Tempat ini gelap.
Tidak ada cahaya sedikitpun di dalamnya.
Sama seperti tempat sebelumnya, hanya saja kehangatan di tempat ini benar-benar berbeda.
Ada suara bisik-bisik samar.
Dan pada suatu waktu suara itu terdengar jelas.
Suara ketukan yang terdengar jelas, suara yang seperti aliran air sungai, dan mungkin suara orang berbicara.
Elusan yang tak terlalu berasa pada awalnya menjadi terasa setelah beberapa waktu berada di tempat ini.
Kadang marah, kadang kesal, kadang bahagia, dan juga kadang sedih.
Emosi ini sering muncul tanpa diketahui penyebabnya.
Hanya gelap dan hangat yang dirasakan.
Tapi terasa seperti hidup.
Entah berapa lama berada di dalam tempat ini dan akhirnya untuk pertama kalinya dapat melihat cahaya.
Awalnya samar dan itu menyakitkan.
Ada banyak suara dalam satu waktu setelah keluar dari tempat gelap itu.
Yang membuat sangat terkejut adalah suara keras yang entah dari mana.
Ayunan pelan dan juga belaian penuh hangat membuat ini sedikit menyenangkan.
Sudah lama tak merasakannya.
Perasaan ini.
"Avyanna..."
Wajah seseorang terpantul, dibutuhkan banyak usaha untuk dapat melihatnya dengan jelas.
"Avyanna..."
Suara lainnya menyebut kata itu bergantian.
Membuat sebuah perasaan terbentuk saat itu.
"Putri kami yang berharga..."
***
Itu sangat melelahkan saat harus mulai menangis untuk hal-hal kecil sekalipun.
Saat mulai merasa kotor di bagian bawah.
Di saat tidak ada yang mengajak berbicara.
Saat merasa sangat haus dan lapar.
Punggung yang sakit karena terus menerus berbaring tanpa melakukan apapun.
Agar diperhatikan, hanya ada satu jawaban.
Yaitu menangis.
Entah apa yang harus dilakukan selain hal tersebut.
Membalikkan badan saja tidak mampu.
Mata bewarna emas yang jernih mengedipkan matanya berulang kali.
Ia sudah mulai terbiasa sekarang.
Matanya menatap mainan baru di atasnya.
Dia sudah lelah menangis dan juga sudah tertidur lelap tadi.
Kini ia terbangun dan mendapati bahwa mainannya telah berubah.
"Haah..."
Sudah seminggu lebih ia telah berada di tempat ini.
Tidak tahu tepatnya berapa lama, tapi ia menghitung berapa kali malam berganti.
Dengan cahaya lentera yang menghiasi ruangannya.
Dengan berapa kali orang lain masuk hanya untuk melihatnya.
Ia dapat menghitung berapa waktu yang ia habiskan di sini.
Setelah keluar dari tempat gelap tapi tempat itu terasa sangat hangat.
"Abaaa..."
Saat ia mulai berbicara hanya suara bayi yang keluar.
'Ck. Tentu saja suara bayi yang keluar,'
Pemilik mata emas itu mengangkat tangannya mencoba untuk meraih mainan barunya.
Ia mulai mencoba untuk menyebutkan sesuatu di dalam pikirannya.
'Avyanna...'
Ia menggumamkan nama miliknya di dalam hatinya.
'Nama yang indah...'
Pemilik mata emas itu bernama Avyanna.
Nama yang indah itu di berikan oleh orangtuanya di dunia ini.
Saat ia mulai merasakan bahwa tangannya terasa sakit.
Akhirnya ia mulai menyerah untuk meraih mainan baru di atasnya dan mulai terbaring pasrah.
Saat tiba-tiba...
"Hoeekkkkk!!!!"
'Menjadi bayi sangat tidak seru!'
Dimana tiba-tiba saja bagian bawahnya terasa basah dan lembap tanpa sadar.
Avyanna mulai menangis dengan sangat keras.
Tenggorokannya sakit tapi jika dia tidak menangis mungkin saja bagian bawahnya akan di hinggapi hewan-hewan penyuka bau amis.
'Hahaha... Sebenarnya tidak mungkin juga sih,'
Avyanna mulai menaikan oktaf suaranya, "Hooekkkk! Hoeekkkk!!"
"Avyku? Ada apa sayang?"
Pintu terbuka bersamaan dengan wanita yang memegang keranjang di tangannya.
"Waaa... Bwaaa...bbwaawa..."
'Celanaku basah... Celanaku basah!!'
Melihat Demetria masuk, mata Avyanna mulai berbinar terang dan mulai berhenti menangis.
Dan akhirnya mulai mengoceh.
Avyanna ingin memberitahukan bahwa di bagian bawahnya sepertinya ia membuang kotoran tanpa sadar lagi.
Tetapi tidak tahu bagaimana caranya untuk memberitahukannya dengan baik dan benar di tubuh bayi.
Demetria tersenyum saat melihat Avyanna mengangkat kedua tangannya untuk meraih tangan Demetria, "Avyku selalu bersemangat ya,"
Demetria memasang wajah yang ceria dan hangat setiap harinya meskipun Avyanna selalu menangis.
Avyanna pasti merasa bahwa itu sangat menjengkelkan untuk mendengar suara tangis bayi setiap waktu.
Dalam hati Avyanna tersenyum penuh haru.
'Inilah cinta seorang ibu!'
Demetria mulai dengan cekatan mengangkat tubuh Avyanna yang kecil dan mengganti celananya.
Avyanna memasukkan jari mungilnya ke dalam mulut sambil memperhatikan wajah sang ibu.
'Cantik dan juga...'
"Sudah selesai! Avyku, bagaimana jika kita berkeliling sebentar?"
Demetria juga memasukkan susu dalam botol dot lalu memberikannya kepada Avyanna.
Avyanna menerimanya dengan senang hati.
Menatap senyum Demetria membuat Avyanna tersipu dalam wajah bentuk bayi sambil terus menghisap susu dalam botol dot.
'Elegan sekali!!'
Demetria mengangkat tubuh Avyanna dan membawanya dalam pelukan hangat.
Demetria menggendongnya dan menepuk-nepuk punggung Avyanna dengan lembut.
"Ibu rasa Avy sangat bosan di dalam kamar terus kan? Karena itu ibu harus membawa Avy untuk melihat sinar matahari pagi,"
Avyanna hanya diam-diam mengamati sekitar dengan pengelihatannya yang masih kurang leluasa.
"Ayahmu dan kakakmu masih berada di menara, mungkin karena itu mereka akan kembali terlambat,"
Demetria membawa Avyanna berkeliling di sekitar rumah saja.
Hari itu matahari bersinar terang tapi rasanya hangat dengan tiupan angin kecil-kecil disekitar Demetria dan juga Avyanna.
Suara kicauan burung-burung di dahan pepohonan yang hijau dan dedaunan yang menari-nari tertiup oleh angin.
Dan Demetria yang bersenandung sambil mengayunkan pelan tubuh Avyanna.
"Baaabaa... Bwaababa... Ababa..."
'Perasaan ini sangat menyenangkan...'
Demetria terkekeh, "Heh? Avyku, apakah kamu mencoba menirukan ibu bernyanyi?"
Avyanna awalnya bingung tapi hanya tertawa kecil untuk menanggapi perkataan Demetria.
Dan Demetria membalas dengan senyum kecil dan mulai bersenandung lagi.
Senandungnya yang membuat perasaan Avyanna menjadi sangat nyaman.
Demetria hanya mengelilingi rumah beberapa kali.
Demetria juga menunjukkan pohon, bunga, dan burung-burung yang sedang mematuk biji-bijian di tanah.
Ia berbicara kepada Avyanna yang terlihat takjub dengan semuanya.
"Baaaa... Bwaababa... Abaa!"
'Sudah lama tidak melihat burung!'
Beberapa orang banyak yang menyapa Demetria dan mendekatinya untuk sekedar menyapa si kecil di dalam pelukannya.
"Bwawawa.... Baaa... Bwaaa,"
'Ternyata banyak juga ya orang-orangnya,'
Entah berapa kali Demetria mengelilingi rumah, sambil terus berbicara hal-hal yang kami temui di sepanjang berkeliling.
Ia akhirnya duduk di sebuah kursi kayu di dekat pohon dan terdiam sejenak.
Avyanna yang berada dalam pelukannya menatap ke arah mata biru ibunya dalam diam.
Mata itu sangat teduh.
Demetria tersenyum dan berbicara, "Ibumu ini merasa hidupnya sudah sangat bahagia..."
Avyanna hanya menatap Demetria yang berbicara tanpa mengalihkan pandangannya.
"Ibu juga akan berusaha untuk membuat Avy bahagia..."
Demetria menatap bayi yang ada dalam pelukannya, "Ibu ingin menciptakan rumah untuk Avy, Zeffy, dan juga Ayah..."
"Sebuah tempat dimana ibu akan selalu di sebut sebagai rumah untuk kalian bertiga,"
Avyanna terkejut sejenak saat merasakan aliran hangat yang mengalir dari hatinya.
Demetria tersenyum dan mengelus pipi Avyanna.
Demetria mulai bersenandung kembali di temani dengan burung-burung yang berkicau.
Dan Avyanna hanya bisa terdiam menikmati semua itu dengan perasaan hangat.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Coralfanartkpopoaf
Gila aktor utamanya cakep bangeeet, cepetan thor update lagi please!
2023-07-13
1
Su kem
Masih belum update nih thor? Padahal aku sudah nggak sabar ingin tahu kelanjutan ceritanya.
2023-07-13
0
Duane
Buku-buku sebelumnya sudah seru, tapi yang ini bikin aku ngerasa emosi banget.
2023-07-13
0