Tangis

...****************...

Dalam waktu satu jam, Shei dan Arthur sudah sampai di rumah keluarga Shei dulu.

Saat ini Arthur sedang tidur bersebalahan dengan sang Oma. Sudah sejak tiga jam yang lalu, Shei dan Arthur sampai, jadi anak yang sudah lelah itu sekarang sudah tertidur.

Shei menatap sang ibu dan juga Arthur yang tidur lelap. Sulit dikatakan, mustahil untuk mengatakan yang sebenarnya soal Haren kepada sang ibu.

Sang ibu sudah menderita dengan penyakit yang baru saja ia ketahui bersarang di tubuhnya, Shei tidak mau menambah beban pikiran sang ibu atas masalahnya dan Haren. Bisa-bisa nantinya itu semakin memperburuk kondisi sang ibu, karna itu Shei memutuskan untuk tidak menceritakan nya, baik pada sang ibu maupun sang ayah.

Shei merasa, untuk saat ini biar dia simpan sendiri saja, sampai saat ini dia masih bisa menahannya kok.

Lebih tidak mungkin lagi bagi Shei untuk menceritakannya pada Arthur, dia hanya anak kecil berusia enam tahun, Shei tidak ingin melibatkan Arthur dalam masalahnya.

"Eh?!" Shei terkesiap seketika dari lamunannya, saat dia merasa ada seseorang yang menepuk pundaknya pelan. Tapi setelah tau siapa yang menepuknya, Shei kembali tenang, ah bahkan lebih tenang dari sebelumnya, sentuhan sederhana itu menenangkannya, tampak hanya sentuhan biasa, tapi efeknya luar biasa nyaman.

"Kenapa bengong aja? Kenapa ngga ikut tidur?" Tanya pria yang sudah berusia cukup lanjut itu, beliau adalah Pak Gal--Ayah Sheila.

Melihat putrinya yang sering melamun sejak tadi, melahirkan rasa khawatir tersendiri di hati Pak Gal. Dia sudah memperhatikan Shei sejak awal datang, putrinya yang ceria itu, hari ini mendadak murung.

Benar adanya bahwa Shei sekarang sudah dewasa, ia sudah menjadi istri seseorang dan ibu seseorang, tapi dia juga tetap anaknya Pak Gal kan? Wajar saja kalau Pak Gal mengkhawatirkannya, terlepas dari anaknya sudah dewasa atau belum. Dia tetap hanya seorang ayah yang mengkhawatirkan putri tercintanya.

"Ngga ada apa-apa Pa, mungkin cuma cape doang." Jawab Shei sebisanya, cukup sang ayah khawatir akan kesehatan sang ibu, jangan ditambah beban pikiran dengan mengkhawatirkan kebahagian Shei. Karna menurutnya, Shei sudah dewasa dan bisa melewati masalahnya sendiri saja.

"Gitu ya? Tumben datang kesini berdua aja? Haren mana? Kerja?"

Ah, sial. Pertanyaan yang paling Shei takutkan hari ini datang juga. Bukan karna apa, hanya saja Shei tidak pernah berbohong pada orangtuanya. Haruskah hari ini dia menjadi anak yang berdosa dan berbohong pada sang ayah demi menutupi badai yang menghantam rumah tangganya?

Haruskah dia berbohong pada sang pencari nafkah sejak dia kecil, demi Haren suaminya yang kini bercumbu dengan kekasihnya?

"Iya Pa, Mas Haren sibuk kerja."

Benar. Pada akhirnya Shei berbohong pada sang ayah untuk pertama kalinya. Terlepas dari dia bersalah atau tidak, hatinya memintanya untuk berbohong dan menutupi kejadian di rumah dari orangtuanya.

Shei merasa harus berbohong demi menjaga kesehatan sang ibu, dan mental sang anak.

Apakah Shei salah?

Maaf Pa, Shei bohong kali ini ajaa.

Shei merasa sangat berdosa kali ini, hatinya merasa tidak tenang. Tapi mau bagaimana lagi, kan?

"Oh gitu, tumben, biasanya sesibuknya dia, dia pasti datang bareng kamu."

Ah, itu benar, sesibuk apapun Haren dulu, atau sebanyak apapun pekerjaannya, jika Shei ingin mengunjungi keluarganya, Haren pasti akan ikut, setidaknya untuk mengantar mereka dan meminum satu gelas kopi.

Tapi sekarang mendadak Haren tidak ikut, wajar bukan jika sang papa menaruh curiga?

"Iya sibuknya beda. Pa--"

Ucapan Shei langsung berhenti, saat dia bisa merasakan tubuhnya di peluk oleh sang ayah, pelukan hangat sang ayah mampu meluluhkan hati Shei kembali.

Shei menumpahkan air mata yang sejak pagi ia tahan, ia tumpahkan semua di dalam pelukan sang ayah, benar, Pak Gal benar-benar orang yang bertanggung jawab, dia adalah cinta pertama Shei.

Hening

Tidak ada suara apa-apa, hanya ada suara tangisan Shei yang pecah. Shei menangis semakin menjadi-jadi saat tangan sang ayah mengusap Shei perlahan, tangan lembut itu menenangkan kepala wanita itu yang sebelumnya berat.

"Kalau berat, kamu ga perlu cerita sayang. Kamu udah dewasa, kamu udah berumah tangga, pasti di dalam rumah tangga kamu ada pasang-surutnya juga, ada masalah jugaa, dan papa paham kalau kamu gak mau cerita masalah antara kamu dan Haren, karna itu masalah suami istri, papa paham kok. Pernikahan itu juga pasti ada cobaannya." Nasihat sang ayah dengan suara pelan yang lembut, tangannya tak berhenti mengusap rambut sang putri.

"Papa paham jikalau kamu enggan cerita masalah rumah tangga kalian, karna kalian sudah sama-sama dewasa."

"Yang papa ingin kamu tau, papa dan mama selalu ada untuk kamu, kami tetap menjadi rumah kamu, kamu nggak perlu menetap, hanya singgah untuk sekedar menangis dan berteriak juga boleh, berhenti sebentar disini untuk mendapatkan pelukan hangat juga sangat boleh, makanyaa jangan ditahan, kalau mau nangis ayo nangis, kalau sulit cerita, jangan cerita." Nasihat sang papa lagi, diiringi suara tangis Shei yang sudah sesenggukan.

......................

"Kalau gitu Shei sama Arthur pulang dulu ya, Pa, Ma. Jaga kesehatan, jangan lupa obatnya diminum."

"Arthur pulang ya, Oma, Opa, dadaah, nanti kapan-kapan Arthur main lagi kesini sama papa jugaa."

Shei dan Arthur berpamitan bersamaan, mencium kedua tangan orang tuanya. Sambil tersenyum mereka melepas kepergian Shei dan Arthur kembali, meskipun kalimat terakhir Arthur membekas di hati Shei, kapan dia bisa mengajak Haren untuk datang kesini?

Shei masuk ke dalam mobilnya dengan sang putra, keduanya melesat menghilang dibawa laju mobil yang Shei kendarai.

Pada akhirnya Shei tidak menceritakan apapun kepada sang ayah, dia hanya menangis tanpa penjelasan apa-apa. Sang ayah juga tidak memaksa Shei untuk memberi penjelasan.

"Arthur kenyang Ma, enak banget masakan Oma. Haa, udah lama juga gak ketemu Papa, Arthur kangen."

Lagi.

Celetukan Arthur yang baru saja sukses kembali membuat kepala Shei berdenyut sebentar, setelah dia puas menangis tadi. Dia jadi tersadar akan kenyataan, bahwa menangis sejadi-jadinya memang sedikit meringankan beban dihatinya, tapi itu tidak menyelesaikan masalahnya. Pada akhirnya , Haren tetap akan memilih Kayna.

Satu hal yang Shei harapkan saat ini, semoga Kayna dan Ayren sudah pergi dari rumah mereka. Sungguh Shei tidak akan memaafkan Haren, jika sampai terjadi sesuatu pada Arthur. Shei tidak mau Arthur menjadi salah satu korban anak dengan mental yang kacau dimasa kecil, karna keegoisan Haren.

Demi apapun, semoga Kayna sudah pergi.

"Kenapa mama diam aja?"

"Ngga sayang, mama fokus ke jalan sebentar, kamu tau jalan sore gini lagi rame, kan?"

Terpopuler

Comments

Elizabeth Zulfa

Elizabeth Zulfa

tp spertinya harapanmu tentang Arthur bakalan gak sesuai harapan shei... krna Arthur tetap akan merasa klo kasih sayang papanya gak sprti biasanya dan lambat lain pun dia bakal tau klo papanya sprti itu..tp semoga aja mental Arthur bakalan baik2 aja dengan guncangan zg trjadi didepannya nanti...

2023-07-29

0

lihat semua
Episodes
1 Masa lalu yang datang kembali
2 Dia yang terpilih
3 Aku Masih mencintainya, Shei
4 Keluarga Cemara Mereka
5 Tangis
6 Papa dimana?
7 Kayna
8 Tanda tangani itu, Shei!
9 Keluar kamu dari sini!
10 Dia mengetahuinya?
11 Siapa yang paling tersakiti disini?
12 Omelan Avi
13 Khawatir pada Arthur
14 Upaya Mediasi
15 Arthur
16 Keluarga Cemara lainnya?
17 Satu hari bersama dengan Papa!
18 Mau pulang ke rumah Mama
19 Akhirnya pulang!
20 Bertemu kembali
21 Sebuah keluarga, mau?
22 Menemui Oma Cici!
23 Pulang bareng calon mama!
24 Rasanya punya mama?
25 Obrolan Shei dan Kayna
26 Hari yang berjalan mulus?
27 Tamu tidak di undang
28 Status Baru
29 Itu mantan suami kamu ya?
30 Rencana Kayna
31 Hari Senin
32 Alergi kacang?
33 Dokter Lozan!
34 Ada yang tersenyum bahagia
35 Targetnya itu Arthur
36 Sebuah surat undangan
37 Khal kembali membawa satu nama baru!
38 Hari Pernikahan
39 Mimpi buruk malam pertama
40 Malam yang panjang
41 Berita mengejutkan!
42 Hari Pemakaman
43 Tamu yang tidak diharapkan
44 Yang marah, dia kalah!
45 Kamu bahagia kan Nak? Jika kami bersatu kembali?
46 Minggu pagi yang cerah! Harusnya?
47 Obrolan serius mantan suami-istri
48 Sedikit kisah masa lalu
49 Kita masih bisa menjadi keluarga, kan?
50 Permintaan rujuk?
51 Semakin dekat
52 Apa menurut mu, aku tidak mencintainya?
53 Apakah itu lucu?
54 Sebuah siasat gila
55 Perasaan Arthur
Episodes

Updated 55 Episodes

1
Masa lalu yang datang kembali
2
Dia yang terpilih
3
Aku Masih mencintainya, Shei
4
Keluarga Cemara Mereka
5
Tangis
6
Papa dimana?
7
Kayna
8
Tanda tangani itu, Shei!
9
Keluar kamu dari sini!
10
Dia mengetahuinya?
11
Siapa yang paling tersakiti disini?
12
Omelan Avi
13
Khawatir pada Arthur
14
Upaya Mediasi
15
Arthur
16
Keluarga Cemara lainnya?
17
Satu hari bersama dengan Papa!
18
Mau pulang ke rumah Mama
19
Akhirnya pulang!
20
Bertemu kembali
21
Sebuah keluarga, mau?
22
Menemui Oma Cici!
23
Pulang bareng calon mama!
24
Rasanya punya mama?
25
Obrolan Shei dan Kayna
26
Hari yang berjalan mulus?
27
Tamu tidak di undang
28
Status Baru
29
Itu mantan suami kamu ya?
30
Rencana Kayna
31
Hari Senin
32
Alergi kacang?
33
Dokter Lozan!
34
Ada yang tersenyum bahagia
35
Targetnya itu Arthur
36
Sebuah surat undangan
37
Khal kembali membawa satu nama baru!
38
Hari Pernikahan
39
Mimpi buruk malam pertama
40
Malam yang panjang
41
Berita mengejutkan!
42
Hari Pemakaman
43
Tamu yang tidak diharapkan
44
Yang marah, dia kalah!
45
Kamu bahagia kan Nak? Jika kami bersatu kembali?
46
Minggu pagi yang cerah! Harusnya?
47
Obrolan serius mantan suami-istri
48
Sedikit kisah masa lalu
49
Kita masih bisa menjadi keluarga, kan?
50
Permintaan rujuk?
51
Semakin dekat
52
Apa menurut mu, aku tidak mencintainya?
53
Apakah itu lucu?
54
Sebuah siasat gila
55
Perasaan Arthur

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!