UNBREAKABLE RIDE

UNBREAKABLE RIDE

PROLOG

"Julia!"

Seketika debaran jantung Julia menjadi sangat cepat dan kuat mendengar namanya dipanggil oleh seseorang.

"Julia!" Suara berat yang memanggil namanya itu terdengar lebih dekat. Julia beranjak dari kursi dan bersembunyi di bawah ranjangnya.

"Julia, di mana kamu nak?" tanya orang itu, suaranya terdengar semakin dekat. Julia menahan nafasnya.

"Sreeett!" Tiba-tiba tirai yang menjadi pintu untuk kamar Julia itu terbuka, seorang pria paruh baya masuk ke dalam kamar Julia dengan langkah gontainya.

"Putri kesayangan bapak ada di mana?" tanya pria tua berumur 50 tahunan itu. Julia menutupi mulutnya dengan kedua tangan, di dalam hatinya ia berharap pria itu tidak menemukannya.

"Putri bapak sedang belajar?" tanya pria itu lagi sambil membolak-balik buku pelajaran milik Julia yang sedang Julia pelajari sebelumnya.

"Kamu tidak perlu belajar terlalu keras, Julia!" ucap pria itu.

"Bapak akan berikan semua yang kamu mau!" lanjutnya. Air mata Julia mulai menggenang di pelupuk matanya.

"Kamu cukup jadi putri bapak yang baik dan melayani bapak seperti mendiang ibumu melayani bapak dulu!" tambah pria itu. Tangis Julia nyaris pecah, dadanya pun terasa sangat sesak akibat debaran jantungnya yang semakin kuat.

"Sreeettt!!"

Tiba-tiba ada yang menangkap kedua kaki Julia dan menarik tubuhnya hingga keluar dari bawah ranjangnya.

"Tidak, pak! Julia tidak mau!" jerit Julia. Tangis yang sedari tadi ditahannya akhirnya pecah. Julia menangis dengan keras sambil meronta-ronta untuk melepaskan dirinya dari pria tua yang merupakan ayah tirinya, yang bernama pak Iwan.

Pak Iwan menahan tubuh Julia yang terus meronta dengan tubuh kekarnya, ia memposisikan tubuhnya itu di atas tubuh Julia.

"Sudah, pak! Julia tidak mau melakukannya!" rengek Julia di sela-sela tangisnya. Bukannya melepaskan putri tirinya itu, pak Iwan justru tersenyum senang melihat putrinya yang meronta-ronta dalam dekapannya, ia mendekatkan mulutnya dengan telinga Julia.

"Semakin kamu meronta, bapak semakin bergairah, nak!" ucap pak Iwan dengan suara berbisik. Ucapannya itu berhasil membuat seluruh tubuh Julia lemas dan merasa sangat ketakutan. Air mata Julia semakin deras mengalir.

Pak Iwan menjadikan putri dari mendiang istri keduanya itu sebagai pelampiasan nafsu bejatnya. Ini bukan pertama kalinya, ia sudah melakukan pelecehan seksual kepada Julia beberapa kali sejak ibu kandung Julia meninggal, hingga membuat Julia trauma dan sangat ketakutan kepadanya.

"Sedikit lagi, nak!" ucap pak Iwan dengan suara mendesah. Mata Julia berkeliling menyusuri setiap sudut ruang kecil yang menjadi kamarnya selama ini, lalu matanya tertuju pada suatu benda yang berada di salah satu sudut kamarnya. Julia memanfaatkan momen ayah tirinya yang hampir mencapai klimaksnya itu untuk menggeser tubuhnya sedikit demi sedikit hingga akhirnya tangannya mampu meraih benda itu.

"Kamu mau apa, Julia? Aah! Bapak akan memberikannya aah! untukmu!" ucap pak Iwan di sela-sela perlakuan jahatnya pada Julia. Julia menarik nafasnya lalu menghembuskannya perlahan.

"Julia hanya mau terbebas dari bapak dan kak Denis!" tegas Julia.

"PRAAANG!!" Julia memukulkan botol kaca bekas tempat minuman beralkohol milik pak Iwan ke kepala ayah tirinya itu dengan sangat keras hingga botol itupun pecah menjadi beberapa bagian. Seketika darah mengucur deras dari kepala pria berumur 50 tahunan itu.

"Ka.. kamu!" Pak Iwan terlihat sangat marah, ia hendak memukul Julia, tapi kepalanya terasa sangat sakit bahkan sakitnya hingga membuat ia tidak sanggup berdiri.

Julia mendorong tubuh besar ayah tirinya itu dengan sekuat tenaga, ia merapikan kembali pakaian yang dikenakannya yang sebelumnya dilucuti oleh pak Iwan. Dengan cepat Julia mengemasi beberapa barangnya lalu keluar dari kamar. Julia membasuh wajah dan tangannya yang kotor karena darah yang mengucur dari kepala pak Iwan, setelah bersih, Julia segera pergi sebelum ayah tirinya itu berhasil bangkit atau kakak tiri yang sama bejatnya dengan pak Iwan itu kembali ke rumah.

...

Andro berjalan cepat masuk ke ruang kerja ayahnya, ia terlihat sangat terburu-buru, dan begitu ia masuk ke dalam ruang kerja mewah itu, ia tercengang dengan apa yang sedang berlangsung di dalamnya.

"Hei putra kebanggaanku , kemarilah!" panggil tuan Agustian, ayah kandung Andro.

"Apa yang kalian lakukan di sini?" tanya Andro. Ia tidak menyangka kalau kedua orang tuanya serta kakaknya terlihat sedang merayakan sesuatu yang tidak sewajarnya bagi Andro.

"Sini sayang, bergabunglah bersama kami!" ajak nyonya Miranda, ibu kandung Andro. Andro masih terdiam di tempatnya.

"Apa yang sedang kalian rayakan?" tanya Andro lagi. Ia bukan tidak mengerti apa yang sedang dirayakan oleh keluarganya itu, tapi pertanyaan itu hanyalah ungkapan kalau seharusnya keluarganya tidak bertindak seperti itu.

"Apa kamu tidak bahagia dengan keberhasilan papa mencapai puncak jabatan?" tanya Arya, kakak kandung Andro. Andro menatap tajam ke arah Arya.

"Sedikit demi sedikit kita akan menjadi pemimpin untuk perusahaan terbesar di negeri ini!" seru Arya bangga.

"Kalian bangga dengan semua hal itu?" ucap Andro balik bertanya. Pertanyaan Andro itu membuat keluarganya terdiam terpaku.

"Kalian sedang berbuat kejahatan atas keluarga kalian sendiri!" tegur Andro.

"Kak Kovu dan kedua orang tuanya itu keluarga kita juga, selama ini mereka selalu memperlakukan kita dengan sangat baik, tapi begini balasan kalian?!" protes Andro.

"Kak Kovu sekarang sedang dalam keadaan koma dan kedua orang tuanya baru saja meninggal, tapi kalian malah sibuk mencuri aset miliknya sedikit demi sedikit!" tambahnya.

"Tidak ada kata 'keluarga' dalam sebuah bisnis, anak kecil!" ledek Arya. Arya menghela nafasnya dengan kasar. Andro kembali menatap kakaknya itu dengan tatapan tajam.

"Kamu tenanglah dulu, sayang!" ucap nyonya Miranda menenangkan putra bungsunya yang terlihat mulai terbawa emosi. Nyonya Miranda mengusap dada Andro dengan lembut.

"Kami tidak mengambil semua ini secara paksa, sayang!" ungkap nyonya Miranda.

"Istri dari Kovu sendiri yang menyerahkanya kepada kami! Kamu lihat di meja itu, ada surat pemindahan aset yang ditandatangani langsung oleh istri Kovu sendiri!" terangnya. Andro tersentak.

"Kak Kovu sudah menikah?" tanyanya kaget. Nyonya Miranda menganggukkan kepalanya.

"Kapan dia menikah?" tanya Andro penasaran.

"Apa kekasihnya sudah kembali dari perjalanan dinasnya?" lanjutnya. Nyonya Miranda menggelengkan kepalanya.

"Minggu lalu mama menikahkan Kovu dengan wanita yang sebenarnya dia cintai!" ungkap nyonya Miranda. Sekali lagi, Andro terkejut mendengar ucapan nyonya Miranda itu. Ia menangkap firasat buruk dari ucapan ibu kandungnya itu.

Tuan Agustian berjalan perlahan menghampiri putranya yang paling cerdas, ia merangkulnya.

"Papa akan menjalankan perusahaan ini dengan baik dan kamu yang akan papa jadikan penerus papa!" ucap tuan Agustian dengan suara berbisik.

"Papa sudah menyekolahkanmu setinggi-tingginya, bahkan sampai ke luar negeri untuk mempersiapkan semuanya ini!" ungkap tuan Agustian. Andro menatap kedua mata ayah kandungnya itu dengan seksama.

"Papa sangat berharap padamu, Andro!" ucap tuan Agustian. Andro menghela nafasnya perlahan.

"Aku tidak menyangka kalau kehidupan yang kujalani harus seperti ini." ucapnya pelan. Seluruh mata tertuju pada Andro.

"Kalau seandainya aku tahu dari awal, aku tidak akan mau melakukan ini semua!" ungkap Andro.

"Aku tidak akan belajar dengan giat dan menjadi lulusan terbaik!" tambahnya.

"Andro!" tegur nyonya Miranda. Andro memandangi wajah ibunya itu sejenak.

"Sejujurnya, aku juga tidak begitu menyukai bisnis. Aku lulus dengan nilai terbaik hanya untuk membuat kalian bangga." ungkap Andro. Andro menarik nafasnya dalam-dalam dan menghembuskannya dengan cepat.

"Baiklah!" ucapnya.

"Sepertinya aku memang tidak cocok bekerja di dunia bisnis!" lanjut Andro.

"Andro!" Kali ini tuan Agustian yang menegur Andro, ia terlihat tidak setuju dengan pernyataan putra bungsunya itu.

"Maafkan aku, tapi sepertinya aku memang bukan bagian dari kalian!" ucap Andro.

"Aku akan segera menyerahkan surat pengunduran diri!" lanjutnya.

"Apa-apaan kamu, Andro?!" seru tuan Agustian marah.

"Saya permisi dulu!" pamit Andro. Andro membalikkan tubuhnya dan hendak meninggalkan ruangan itu, tapi tiba-tiba tuan Agustian berseru:

"Kalau kamu keluar dari perusahaan ini, kamu bukan lagi keluarga kami!" Semua yang berada dalam ruangan itu terkejut mendengar ucapan tuan Agustian.

"Kalau kamu bukan keluarga kami lagi, kamu tidak berhak tinggal di rumah kami!" tambahnya.

"Papa!" tegur nyonya Miranda. Andro membalikkan tubuhnya menghadap tuan Agustian, sejenak ia hanya memandangi ayah kandungnya itu dari kejauhan, tapi perlahan sebuah senyuman getir mengembang di bibirnya.

"Baiklah! Aku akan mengemasi barang-barangku dengan cepat!" ucapnya.

"Saya permisi dahulu!" pamit Andro sambil membungkukkan badannya lalu keluar dari ruangan itu.

...

Terpopuler

Comments

noname

noname

kesel banget sma bapaknya

2023-07-22

2

noname

noname

dih jjkkkkk banget punya bapak begini.

2023-07-22

1

Kam1la

Kam1la

like kak...

2023-07-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!