................
Kayna dan putrinya duduk di ruang tamu, dengan disuguhi banyak makanan dan buah.
Sementara di tempatnya, Shei mencoba tenang, meski hatinya getir. Dia mulai bertanya-tanya bagaimana respon suaminya kalau dia melihat ini?
Bagaimana suaminya menanggapinya? Soal kekasih dan anak yang datang kembali.
Belum lagi dirinya dan Kayna yang kini menjadi pusat perhatian para pembantu di sudut rumah. Ada enam pembantu di rumah ini termasuk tukang kebun, empat diantaranya adalah orang-orang yang Shei pilih yang masuk ke rumah ini semenjak menikah, dan yang dua lagi adalah asisten rumah tangga yang memang sudah ada disini sejak lama, bahkan sudah ada di rumah ini sejak Haren dan Kayna masih berpacaran.
Tentu, dua Art itu juga pasti kaget melihat kedatangan Kayna kesini dengan putrinya, apalagi setelah rumor ia meninggal.
Ayrena?
Ia tampak duduk memakan makanan yang Shei sajikan, dia tampak baik, sejak tadi dia hanya diam dan menunduk, seperti gadis polos yang tidak tau apa-apa.
"Mbak ini siapa?" Tanya Kayna membuka pembicaraan. "Mbak ini asistennya Mas Haren ya?" Tambahnya lagi sebelum Shei menjawab pertanyaan pertama.
Shei menggeleng lembut dengan wajah yang tenang. "Saya ini istrinya Mas Haren, sudah tujuh tahun menikah, dan Alhamdulillah sudah dikaruniai satu orang anak laki-laki berumur enam tahun. Mas Haren baru aja pergi buat nganterin anak kami sekolah." Jelas Shei dengan senyuman yang percaya diri, tidak ada yang tau dia sedang menyembunyikan hatinya yang getir.
"Ya Ampun! Astaga maafin aku Mbak! Aku ga tau kalau Mas Haren udah punya keluarga! Aku bener-bener gak tau! Aku pikir Mas Haren masih sendiri aja, soalnya dulu pas masih pacaran Mas Haren cinta banget sama aku! Makanya aku gak tau kalau dia bisa nikah setelah aku pergi!" Kayna tampak kaget, dia langsung turun dari kursinya dan berlutut meminta maaf pada Shei. Dia menangis sejadi-jadinya hingga sesegukan memohon di bawah kaki Shei.
"Oh, tunggu dulu, ayo duduk dulu kita omongin semua ini baik-baik." Shei membantu Kayna bangkit berdiri dengan senyuman yang tak pudar dari wajahnya.
Kayna sudah kembali duduk di tempatnya, di sebelah Ayrana putrinya.
"Tenangin diri dulu Mba, Tarik nafas yang panjang." Kata Shei mencoba menenangkan, meskipun perih hatinya mendengar kata cinta dari suaminya untuk perempuan lain.
"Mbak aku bener-bener minta maaf!!"
Astaga! Lagi? Lagi-lagi Kayna berlutut di hadapan Shei, padahal Shei meminta untuk berbicara baik-baik dengan posisi tubuh tegak yang sejajar.
"Ka--Kayn?!"
Suara berat pria itu mengalihkan perhatian Shei. Shei melihat, dari tak jauh dari mereka sudah berdiri sang suami dengan keadaan mematung, sepenuhnya menatap perempuan yang kini berlutut di hadapan Shei.
Ah ...?
Detik itu juga tampaknya Shei patah hati berat, tatapan suaminya? Tatapan dalam yang tak pernah Shei rasakan, tatapan yang tak pernah ia perlihatkan, tatapan dengan rasa kerinduan yang amat sangat dalam. Shei tidak pernah mendapatkan tatapan seperti itu dari Haren. Tapi tatapan itu sepenuhnya tertuju hanya pada Kayna seorang.
"Ren?" Suara Kayna lembut, dia juga melihat ke arah Haren, tatapan yang seolah-olah penuh cinta membara diantara mereka, tatapan penuh kerinduan yang tak tersampaikan.
"Kayn?!" Haren langsung berlari dengan begitu cepat, sialnya saat Haren berlari menuju Kayna itu, dia lewat tepat di depan mata Shei, dan menyebalkannya tanpa sengaja Haren menyenggol kaki Shei, membuat kaki perempuan itu terkena sudut meja yang sedikit lancip.
She berharap Haren akan memperhatikannya, langsung melihat lukanya, melakukan apapun agar luka itu bisa segera sembuh, entah meniupnya atau mengelusnya lalu di perban seperti biasanya ketika tanpa sengaja Shei terkena pisau dapur, itu adalah hal yang selalu Haren lakukan ketika Shei terluka.
Tapi sayangnya, itu hanya harapan Shei, karna saat itu yang ada di pikiran Haren hanya Kayna dan Kayna, fokus dan perhatian Haren hanya untuk perempuan itu. Shei bisa melihat, mata Haren yang berfokus pada perempuan itu, bahkan tidak sedikitpun melirik ke arah lain, apalagi untuk mempertanyakan keadaan dirinya.
Haren memeluk Kayna, tepat di depan Shei yang sedang terluka. Kini bukan hanya lututnya yang sakit, hatinya juga ikut menjerit.
...wah, sesuai dengan ekspektasi ternyata sesakit ini....
Shei terdiam di tempatnya, dadanya sesak, denyut nadinya terasa perih.
"Itu beneran kamu sayang?! Kayn!! Aku ga mimpi kan? Kayna? Kayna ini beneran kamu?!" Lagi, Haren tampak mengucek matanya, dia menatap Kayna dalam, sembari beberapa kali kembali memeluknya erat dengan beberapa kali pula menggemakan kata sayang.
Shei diam.
Benar, Shei hanya bisa diam memperhatikan tingkah kedua orang itu, badannya kaku.
Dia adalah korban, mungkin? Shei merasa dia adalah orang ketiga diantara sepasang kekasih yang mencintai sehidup dan mati, ah tunggu, atau jangan-jangan Shei memang orang ketiga? Karna Shei adalah pihak yang mencintai dan bukan yang dicintai.
Keberadaan Shei benar-benar seperti angin lalu untuk Haren dan Kayna saat ini, sepasang kekasih itu sibuk beradu rindu di depan mata Shei. Ingin berteriak menyela pun rasanya Shei sudah kehilangan tenaga.
"Ren ... Aku rindu kamu, aku bener-bener takut! Aku rindu kamu! Aku mau kamu Ren!" Suara Kayna lirih dan sendu, dengan tubuh mungilnya yang sedikit gemetar, ia masuk ke dalam pelukan hangat Ren. Pelukan hangat yang pernah hilang darinya, yang kini ia temukan kembali.
Haren mana mungkin menolaknya.
*Cup!
Dan sialnya itu terjadi begitu saja.
Suasana hening, haru biru yang menggebu, cinta lama yang datang kembali, perasaan rindu yang selama ini Haren tahan, dia sangat mencintai Kayna, pun sangat merindukannya, merindukan pelukannya, suaranya, wajahnya, sentuhannya, dan ciuman hangat dari kekasihnya itu.
Dan Haren baru saja mendapatkannya, merasakan kembali ciuman hangat dari Kayna, perempuan yang sangat dia cintai melebihi cintanya pada diri sendiri.
Drrttt
Seketika dering telpon Shei berbunyi, suara nyaring itu berhasil membuyarkan suasana haru penuh cinta yang sudah Haren dan Kayna bangun sejak tadi.
Haren tersentak halus, dia sepertinya baru sadar sekarang, sepertinya logika dan kewarasannya sudah kembali ke tempatnya setelah mendengar bunyi itu. Dia langsung sadar bahwa di tempat itu juga berdiri Sheila, istri sahnya yang cantik.
"Shei, ak--"
Sheila tidak mengatakan apa-apa, dia langsung pergi dengan mengangkat teleponnya. Setengah mati ia tahan rasa perih yang ada, di depan matanya sendiri suami yang sudah ia nikahi tujuh tahun bercumbu kembali dengan sang mantan kekasih, saling berucap rindu seperti tak kenal malu.
"Shei, mama di diagnosa terkena kanker, umur mama gak lama lagi." Satu kalimat yang ia dengar barusan dari telpon, mampu benar-benar meruntuhkan dunianya detik itu juga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Elizabeth Zulfa
gak bs bayangin jadi Sheila... pasti hancur lebur bngt htinya... udah dicuekin suaminya ditambah dpet kbar kurang enak dri nyokapnya didiaknosis sakit kanker...
2023-07-29
0
sumirah mirah
nyesek 😭😭😭😭😭😭
2023-07-27
0
Sartini Dimitri Mah
mau Komen juga bingung Karena perasaanku yang baca juga campur aduk kayak shei
2023-07-14
1