Ryan beranjak dari ranjang setan tersebut, memunguti semua pakaiannya, lalu beranjak ke kamar mandi. Tanpa mempedulikan bagaimana keadaan Fani yang kacau dan hancur tersebut.
Tidak ada malam pertama yang romantis dan hangat, tidak ada suara ******* yang menggema di kamar pengantin mereka, yang ada hanya jeritan dan rintihan dari Fani.
Air mata terus mengalir dari matanya, bahkan tubuh polosnya masih dibiarkan saja, tangan Fani masih terikat di atas. "Pa, apakah ini yang papa bilang baik dan tanggung jawab, hiks hiks, aku hancur pa aku kotor, tolong Fani pa!" Fani bicara sendiri dirinya sudah hancur, dihancurkan oleh sebuah ikatan yang dinamakan pernikahan, tapi bukan ini yang Fani inginkan dari ikatan ini.
Di rumah mewah milik Raffi, pria paruh baya tersebut seperti merasakan apa yang saat ini putrinya rasakan, dia tanpa sengaja menjatuhkan gelas yang dipegangnya.
Pyaar
Dadanya berdetak dengan keras, was-was, khawatir semua jadi satu. "Ada firasat apa ini?" Raffi mengelus dadanya berulang kali, tapi dia segera menepis semua yang dia pikirkan dan mendoakan anak-anaknya selamat.
Kembali di rumah Ryan, pemuda tersebut keluar dari kamar setelah membersihkan dirinya, soal Fani biar ibunya yang mengurus selanjutnya.
"Kemana dia? Seenaknya pergi begitu saja tanpa menolongku, setidaknya tutuplah tubuhku yang kotor ini, atau lepaskan ikatan tangan ini!" ujar Fani , dia hanya bisa memandang punggung suaminya yang keluar kamar.
Tak lama kemudian masuklah sosok perempuan paruh baya ke dalam, dia adalah Diana ibu dari Ryan. Perempuan itu tertawa sinis dan jijik melihat pemandangan di depannya tersebut.
"Dasar jalank, lihatlah dia sungguh tidak tahu malu! Mengumbar tubuh polosnya ini di sini, tak akan laku. Meski kau merayu Ryan dengan usahamu, dia tidak akan tertipu, dia hanya menganggap dirimu layaknya pe lacur yang memuaskan dirinya, hahaha," Kata Diana.
Seorang ibu apakah pantas mengucapkan kata kata-kata seperti itu terhadap menantunya. Seorang ibu seharusnya menasehati putranya yang tersesat, tapi tidak untuk Diana, dia malah mengompori anaknya.
Diana melempar sebuah daster lusuh ke atas tubuh polos Fani, lalu melepas ikatan tangan Fani dengan kasar. "Ternyata di jaman sekarang ini, ada juga ya perempuan yang masih di segel, untung anakku dapatnya yang bukan model bolongan," kata Diana, tersenyum tipis.
Diana kembali melihat Fani yang tergeletak lemah tanpa daya, dia tidak boleh iba atau kasihan. Tujuannya sudah bulat dan tidak boleh berhenti di tengah jalan.
" Bangun! Pakai baju itu lalu siapkan makan malam! " Perintah Diana dengan kasar.
" Tapi ma, badan Fani sakit semua ma, tidak bisa kah Fani istirahat, Ryan sudah memperlakukan Fani dengan kasar, Ma? '' Fani meminta waktu untuk istirahat sebentar walau hanya untuk membersihkan diri.
" Apa kamu bilang, Ma? dengar tidak ada kata istirahat, enak saja jam berapa ini sekarang mentang-mentang anak orang kaya lalu maunya manja, di ladeni begitu!"' bentak Diana.
" Ma, sebenarnya apa salah Fani dan papa ma, sehingga kalian melakukan ini padaku?" Tanya Fani. Dia benar benar-benar tidak tahu sama sekali dendam apa yang mereka simpan untuk dia dan papanya.
" Papamu sudah mengakibatkan suamiku meninggal, dan membuat anak berumur sepuluh tahun menjadi yatim. Di tengah himpitan ekonomi yang buruk, aku berjuang membesarkan anakku sendiri, sedang kalian bersenang-senang diatas penderitaan orang lain,'' jawab Diana dengan kasar.
" Tidak, papaku tidak mungkin membunuh orang, dia sangat baik bahkan suka menolong orang lain, dulu papa juga pernah menolong keluarga dari orang yang menabraknya, bahkan papa juga membiayai sekolah anak mereka." Fani tidak percaya kalau papanya tega menghabisi nyawa orang lain, ternyata keluarga yang di bantu ayah Fani itu adalah Bu Diana sendiri, bukan orang lain.
Deg, dada Diana bergetar mendengar kata-kata Fani, tapi Diana masih tidak Terima saja kalau suaminya meninggal secepat itu.
" Ah tidak usah banyak cingcong, bangun dan siapkan makan malam! " Diana menarik tangan Dani dengan kasar hingga dia terjatuh di bawah kakinya.
" Augh sakit, Ma.'' Fani meringis kesakitan.
" Ma, Fani tidak bisa memasak ma, Tolong ajari Fani!" Kata Fani dengan jujur. Selama ini dia memang belum pernah memasak, semua di lakukan oleh asisten rumah tangga, terutama memasak, jadi Fani kaget mendengar kalau mertuanya menyuruh dia memasak.
" Perempuan macam apa kamu ini? Memasak saja tidak bisa, apa suamimu harus kelaparan dulu baru bisa memasak?" Diana membentak Menantunya, dia sangat geram saat tahu kalau menantunya tidak bisa memasak, tapi dia tidak peduli, tujuan utamanya hanya satu, membuat Fani menderita.
Diana mengangkat tubuh polos Fira supaya berdiri, dia lalu memakaikan daster lusuh tersebut dengan kasar pada Fani. "Dasar tidak tahu malu, lihat dari tadi di suruh memakai baju malah diam saja, memang sudah kecantikan apa?"
Diana kemudian menarik tangan Fani keluar kamarnya, Fani hanya bisa pasrah dan mengikuti langkah kaki mertuanya, dangan langkah terseok-seok, dan air mata masih terus membasahi pipinya yang bengkak tersebut.
Mereka sampai di dapur, lalu Diana mendorong tubuh Fani di dapur minimalis rumah itu."Cepat buatkan ayam kuning dan sambal terasi! Ryan sangat suka sambel, ayam kuningnya jangan di bumbu pedas, di buat opor saja,"ucap Diana.
Dia bahkan request makanan untuk menu makan malam hari ini. Meski hanya menu sederhana, tapi kalau tidak bisa memasak bagaimana lagi, yang namanya bawang saja dia tidak tahu.
" Tapi, Ma." Fani berusaha mengelak, tapi segera di hardik oleh Diana.
" Tidak ada tapi tapian, serta satu lagi, jangan panggil saya mama tapi nyonya ngerti!" Diana bahkan tidak mau di panggil mama oleh Fani.
Diana meninggalkan Fani sendirian di dapur.
" Ayam kuning, opor ayam, bumbunya apa?" Batin Fani. Fani tidak tahu sama sekali. Fani teringat ponselnya yang masih di ruang tamu.
Fani mengendap-endap kesana, kalau pintu tidak di kunci Fani akan kabur saja. Tapi ternyata Pintu di kunci dengan rapat, jadi Fani hanya mengambil ponsel dia saja.
Fani membuka aplikasi youtube, di sana dia mencari resep ayam bumbu kuning. Sebuah Vidio terpampang dengan jelas step bay step memasak menu tersebut.
Fani mulai menyalakan kompornya dan menjerit ketika api keluar dari kompor tersebut, Diana yang mendengarnya langsung ke dapur. " Kenapa teriak- teriak?" tanya Diana dengan kesal.
" Tidak nyonya, saya cuma kaget melihat api itu, ini menunya masih di siapkan, jawab Fani gemetar.
"Lebay, sama kompor saja takut bagaimana kau bisa memanjakan lidah suami kalau semua tidak bisa kau lakukan?" dengus Diana, lalu di pergi dari dapur tersebut, membiarkan Fani belajar sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 49 Episodes
Comments
LENY
DUH ANAK DAN MAK SAMA2 IBLIS DURJANA. MALANGNYA NASIB KAMU FANI😭😭
2024-06-25
0
Ilham Risa
aku mampir lagi mak, dasar mak Lampir bermulut racun😡
2023-08-24
2
New Oppo Medan
kejam y mertua
lanjut Thor
2023-07-14
1