I Became A Child Of Wizarding Family
Bulan...
Bintang...
Dan itu seperti...
Burung?
Mata emas yang jernih mengedipkan matanya berulang kali dan memejamkan matanya sebentar.
Ia membuka matanya, lalu menatap lekat mainan dengan bentuk baru di atasnya.
Ia menghela nafas, "Huuh ..."
Tatapannya terlihat tertarik tapi berganti lagi dengan rasa bosan yang tak dapat diungkapkan.
Pemilik mata emas itu hanya diam dan menatap langit-langit yang sama untuk kesekian kalinya.
Setelah itu, ia menggenggam tangannya dan mengangkatnya ke atas.
Dan kemudian...
"Hoeekkkkk!!! Hoeekkkk!!!"
Bantingan pintu yang terbuka membuat suasana ruangan itu sejenak hening dan mulai dipenuhi dengan suara tangisan kembali.
"Cup, cup, putriku sayang... Apa kau lapar?"
Wanita yang baru saja masuk ke ruangan tersebut dengan sigap menggendong tubuh kecil dan ringkih ke dalam pelukannya.
Wanita itu mengayunkan dan bernada untuk menenangkan.
"Putriku sayang? Ada apa? Mengapa kau menangis?"
Wanita itu memasang wajah khawatir dan menatap lekat wajah pemilik tubuh kecil tersebut.
"Hoeekkkk!!!"
Wanita itu membaringkan tubuh kecil kembali kedalam ranjang kayu dengan mainan tergantung di atasnya.
Wanita itu mulai membuka celana sembari berkata, "Putriku, bahkan celanamu juga tidak kotor,"
Wanita membenarkan pakaiannya dan menggendongkan kembali tubuh yang ia panggil putrinya tersebut.
"Hoeekkkkk! Hoeek!!"
Tetapi, putrinya itu tidak berhenti menangis.
Wajah wanita itu semakin khawatir, ia terus bersenandung untuk menghibur putrinya.
Wanita itu mulai mengayunkan tangannya keatas dan muncul sekilat cahaya melintasi mata putrinya.
Kedua mata emas milik putri wanita tersebut melebar, menandakan bahwa ia sangat tertarik.
Wanita itu tersenyum kecil, "Hehe... Sepertinya putriku sangat menyukainya?"
Wanita itu mulai mengayunkan tangannya dengan ujung-ujung jarinya yang terus mengeluarkan cahaya.
Mata emas putrinya berbinar-binar penuh dengan semangat.
Suara gelak tawa khas bayi keluar dari mulutnya yang kecil dengan pipinya yang gembul naik turun bersemangat.
Cahaya yang menyilaukan dan suara tawa memenuhi ruangan sederhana tersebut.
Putri wanita itu tertidur dalam pelukan sang ibu.
Wanita itu membaringkan bayinya di atas ranjang lagi dan terus bersenandung.
Ia juga menepuk-nepuk perlahan tubuh putrinya, hingga putrinya itu tertidur pulas.
"Aku mendengar bahwa putri kita menangis? Apakah benar?"
Wanita itu terdiam sejenak, lalu ia mengalihkan pandangan kepada seorang pria tegap yang berdiri di depan ruangan tersebut.
Wanita itu meletakkan jari telunjuknya di depan bibirnya yang mengerucut, "Ssttttt... Tolong jangan berisik, Cathy,"
Pria itu menatap dengan khawatir, "Tapi, Demy... Putri kita... Putri kita..."
Wanita itu menatap tajam dan mengucapkan hal yang sama seperti sebelumnya, "Sttttt! Aku kan sudah bilang padamu untuk jangan berisik..."
Wanita itu kembali menatap putrinya dengan senyum kecil, tapi tidak dengan matanya yang mendung.
Pria itu entah mengapa meneteskan air mata dan wanita itu hanya mengabaikannya dan tetap menatap putri kecilnya itu di dalam pelukannya.
"Ia baru saja tertidur..."
***
Suara bisik-bisik yang terdengar asing terus mengganggu saat terlelap.
Ditempat yang seperti ini, suara-suara yang semakin lama semakin terdengar jauh seperti menyanyikan lagu tidur.
Itu gelap.
Tapi di dalam kegelapan itu, seseorang meringkukan tubuhnya seperti sebuah perlindungan.
'Apakah hangat?'
"..."
Tidak ada jawaban yang terdengar.
'Hmmm... Apakah kau merasa nyaman?'
"..."
Tetap tidak ada jawaban yang terdengar.
Suara itu tidak menyerah tetapi menjadi hening sejenak.
Dan akhirnya berbicara untuk waktu yang lama.
'Apa kau yakin bahwa kau tak mau keluar?'
"..."
'Atau kau akan terus seperti ini? Mengapa?'
"..."
'Meskipun begitu, aku sudah memberikanmu sebuah kesempatan,'
"..."
"Kesempatan yang baik bukankah harus di gunakan dengan baik?"
"..."
Tapi suara itu tidak terlihat jengkel, ia terus berbicara hingga akhirnya seseorang yang meringkuk itu menggerakkan jarinya.
Ia perlahan membuka matanya dan berkata dengan suara yang serak, "Bukankah disini lebih baik?"
Suara itu berkata, 'Kenapa tidak mencobanya untuk keluar sekali?'
Seseorang yang meringkuk itu menatap kegelapan di depannya dan berkata dengan murung, "Apakah anda ingin saya menghadapi sesuatu yang disebut 'kehidupan' lagi? Itu menyakitkan,"
Suara terkekeh dan mulai melembutkan suaranya, 'Oh, anakku... Di tempat yang tidak apa-apanya ini apa yang kau harapkan?'
Seseorang yang meringkuk itu berkata, "Memang tidak ada apapun, tapi... Bukankah ada anda disini?"
"..."
Suara itu tidak menjawab.
Mungkin suara itu bingung ingin menanggapi seperti apa.
Tempat tersebut sangat gelap dimana tidak ada cahaya yang menebus.
Ditambah dengan keheningan panjang di antara dua mahkluk tersebut.
Entah, apakah mereka bisa disebut sebagai mahkluk?
Tidak ada sedikitpun perasaan kehidupan di antara mereka.
Seperti mereka sudah dari awal tak memilikinya di sini.
Itu hening untuk sementara waktu.
Dan untuk waktu yang lama, suara itu terdengar lagi lalu berkata, 'Anakku... Kenapa kau tak mencobanya sekali? Aku... Tidak! Kau harus mencoba lagi, mungkin 'kehidupan' kali ini akan berbeda!'
Seseorang yang meringkuk itu menghela napas dengan berat, "Entah mengapa, saya merasa bahwa anda sedang mengusir saya,"
"Apa ini hanya perasaan saya?"
Suara itu berkata dengan suara yang lebih berat, 'Anakku... Kurasa kau harus...'
Seseorang yang meringkuk itu memaksakan tubuhnya untuk berdiri.
Ia sudah sangat lama meringkuk di dalam kegelapan ini.
Dan sudah sangat lama juga mendengar ocehan dari suara yang entah dari mana asalnya, yang terus memintanya untuk mencoba kembali 'kehidupan' lain.
Seseorang yang meringkuk itu mulai menjawab dengan tegas, ia menatap kegelapan yang tak tersentuh di depannya, "Baiklah, saya akan pergi..."
Suara itu terdengar girang, ia berteriak dan mulai mengeluarkan suara yang jauh lebih aneh yang memenuhi tempat tersebut.
Seseorang yang meringkuk tersebut tidak mendengar suara lain selain suara heboh di sekitarnya.
'Anakku...'
Saat mendengar suara itu, seketika cahaya menyelimuti seseorang yang meringkuk tersebut.
Karena baru melihat cahaya sejak lama, mata seseorang yang meringkuk tersebut seketika sakit.
'Hiduplah...'
Seseorang yang meringkuk itu memegangi matanya dan ia dapat merasakan bahwa ia mulai menangis.
'Kumohon...'
Seseorang yang meringkuk merasakan bahwa tubuhnya seperti terangkat.
'Nak, Hiduplah dengan...'
Tubuhnya merasakan rasa dingin yang luar biasa dan perlahan berubah menjadi panas.
'Bahagia!"
Seseorang yang meringkuk itu mulai terangkat sangat tinggi. Ia juga mendengar beberapa bisikan dengan suara yang berbeda-beda.
Setelah mendengar suara-suara itu, seseorang yang meringkuk itu mengalami penyusutan.
Air mata mengalir deras di kedua pipinya.
Ia tidak merasakan sakit tetapi entah mengapa ia merasa sangat sedih.
Seseorang yang meringkuk itu kembali meringkuk dan seperti berada di tempat yang hangat.
Tapi kehangatan yang ia rasakan berbeda saat berada di tempat sebelumnya.
Tidak ada lagi suara yang menggangunya dan terus memintanya untuk mencoba 'kehidupan' lagi.
Entah kenapa...
"Aku mulai merindukannya..."
Seseorang yang meringkuk itu mulai memejamkan matanya kembali.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 58 Episodes
Comments
Zolojulo
Semangattt terus, thorr...
Mampir ya
2023-07-20
0
ˢⁱᵐᵖ 2ᴅ
Ga nyangka bisa terkena hook dari karya ini. Jempol atas buat author!
2023-07-13
0
Girl lạnh lùng
Bikin galau.
2023-07-13
0