Ryan pergi ke sebuah lapangan bola yang tak jauh dari rumahnya. Ryan berteriak dengan sekencang kencangnya, menyugar rambutnya. hatinya sungguh sesak, dia penuh dengan dilema.
Di satu sisi dia sangat menyayangi ibunya, dan beliau adalah ibu yang terbaik untuknya, jadi dia. Di satu pihak, dia menjelma menjadi seorang iblis yang bahkan sangat kejam.
Ryan pulang dengan lesu, langsung menuju ke kamarnya, mandi dengan air dingin supaya otaknya adem.
Sementara Fani, tengah malam baru sadar dia merasa dingin dan basah di sekitar tubuhnya.
"Ya Allah dosa apakah yang sudah aku perbuat padamu, sehingga hukuman sebarat ini kau kirim padaku, ya aku sadar kalau aku banyak dosa, tapi beri kesempatan padaku untuk bertaubat dan lepaskan aku dari neraka ini, hiks hiks!"
Fani mencoba untuk bangun , tapi dia sudah tidak kuat lagi, rasanya tulang kakinya sudah pergi, rasa sakit yang luar biasa yang dia rasakan saat ini.
Fani mencoba merangkak di lantai kamar mandi yang basah tersebut menuju ke pintu, tapi ternyata pintu tersebut tidak bisa di buka, pintu itu terkunci dengan rapat.
Fani kembali ambruk dan meringkuk di pojok kamar mandi tersebut, lalu dia mencari tempat yang kering, tidur sambil bersandar tembok.
"Besok aku harus bisa keluar dari tempat ini, dan melaporkan semua kepada yang berwajib, para psychopath itu harus di hukum" batin Fani.
🌷🌷🌷
Malam kelam dan dingin berubah menjadi pagi yang cerah, burung-burung sudah berkicau di sekitar rumah Ryan. Bu Diana yang sudah bangun duluan bergegas memeriksa kamar mandi, apakah menantunya itu masih hidup atau sudah tiada.
"Oh iya, bagaimana perempuan itu apakah masih hidup atau mati ya?" gumam Diana.
Diana mencari kunci kamar mandinya dan membukanya dengan perlahan, dia tidak melihat Fani di bawah kran kamar mandi tersebut.
Diana memeriksanya dan melihat tubuh Fani yang meringkuk kedinginan di belakang pintu, tubuh mungil tersebut menggigil.
Bu Diana bergidik jijik melihat penampakan Fani saat ini. Dia bagaikan seekor tikus kecebur got, badannya lusuh, bau, bahkan banyak luka.
"Mama, papa jemput aku! " Fani mengigau dan berbicara dengan lirih sekali, memanggil nama mama dan papanya.
Diana mengambil seember air dan menggugurkannya di tubuh Fani. Gadis itu kaget dan terbangun dari mimpinya. Tadi dia bermimpi bertemu dengan mama dan papanya, hingga mengigau.
"Bagus ya, jam segini masih tidur, enak? dingin dan tak perlu pakai Ace" Sindir Diana.
" Ampun nyonya, boleh tidak saya istirahat sebentar saja! atau beri saya obat nyonya ! " tidak ada obat -obat. Sekarang kamu bersihkan seluruh rumah ini! paling utama dapur dan ruang makan, disana yang paling kotor." Bu Diana langsung memberikan pekerjaan.
Fani masih belum kuat untuk berdiri, dia benar-benar lemah. Akan tetapi Diana yang sudah tidak sabar dan ingin ke kamar mandi, dia langsung menarik tangan Fani keluar.
" Ampun nyonya, paling tidak beri saya makan! dari kemaren siang Fani belum makan, atau biarkan saya bersihkan tubuh saya serta berganti pakaian!" mohon Fani.
" Ah jangan banyak cing cong, sana bersihkan dulu rumah ini! baru kau dapat jatah makan." kata Diana. Perempuan paruh baya tersebut menutup pintu kamar mandi dengan kencang.
Fani merangkak untuk bisa sampai di luar kamar mertuanya. Dia berusaha menemukan kain pel dan sapu, dia bagaikan bayi yang belum bisa berjalan. Mengepel sambil merangkak.
Fani memulai pekerjaannya dari dapur, karena tempat itu yang akan terpakai lebih dulu, Fani bahkan membasahi lantai rumah Ryan dengan air matanya.
Fani sudah bagaikan seorang budak yang baru di beli tuannya, ibaratnya mahar yang di berikan Ryan padanya adalah harga lelang untuk Fani. Uang mahar itupun, Fani tak tahu lagi ada di mana, bahkan semua barang- barang yang dia bawa dari rumah papanya, entah dimana tempatnya.
" Hei kau, hari ini kau tidak perlu memasak! bisa bisa kami keracunan akibat memakan masakan kamu, jadi bereskan saja semua ruangan yang ada di rumah ini! "
Diana langsung menuju ke dapur untuk membuat sarapan, tapi ada catatannya, Sarapan yang dia buat hanya untuk dirinya dan Ryan, kecuali kalau mereka tidak menghabiskannya.
Pagi ini, Ryan mendapatkan telpon dari mertuanya, beliau minta Ryan dan Fani untuk datang ke kantornya, ada hal yang harus dia bicarakan pada sepasang pengantin baru itu.
" ... "
" Iya pa, tapi saya hari ini masih cuti. Apa tidak bisa di tunda dulu?" Jawab Ryan di telpon.
Raffi juga menanyakan dimana putrinya saat ini berada, bahkan menanyakan kabar Diana, besannya. " (... ) Raffi
"Fani masih tidur pa, maaf sepertinya dia masih kelelahan, Ryan tidak tega membangunkannya, ibu juga jauh lebih baik dari kemarin," Jawab Ryan. Dia berbohong tentang keberadaan Fani saat ini.
Rafli menutup sambungan telponnya, dan meminta anak serta menantunya datang ke Kantor.
Ryan mendesah perlahan dan menyugar rambutnya dengan kedua tangan.
"Maaf tuan, saya sudah membohongi anda tentang Fani.'' gumam Ryan.
Ryan segera bangkit dari ranjangnya, lalu membersihkan dirinya.
" Dimana si nona itu tidur tadi malam? setelah aku cambuk suaranya hilang sampai sekarang.'' batin Ryan saat ini.
Ryan keluar dari kamarnya setelah semua beres, begitu pintu kamar di buka, dia di suguhkan sebuah pemandangan yang memilukan.
Ryan menyaksikan Fani mengepel rumahnya dengan kedua tangannya sendiri dengan kain lap ditambah dasternya yang belum ganti dari kemarin. Bukan hanya itu saja, Ryan melihat Fani mengesot, sebentar-sebentar dia menyeka dahinya. Keringat dingin terus bercucuran.
Ryan sebenarnya merasa iba, tapi dia segera tepis perasaan tersebut, mamanya selalu menegaskan kalau dia tidak boleh lengah, apalagi Menggunakan perasaan. Rasa dendam dan hormat pada orang tuanya mengalahkan rasa iba maupun perasaannya. Gadis cantik itu berubah drastis dalam semalam.
Senyum manis dan manja itu, berubah menjadi mendung bahkan hujan yang deras.
Ryan segera berlalu bahkan menganggap Fani seolah olah tidak ada. Ryan segera menemui ibunya yang sedang menata Nasi goreng untuk mereka.
" Ma Ryan pergi dulu.'' pamit Ryan.
" Mau kemana kau? pagi pagi sudah rapi saja, bukannya masih cuti?" Tanya Diana dengan heran.
" Ada urusan penting sebentar ma, oh ya ingat beri makan itu mainan mama! kalau dia kelaparan dan mati bagaimana? Mama mau masuk ke penjara?" Ryan mengingatkan Mamanya untuk tidak lupa memberi Fani makan.
" Iya, jangan khawatir, tidak sarapan dulu, sayang? Mama membuat nasi goreng kesukaan kamu tadi." kata Diana.
" Nanti saja, Ryan buru-buru nih"
Ryan langsung pamit, mencium tangan ibunya, baru meninggalkan rumahnya. Ryan mengemudikan mobilnya ke kantor memenuhi panggilan sang mertua.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
guntur 1609
nanti kalau kau sdh keluar buat lumpuh ryan sm diana. biarbmereka tahu juga bagaimana rasanya hidup tersiksa. dan jangan mudah memaafkan mereka. mereka sungguh biadab
2024-09-02
0
Ilham Risa
kamu bakal nyesel Ryan
2023-08-24
2
Mama AldyNovi
nanti malah nyesel berat lho pas tau ternyata emak lu yg pnjahatnya
2023-07-17
2