zeffrey menangis, ia mengusap wajahnya berulang kali agar tidak menangis di depan Demetria.

Demetria mendekatkan dirinya dan memeluk putranya yang baru berusia 6 tahun.

"Zeffy, putraku. Ibu minta maaf jika sampai membuatmu merasa begitu..."

"Ibu dan ayahmu langsung datang saat adikmu menangis itu karena... Adikmu sangatlah kecil, hal yang bisa ia lakukan juga terbatas,"

"Ia masih belum bisa mengatakan bahwa ia ingin apa. Adikmu belum bisa mengambil makanannya sendiri di dapur,"

"Bahkan, adikmu belum bisa tengkurap sendiri... Dia juga belum bisa berjalan dengan kedua kakinya,"

Zeffrey mengusap air yang mengalir dan terlihat termenung.

Demetria tetap berbicara, "Dia pasti sangat bosan di ranjangnya. Dia ingin berjalan-jalan dan melihat pepohonan seperti Zeffy,"

"Dia pasti juga ingin makan dan minum tanpa harus menangis terlebih dahulu untuk memberi tahu orang dewasa di sekitarnya,"

Demetria mengusap pipi putranya dan berbicara, "Zeffy, maafkan ibu dan ayahmu karena sampai membuatmu merasakan kesepian seperti itu..."

"Ibu minta maaf, karena ibu pun masih mencoba yang terbaik sebagai seorang ibu untukmu dan juga adikmu..."

"Ibu minta maaf karena ibu.."

"Akulah yang seharusnya minta maaf, Bu... Karena kupikir dia mencoba merebut semua yang kudapatkan dari ayah dan Ibu..."

Zeffrey tersenyum, "Seharusnya aku juga berbicara kepada ibu tentang masalah yang ku hadapi... Tidak sembarangan mengambil keputusan sendiri..."

Demetria menatap mata putranya yang berwarna emas nan jernih.

Mata yang sama seperti Cathan, suaminya.

Demetria tersenyum lemah dan berpikir, 'Putraku terlalu cepat untuk dewasa...'

Demetria mengelus rambut hitam Zeffrey dan berkata, "Ya, putraku..."

Demetria menggenggam tangan Zeffrey dan menatap matanya sambil berkata, "Sekarang... Kita sama-sama belajar bukan? Satu anggota keluarga telah datang..."

Zeffrey mengangguk dan berkata dengan semangat, "Iya, ibu... Aku akan mencoba yang terbaik untuk bisa membantu ayah dan Ibu dalam merawat si aneh, maksudku adikku itu.."

Demetria terkekeh dan berkata, "Baiklah... Ibu menantikan bagaimana kalian bisa menjadi saudara yang akur..."

"Tapi, Zeffy... Berhenti memanggil adikmu aneh,"

****

Terpopuler

Comments

Mikochan

Mikochan

Pengen punya ibu kyk Demetria🥺

2023-08-18

0

Camila Llajaruna Cornejo

Camila Llajaruna Cornejo

Enak banget karya ini, aku nggak sabar nunggu kelanjutannya!

2023-07-16

0

emi_sunflower_skr

emi_sunflower_skr

Terus menulis, jangan kapok ya thor!

2023-07-16

0

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1-Prolog
2 Chapter 2~ Terlahir
3 Chapter 3~ Perasaan Hangat
4 Chapter 4~Kakak Laki-laki
5 Chapter 5~ Kakak Laki-laki (2)
6 Chapter 6~ Mimpi
7 Chapter 7~ Ini Sangat Membingungkan
8 Chapter 8~ Selamat Malam, Adikku
9 Chapter 9~ Bersama Ibu
10 Chapter 10~ Bersama Ibu (2)
11 Chapter 11~ Aku Ingin Hidup
12 Chapter 12~ Pasar
13 Chapter 13~ Pengalihan
14 Chapter 14~ Pertemuan
15 Chapter 15~ Musuh
16 Chapter 16~ Musuh (2)
17 Chapter 17~ Menunggu
18 Chapter 18~ Terjebak di Gua
19 Chapter 19~ Kabar Buruk
20 Chapter 20~ Kabar Buruk (2)
21 Chapter 21~ Kabar Buruk (3)
22 Chapter 22~ Kabar Buruk (4)
23 Chapter 23~ Rencana
24 Chapter 24~ Rencana (2)
25 Chapter 25~ Jalan keluar
26 Chapter 26~ Jalan Keluar (2)
27 Chapter 27~ Jalan Keluar (3)
28 Chapter 28~ Keluar
29 Chapter 29~ Kekacauan
30 Chapter 30~ Kekacauan (2)
31 Chapter 31~ Kekacauan (3)
32 Chapter 32~ Datangnya Bahaya
33 Chapter 33~ Datangnya Bahaya (2)
34 Chapter 34~ Maverick
35 Chapter 35~ Siapa itu?
36 Chapter 36~ Persembunyian
37 Chapter 37~ Persembunyian (2)
38 Chapter 38~ Siapa Sebenarnya Kau?
39 Chapter 39~ Apakah kita bisa selamat?
40 Chapter 40~ Sihir Teleportasi
41 Chapter 41~ Pergi ke Balai Desa
42 Chapter 42~ Pergi ke Balai Desa (2)
43 Chapter 43~ Ketakutan dan Kecemasan
44 Chapter 44~ Ketakutan dan Kecemasan (2)
45 Chapter 45~ Penjelasan
46 Chapter 46~ Penjelasan (2)
47 Chapter 47~ Kenangan
48 Chapter 48~ Kontrak
49 Chapter 49~ Kontrak (2)
50 Chapter 50~ Erion
51 Chapter 51~Sebuah Mimpi
52 Chapter 52~ Seperti dalam Mimpi
53 Chapter 53~ Aku ingin berguna
54 Chapter 54
55 Chapter 55~ Gray
56 Chapter 56
57 Chapter 57
58 Chapter 58
Episodes

Updated 58 Episodes

1
Chapter 1-Prolog
2
Chapter 2~ Terlahir
3
Chapter 3~ Perasaan Hangat
4
Chapter 4~Kakak Laki-laki
5
Chapter 5~ Kakak Laki-laki (2)
6
Chapter 6~ Mimpi
7
Chapter 7~ Ini Sangat Membingungkan
8
Chapter 8~ Selamat Malam, Adikku
9
Chapter 9~ Bersama Ibu
10
Chapter 10~ Bersama Ibu (2)
11
Chapter 11~ Aku Ingin Hidup
12
Chapter 12~ Pasar
13
Chapter 13~ Pengalihan
14
Chapter 14~ Pertemuan
15
Chapter 15~ Musuh
16
Chapter 16~ Musuh (2)
17
Chapter 17~ Menunggu
18
Chapter 18~ Terjebak di Gua
19
Chapter 19~ Kabar Buruk
20
Chapter 20~ Kabar Buruk (2)
21
Chapter 21~ Kabar Buruk (3)
22
Chapter 22~ Kabar Buruk (4)
23
Chapter 23~ Rencana
24
Chapter 24~ Rencana (2)
25
Chapter 25~ Jalan keluar
26
Chapter 26~ Jalan Keluar (2)
27
Chapter 27~ Jalan Keluar (3)
28
Chapter 28~ Keluar
29
Chapter 29~ Kekacauan
30
Chapter 30~ Kekacauan (2)
31
Chapter 31~ Kekacauan (3)
32
Chapter 32~ Datangnya Bahaya
33
Chapter 33~ Datangnya Bahaya (2)
34
Chapter 34~ Maverick
35
Chapter 35~ Siapa itu?
36
Chapter 36~ Persembunyian
37
Chapter 37~ Persembunyian (2)
38
Chapter 38~ Siapa Sebenarnya Kau?
39
Chapter 39~ Apakah kita bisa selamat?
40
Chapter 40~ Sihir Teleportasi
41
Chapter 41~ Pergi ke Balai Desa
42
Chapter 42~ Pergi ke Balai Desa (2)
43
Chapter 43~ Ketakutan dan Kecemasan
44
Chapter 44~ Ketakutan dan Kecemasan (2)
45
Chapter 45~ Penjelasan
46
Chapter 46~ Penjelasan (2)
47
Chapter 47~ Kenangan
48
Chapter 48~ Kontrak
49
Chapter 49~ Kontrak (2)
50
Chapter 50~ Erion
51
Chapter 51~Sebuah Mimpi
52
Chapter 52~ Seperti dalam Mimpi
53
Chapter 53~ Aku ingin berguna
54
Chapter 54
55
Chapter 55~ Gray
56
Chapter 56
57
Chapter 57
58
Chapter 58

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!