Ruangan itu bernuansa kayu, sederhana namun hangat dan juga bersih.
Aroma bunga mawar tercium di seluruh ruangan.
Demetria sangat menyukai bunga, karena itulah ia sering memasang bunga dengan aroma yang wangi di setiap ruangan.
Khususnya ruangan yang menjadi kamar putra sulungnya, Zeffrey.
Meja dan kursi kayu berada dekat dengan jendela yang cukup untuk melihat pemandangan di luar ruangan.
Seorang anak laki-laki melipat tangannya dan menatap ke luar jendela dalam diam.
Di atas mejanya terdapat beberapa buku dengan sampul kulit yang terlihat kumal.
Tas kulit dan juga topi tergantung di tiang kayu.
"Tok.. tok... Tok..."
Anak laki-laki itu belum menyadarinya sebelum akhirnya ada suara wanita yang memanggil namanya.
"Zeffyku, bolehkah ibu masuk?"
Zeffrey terkejut dan mulai mengusap wajahnya dengan kasar.
Karena mengusap wajahnya dengan kasar, wajah Zeffrey mulai perlahan berubah menjadi merah.
Zeffrey menanggapi perkataan Demetria dengan gugup, "Ah, Ibu ... Silahkan ..."
Demetria masuk ke dalam ruangan yang merupakan kamar putra sulungnya, Zeffrey.
Di tangan Demetria terdapat nampan dengan satu cangkir berisi teh dan satu gelas berisi susu.
Di tengah-tengah nampan itu juga ada piring dengan beberapa biskuit dengan bentuk yang berbeda di dalamnya.
Demetria meletakkan nampan itu di atas meja yang berada di tengah-tengah ruangan tersebut.
Demetria mulai tersenyum dan berkata, "Kemarilah, ibu membawakan kamu cemilan kesukaanmu,"
Zeffrey menatap sejenak apa yang dilakukan ibunya lalu akhirnya mengangguk dan berjalan ke arah ibunya yang sedang menurunkan bawaannya ke atas meja.
Zeffrey duduk berhadapan dengan Demetria yang tersenyum dengan lembut.
Tetapi mata Demetria sedikit mendung saat menatap wajah merah Zeffrey dan sisa air mata di sudut matanya.
Demetria menggertakan alisnya sedih, "Maafkan, ibu..."
Zeffrey yang tertunduk merasa terkejut saat menatap ibunya yang meminta maaf.
"Apa? Kenapa ibu minta maaf?"
Demetria tersenyum dan meraih tangan anak laki-lakinya itu dan mengelusnya dengan lembut.
"Ibu sepertinya meninggikan suara di depanmu, Zeffy,"
Zeffy menggeleng membantah, "Tidak kok... Ini salahku karena menggangu si aneh eh, maksudku adikku saat tertidur,"
Demetria heran dan berkata, "Tapi bagaimana pun seharusnya ibu tidak meninggikan suara itu kepadamu,"
Zeffrey tersenyum lemah, "Tidak kok, Bu... Sama sekali tidak apa-apa. Hanya saja, itu..."
Demetria menatap putranya yang gugup dan bertanya, "Lalu, ada apa? Kenapa kamu langsung lari ke dalam rumah tadi?"
Zeffrey gugup dan menatap ibunya ragu-ragu.
"Itu... Tidak ada kok, Bu... Hanya sepertinya aku lelah dan ingin beristirahat,"
Demetria berkata dengan terus menatap putranya, "Zeffy, sepertinya ibu sudah pernah mengatakannya. Jika ada sesuatu lebih baik di bicarakan, benar begitu?"
Zeffrey mengangguk dan menatap Demetria sekali lagi.
Demetria yang melihat putranya ragu-ragu mulai membuka mulutnya dan bertanya, "Apakah ini tidak boleh ibu ketahui? Atau mungkin benar ibu dan ayahmu membuat kesalahan?"
Zeffrey menunduk, "Tidak, Bu. Hanya saja, ini pemikiran yang kekanak-kanakan..."
Demetria membuka mulutnya lalu menutupnya kembali.
Ia bingung melihat putranya yang tak pernah bersikap seperti ini.
Bagaimanapun Zeffrey adalah anak yang riang dan juga aktif.
Demetria menggenggam tangan Zeffrey lebih lembut, "Tapi putraku, wajar jika itu kekanak-kanakan. Kau masih kecil. Kau masih anak-anak, Zeffy,"
Zeffrey berkata dengan mata yang berbinar, "Tapi... Aku mendengarnya..."
Demetria memiringkan kepalanya sedikit, "Mendengarnya?"
Zeffrey mengangguk, "Iya... Katanya jika sudah memiliki adik. Itu tandanya sudah dewasa..."
Demetria mengerjapkan matanya berulang kali dan menatap putranya yang seperti akan menangis.
Zeffrey yang tidak mendengar tanggapan dari sang ibu melanjutkan pembicaraannya, "Dan karena aku sudah punya adik itu berarti bahwa aku sudah dewasa, Bu. Dan pemikiran aku ini tidak cocok untuk orang dewasa,"
Demetria, "Zeffy, bahkan jika kamu tumbuh lebih tinggi dari orangtuamu suatu hari nanti, ibumu ini akan selalu menganggap bahwa kamu adalah anak kecil,"
Demetria tersenyum dan melanjutkan, "Jadi... Di depan ibumu ini, ibu akan selalu mendengarkan pendapatmu meskipun menurutmu itu memalukan untuk dikatakan pada ibumu ini..."
"Ibu tidak mau, Zeffy memendam semuanya sendirian. Hanya karena sudah merasa dewasa, hm?"
Zeffrey melihat ibunya yang terus tersenyum bahkan jika ia membuat kesalahan sekalipun.
Zeffrey mulai berkata, "Ibu... Sebenarnya aku iri dengan Avy..."
Demetria tetap diam dan terus menggenggam tangan putranya tersebut.
"Sejak dia ada... Ibu dan ayah selalu bersamanya. Selalu... Aku seperti dilupakan..."
Demetria terkejut.
Dia tidak menyangka putranya akan merasa seperti itu.
Zeffrey mulai menangis, "A-aku pikir Ibu dan ayah lebih menyukainya di bandingkan aku..."
"Bahkan saat dia menangis, Ibu dan ayah akan langsung berlari untuk menghiburnya... Sedangkan aku... Aku tidak boleh menangis lagi karena sudah menjadi seorang kakak..."
Zeffrey menangis, ia mengusap wajahnya berulang kali agar tidak menangis di depan Demetria.
Demetria mendekatkan dirinya dan memeluk putranya yang baru berusia 6 tahun.
"Zeffy, putraku. Ibu minta maaf jika sampai membuatmu merasa begitu..."
"Ibu dan ayahmu langsung datang saat adikmu menangis itu karena... Adikmu sangatlah kecil, hal yang bisa ia lakukan juga terbatas,"
"Ia masih belum bisa mengatakan bahwa ia ingin apa. Adikmu belum bisa mengambil makanannya sendiri di dapur,"
"Bahkan, adikmu belum bisa tengkurap sendiri... Dia juga belum bisa berjalan dengan kedua kakinya,"
Zeffrey mengusap air yang mengalir dan terlihat termenung.
Demetria tetap berbicara, "Dia pasti sangat bosan di ranjangnya. Dia ingin berjalan-jalan dan melihat pepohonan seperti Zeffy,"
"Dia pasti juga ingin makan dan minum tanpa harus menangis terlebih dahulu untuk memberi tahu orang dewasa di sekitarnya,"
Demetria mengusap pipi putranya dan berbicara, "Zeffy, maafkan ibu dan ayahmu karena sampai membuatmu merasakan kesepian seperti itu..."
"Ibu minta maaf, karena ibu pun masih mencoba yang terbaik sebagai seorang ibu untukmu dan juga adikmu..."
"Ibu minta maaf karena ibu.."
"Akulah yang seharusnya minta maaf, Bu... Karena kupikir dia mencoba merebut semua yang kudapatkan dari ayah dan Ibu..."
Zeffrey tersenyum, "Seharusnya aku juga berbicara kepada ibu tentang masalah yang ku hadapi... Tidak sembarangan mengambil keputusan sendiri..."
Demetria menatap mata putranya yang berwarna emas nan jernih.
Mata yang sama seperti Cathan, suaminya.
Demetria tersenyum lemah dan berpikir, 'Putraku terlalu cepat untuk dewasa...'
Demetria mengelus rambut hitam Zeffrey dan berkata, "Ya, putraku..."
Demetria menggenggam tangan Zeffrey dan menatap matanya sambil berkata, "Sekarang... Kita sama-sama belajar bukan? Satu anggota keluarga telah datang..."
Zeffrey mengangguk dan berkata dengan semangat, "Iya, ibu... Aku akan mencoba yang terbaik untuk bisa membantu ayah dan Ibu dalam merawat si aneh, maksudku adikku itu.."
Demetria terkekeh dan berkata, "Baiklah... Ibu menantikan bagaimana kalian bisa menjadi saudara yang akur..."
"Tapi, Zeffy... Berhenti memanggil adikmu aneh,"
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Mikochan
Pengen punya ibu kyk Demetria🥺
2023-08-18
0
Camila Llajaruna Cornejo
Enak banget karya ini, aku nggak sabar nunggu kelanjutannya!
2023-07-16
0
emi_sunflower_skr
Terus menulis, jangan kapok ya thor!
2023-07-16
0