"Sreek!"
Andro menyalakan korek apinya dan mulai menyulut rokoknya. Perlahan-lahan ia menghisap rokoknya itu dan menghembuskan asapnya ke langit malam yang terlihat sangat cerah. Dengan tangannya, Andro menghapus keringat di keningnya.
"Hash!" Andro mengerang pelan karena merasakan perih di bibirnya yang terluka setelah ia berkelahi dengan gerombolan genk motor.
Tiba-tiba seseorang berdiri di hadapan Andro. Andro mengangkat kepalanya dan menatap orang itu yang ternyata adalah seorang wanita. Wanita itu mengulurkan tangan kanannya yang menggenggam sebotol air mineral ke arah Andro. Andro tidak mengerti apa maksud wanita itu menyodorkan air mineral itu padanya.
"Ini, ambilah!" ucap wanita itu lembut. Sejenak Andro hanya terdiam sambil memandangi botol air mineral itu.
"Minumlah!" ucap wanita itu lagi. Andro meraih botol air mineral itu sambil mengalihkan pandangan ke wajah wanita yang memberikannya. Perlahan sebuah senyuman lembut merekah di bibir wanita bertubuh kurus itu. Sesaat Andro terpaku melihat senyuman yang terlihat berbeda di matanya, entah mengapa senyuman itu terlihat sangat manis bagi Andro, tapi sedetik kemudian Andro tersadar dan segera mengalihkan pandangannya.
Andro meneguk air yang ada di dalam botol itu perlahan-lahan, ia memang sedang merasa haus sehingga dalam sekejap air dalam botol itu habis diteguknya.
"JULIA!!" Tiba-tiba saja seseorang berteriak ke arah Andro dan wanita yang memberikan air mineral itu.
"Ya!!" Wanita yang berdiri di hadapan Andro menyahut panggilan itu. Ternyata Julia adalah namanya.
"Sedang apa kau di situ? Cepat kemari!" seru wanita paruh baya yang berteriak tadi.
"Aku pergi dulu, ya!" pamit Julia pada Andro. Andro tidak merespon ucapan wanita berambut lurus itu, ia hanya memandanginya.
"Ah iya!" Julia menghentikan langkahnya sebelum ia berjarak lebih jauh lagi dari Andro. Ia berbalik ke arah Andro berada.
"Rokok itu tidak baik untuk kesehatanmu!" ucapnya tiba-tiba. Andro tersentak.
"Sebaiknya kamu berhenti merokok!" lanjutnya. Wanita itu kembali memberikan senyuman manisnya untuk Andro, dan lagi-lagi senyuman itu berhasil membuat Andro terpaku. Julia membalikan badannya dan berlalu dari hadapan Andro. Andro terus memperhatikan Julia, wanita itu sempat berbincang sejenak dengan wanita paruh baya yang memanggilnya tadi, lalu tak lama kemudian mereka masuk ke dalam restoran.
"Cih! Ceria sekali dia, hidupnya pasti sangat bahagia!" gumam Andro pelan.
...
"And, rokok!" tawar Tian sambil menyodorkan sekotak rokok kehadapan Andro. Tanpa berpikir panjang, Andro segera menyambar kotak rokok itu, lalu mengeluarkan sebatang rokok dari dalamnya dan membakar ujung rokok itu. Andro memandangi rokok yang berada di tangan kanannya itu, ia seperti menyadari kalau ia melupakan sebuah pesan tentang rokok. Andro berusaha mengingatnya tapi sampai beberapa menit ia tetap tidak berhasil mengingatnya, akhirnya ia memutuskan untuk menghisap perlahan rokoknya itu.
"Uhuk! Uhuk!" Entah apa yang terjadi, tiba-tiba saja Andro terbatuk karena menelan asap rokok yang dihisapnya itu.
"Hei!" tegur Tian yang terkejut dengan suara batuk Andro.
"Kenapa lo, And?" tanya Dexter. Andro yang masih terbatuk-batuk hanya bisa menjawab pertanyaan Dexter itu dengan menggelengkan kepalanya. Dexter menyodorkan sebotol air mineral ke hadapan Andro, tanpa basa basi lagi Andro langsung menyambar botol air minum itu dan meneguk air di dalamnya perlahan-lahan. Tiba-tiba ia teringat sesuatu, bayangan tentang wanita yang memberikannya air mineral beberapa hari yang lalu muncul di benaknya.
"Sebaiknya kamu berhenti merokok! Rokok itu tidak baik untuk kesehatanmu!" Pesan dari wanita berambut lurus bernama Julia itu kembali menggema di telinganya.
"Sial!" umpat Andro pelan. Andro mematikan rokoknya lalu melemparnya ke dalam kotak sampah.
"Kenapa And? Lo berhenti merokok?" tanya Tian yang sedari tadi memperhatikan sikap pimpinan genk motornya itu. Andro hanya menggeleng pelan.
Tian mengeluarkan beberapa bungkus rokok yang masih baru dan tersegel, ia memberikannya kepada Dexter dan beberapa anggota genk motor lainnya. Andro terkejut melihat hal itu.
"Dari mana lo dapat rokok sebanyak itu?" tanyanya penasaran.
"Pemilik toko kelontong di ujung jalan sana memberikannya secara cuma-cuma." jawab Tian. Andro menatap curiga.
"Gue ga minta, orang tua itu yang memberikannya!" terang Tian. Andro memukul kepala Tian dengan tangannya.
"Sudah gue bilang jangan mencuri dari orang yang untuk bertahan hidup saja susah!" seru Andro, ia terlihat kesal.
"Kalau lo mau mencuri, curilah dari orang yang menjalankan usahanya dengan jahat!" tambahnya. Andro segera menyalakan motornya lalu melaju dengan kencang.
Andro menghentikan laju motornya tepat di depan toko kelontong yang diceritakan Tian tadi.
"Permisi!" sapanya ketika berada di hadapan wanita tua yang berada di dalam toko kelontong itu.
"Ya?" sahut wanita berumur sekitar 60 tahunan itu. Ia terlihat sedikit takut ketika melihat Andro menghampirinya.
"Ada apa, nak?" tanya wanita yang sepertinya dialah pemilik warung itu.
"Maaf ibu, saya mau bertanya." ucap Andro pelan.
"Apa temen-teman saya mengambil rokok di sini?" tanyanya. Wanita tua itu terdiam sejenak, ia terlihat seperti sedang mengingat-ingat.
"Saya tidak tahu yang mana temanmu, nak!" ucap wanita itu akhirnya.
"Emm.. Apa tadi ada yang meminta rokok di sini tanpa membayarnya?" Andro memperjelas pertanyaannya.
"Aah! Ada banyak yang mengambil rokok di sini tanpa membayarnya, nak!" ungkap wanita tua itu. Andro terdiam sejenak, matanya memandangi kedua mata wanita tua yang berdiri di hadapannya itu.
"Berapa totalnya, saya akan membayar semuanya, bu!" ucap Andro. Wanita berambut putih itu terkejut mendengar ucapan Andro.
"Hitung saja semuanya, bu! Saya akan membayarkannya!" lanjut Andro.
"Hari ini mungkin sekitar 8 bungkus yang sudah diambil tanpa di bayar." ucap wanita pemilik toko kelontong itu. Andro merogoh saku celananya dan mengeluarkan dompetnya, lalu dari dalam dompet ia mengeluarkan 10 lembar uang seratus ribuan. Andro menyerahkannya kepada wanita tua itu, wanita tua itu terkejut.
"Ini terlalu banyak, nak!" serunya.
"Simpan saja bu, siapa tahu mereka akan mengambil rokok tanpa membayar lagi." ucap Andro. Wanita tua itu menatap Andro dengan seksama.
"Saya minta sebungkus lagi, bu!" pinta Andro. Wanita tua itu memberikan sebungkus rokok kepada Andro. Dengan cepat Andro membuka bungkus rokok itu dan mengeluarkan sebatang rokok, membakar ujungnya, lalu menghisapnya perlahan-lahan, kali ini Andro benar-benar menikmati rokoknya.
"JULIA! JULIA!!" Tiba-tiba saja pemilik toko kelontong itu berteriak memanggil nama seseorang yang tidak asing di telinga Andro. Andro menoleh ke arah orang yang dituju oleh pemilik toko kelontong itu. Andro tersentak, ternyata 'Julia' yang dipanggil oleh wanita tua itu adalah 'Julia' yang dikenalnya.
"JULIA! SINI NAK!" panggil wanita tua itu lagi. Wanita berambut lurus yang sebelumnya berada di sebrang toko kini berlari menghampiri toko kelontong itu dan berdiri tepat di hadapan pemilik toko, di samping Andro. Andro menundukkan kepalanya agar wanita bernama Julia itu tidak mengenalinya.
"Obat pesananmu sudah datang, nak!" ucap pemilik toko kelontong.
"Oh ya?! Cepat juga ya bu!" sahut Julia, ia terlihat senang mendengar kabar itu.
"Bukankah itu obat untuk luka bakar?" tanya wanita tua itu sambil menyodorkan sebuah kotak berisi obat krim untuk luka bakar. Julia menganggukkan kepalanya.
"Kamu terluka lagi?" tanya wanita tua itu lagi. Julia tertawa kecil. Andro memperhatikan interaksi di antara keduanya, Julia memang tertawa, tapi wanita tua pemilik toko kelontong itu menampakkan ekspresi wajah serius. Andro bingung.
"Kakakmu datang lagi?" tanya wanita tua itu. Lagi-lagi sambil tersenyum Julia menganggukkan kepalanya.
"Tinggallah di sini, nak! Kami akan melindungimu!" pinta pemilik toko kelontong itu. Masih sambil tersenyum Julia menggelengkan kepalanya. Andro merasa ada yang aneh dengan Julia.
"Di mana pun aku tinggal, dia akan selalu bisa menemukanku, bu!" ucap Julia dengan suara yang sangat lembut.
"Kalau dia menemukanku, dia akan membuat kekacauan di sini." lanjutnya. Suaranya memang terdengar sangat lembut, tapi suaranya itu bergetar seperti sedang menahan tangis. Julia tersenyum lembut pada pemilik toko kelontong itu.
"Ibu tenang saja, kalau aku belum melarikan diri lagi, itu berarti aku masih bisa menghadapinya!" ucap Julia dengan nada bercanda. Lagi-lagi Julia tersenyum, tapi kali ini senyuman itu terlihat menyedihkan bagi Andro.
...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments