Semenjak kejadian 6 tahun lalu, Shiren berusaha menjadi gadis yang baik. Keputusan untuk memakai hijab sangat didukung sepenuhnya oleh orang tua Shiren. Shiren melanjutkan pendidikan hingga lulus sarjana. Lantas ia bekerja di perusahaan ayahnya di bagian pemasaran.
Suatu ketika dalam perjalanan pulang Shiren melihat 3 gadis kecil yang merengek lapar dan haus. Shiren menghentikan mobilnya lalu turun. Kebetulan tadi ia baru saja belanja aneka roti sebagai stok cemilan di rumah. Shiren memberikan semuanya pada ketiga anak tersebut.
"Di mana orang tua kalian dan mengapa kalian berada di pinggir jalan?" Shiren mengamati penampilan ketiga bocah itu sangat lusuh dan compang - camping.
"Orang tua kami meninggal akibat terkena letusan gunung Kelud." ujar salah satu dari mereka bertiga.
Shiren tersentuh lalu melajukan mobilnya. Shiren tidak langsung membawa mereka pulang ke rumah, melainkan menuju rumah CINTA. Sebuah bangunan lama yang memberikan kenangan di setiap sisi ruangan akan sahabatnya Dinda. Dulu itu rumah Dinda, kedua orang tuanya meninggalkan rumah setelah Dinda meninggal dunia dan tidak tahu keberadaannya sekarang.
"Ini rumah siapa Kak?" tanya Mila.
"Ini adalah rumah CINTA, dan sekarang rumah ini menjadi milik kalian."
"Hore, kita punya rumah sekarang!" seru Reva dengan begitu senangnya.
"Terimakasih Kak Shiren, Kakak seperti malaikat penolong bagi kami." ujar Mia sambil memeluk Shiren, Mila dan Reva ikut memeluk juga.
...****************...
Aldo memasuki kamarnya yang terlihat sudah rapi semenjak dua hari lalu ia tinggalkan dalam keadaan berantakan.
Sudah pasti mamanya, Siska yang membuatnya seperti itu. Di rumah yang luas itu, hanya Siska yang terlihat begitu perduli terhadap diri Aldo.
Aldo menepis rasa perih di sudut bibirnya. Ketika berjalan melewati cermin, Aldo berhenti lalu menatap pantulan dirinya di depan cermin.
"Lantas, aku anak siapa? Dimana orang tua kandungku? Mengapa mereka begitu keji meninggalkan aku di rumah bak neraka ini?" Buliran air mata menetes membasahi pipi.
Sejak kecil, Aldo tak pernah mendapatkan kasih sayang yang adil dari Robi. Robi selalu membanggakan Rendy di depan Aldo.
Ketukan suara pintu membuat Aldo menyeka buliran air matanya. Kepalanya menoleh ke arah pintu. "Masuk, tidak dikunci!"
Siska dari balik kamar Aldo mendorong pintu hingga terbuka lebar. Masuk sambil membawa nampan. "Aldo, kamu pasti belum makan kan, ini mama bawakan sarapan nasi goreng kesukaanmu!" Siska meletakkan nampan di atas meja, senyumnya terukir di wajahnya yang cantik.
"Mengapa Mama perduli terhadapku, sementara aku tak pernah berguna di keluarga ini?"
Siska tak langsung menjawab. Ia mendekati Aldo sambil tersenyum kecil. "Kenapa kamu bertanya demikian?" Siska balik bertanya.
"Karena, aku ...." Aldo tergugu, tidak mungkin ia mengatakan jika ia sudah tahu kebenaran tentang adopsi anak itu.
"Aldo, kamu kan anak mama, sudah sepatutnya mama bersikap demikian pada seorang anak."
Aldo tak menjawab. Setelah memberikan sarapan Siska keluar kamar.
Aldo menatap nasi goreng yang begitu menggiurkan itu. Ditariknya kursi yang berada di dekatnya ia berdiri lalu segera melahap sarapannya.
"Ini enak!" seru Aldo dan terlintas di benaknya untuk belajar membuat nasi goreng sendiri.
Keadaan rumah begitu sepi, hanya ada Aldo dan Siska.
Siska sedang membaca buku resep makanan. Ia sangat hobi memasak.
Aldo mendekati Siska yang berada di teras depan.
"Mama sedang sibuk nggak?" tanya Aldo kikuk.
"Tidak," sahut Siska namun tatapannya tetap pada buku resep yang sedang ia baca.
"Aku ingin belajar membuat nasi goreng, Ma, tolong ajari aku!" ucap Aldo pada akhirnya setelah terdiam sekian menit lamanya.
Siska seperti salah dengar, tidak wajar jika Aldo berkata dengan lembut sekali dan ada embel - embel kata tolong di akhir kalimatnya.
Perkataan Aldo berhasil membuat Siska menoleh ke arah nya, "Coba kamu ulangi tadi kamu bicara apa, Aldo?"Siska yakin salah dengar tadi, jadi ia meminta Aldo mengulangi kalimatnya.
Aldo sudah payah merangkai kata tadi, ia menarik nafasnya panjang sebelum membuangnya perlahan. "Aku ingin belajar membuat nasi goreng," Aldo menjeda kalimatnya namun Siska tetap mendengar dengan baik setiap kata yang terlontar dari mulut Aldo.
"Tolong ajari aku, Ma!"
Siska tersenyum lebar hingga terlihat deretan giginya. Sontak Siska menutup buku favoritnya lalu memeluk Aldo. "Ayo kita pergi ke dapur!" ajaknya kemudian seraya menarik tangan Aldo.
Siska tak bertanya perihal sikap Aldo yang berubah mendadak lembut seperti tadi. Siska sangat senang dan langsung mengajari Aldo membuat nasi goreng.
...****************...
Dua hari berikutnya, Aldo mendapatkan uang jajan dari Siska dan berniat membelanjakan uang tersebut untuk anak - anak di rumah CINTA. Aldo membeli beberapa mainan yang disukai anak perempuan dan satu mainan untuk Bimo, robot - robotan.
Pagi ini Aldo berniat ingin bermain ke rumah CINTA, satu yang menjadi alasan dia pergi ke sana, tentu saja bertemu Shiren!
Aldo bangun lebih pagi ketimbang seisi rumah. Lantas ia menuju dapur dan membuat nasi goreng yang sudah ia pelajari dua hari yang lalu. Membungkusnya dengan kertas minyak menjadi 8 bagian.
Sebelum orang - orang mencemooh dirinya, Aldo segera pergi mengendarai motor kesayangannya menuju rumah CINTA.
Di tengah perjalanan ia hampir saja berpapasan dengan Seno, Kaka dan Farel kalau saja Aldo tak mematikan mesin motornya dan bersembunyi di balik tanaman pagar. Mereka bertiga adalah teman geng motornya di kelompok LION.
Jika saja mereka sampai bertemu Aldo, rencananya untuk bertemu sang bidadari hati pasti gagal. Dan dipastikan Aldo akan diajak balapan liar malam nanti.
Setelah ketiga teman Aldo menjauh, Aldo segera melajukan motornya.
Rumah CINTA tak cukup jauh, hanya ditempuh dalam waktu setengah jam perjalanan.
"Assalamualaikum!" sapa Aldo begitu sampai di muka pintu.
Shiren dan anak - anak sedang menyiapkan sarapan menoleh bersamaan ke arah sumber suara dan menjawab salam.
Detik berikutnya suara riuh teriakan anak - anak memanggil nama Aldo.
"Kak Aldo datang!" mereka berenam menyambut Aldo.
Shiren tersenyum, entah mengapa semenjak pertemuan pertamanya dengan Aldo, Shiren sering senyum - senyum sendiri.
"Kak Aldo bawa sesuatu nih untuk kalian,"
"Apa Kak?"Bimo sangat antusias sekali melihat bungkusan yang sepertinya makanan itu.
Dan benar saja, Aldo mengeluarkan bungkusan nasi goreng yang ia buat dengan tangannya sendiri.
"Hore, makanan!" seru Bimo yang disambut riuh teriakan bahagia dari yang lain.
"Ada hadiah lagi untuk kalian," Aldo menunjukkan keresek lain pada anak - anak.
"Apa lagi Kak Aldo?" Risma juga merasa penasaran.
Aldo membuka isi keresek besar itu dan membagikan pada anak - anak.
"Semuanya mendapatkan mainan, apakah aku hanya satu - satunya yang tidak mendapatkan mainan?" Bimo berubah muram.
Shiren datang dan mengusap bahu Bimo. "Nanti kamu bisa bermain bergantian bersama yang lain," hibur Shiren.
Aldo sengaja menjahili dan suka sekali membuat kejutan. Ia menunjukkan bungkus yang lain.
"Dan satu lagi untuk anak yang paling tampan di sini,"
Bimo tercengang, "Satu anak yang paling tampan? Siapa dia, pasti aku!" Bimo menerima hadiah pemberian Aldo.
"Hore, mainan baru!" seru Bimo dan membaur bersama yang lain yang sedang bermain.
"Kamu tak perlu repot - repot melakukan ini semua," tegur Shiren. "Apa ini kamu membeli dengan uang kamu sendiri?"
Aldo pikir Shiren akan tersentuh dengan caranya tapi ia malah mendapatkan protes dari Shiren.
"Eum, ia, kebetulan ada rejeki sedikit."
Shiren menghargai niat baik Aldo, tapi jika Shiren tahu Aldo membelanjakan uang hasil pemberian orang tuanya pasti Shiren kecewa.
"Anak - anak, bilang apa ke kak Aldo?" Shiren menghentikan mereka yang sedang asyik bermain.
"Terimakasih Kak Aldo!" ujar mereka kompak.
"Iya, sama - sama. Eum, sebaiknya mainannya kalian simpan dulu. Kak Aldo lapar, bagaimana kalau kita sarapan dulu. Kak Aldo buat nasi goreng loh,"
Shiren tercengang tak percaya jika seorang pria pandai memasak. "Kamu bisa masak?" Shiren bertanya demikian adalah hal yang sangat membuat Aldo bahagia bisa menyita perhatian Shiren.
Aldo mengangguk malu, "Ia, tapi masih belajar.
Shiren memberitahu yang lain agar mencuci tangan dulu sebelum makan.
"Bagaimana rasanya?" tanya Aldo saat semua mencicipi masakannya.
"Enak Kak!" seru semua.
Setelah makan, Shiren beranjak berdiri ingin membuat kopi untuk Aldo.
Shiren membawa nampan, tiba - tiba saja kakinya mendadak terkilir dan tumpah mengenai baju Aldo.
"Maaf, aku tidak sengaja!"
"Panas!" Aldo berjingkat karena terkena tumpahan kopi panas di lengan bajunya.
Shiren sontak menarik tisu di dekatnya dan mengusap lengan Aldo.
Desiran menyelimuti keduanya.
"Maaf!" Shiren melepas tangannya.
"Aku akan mencari baju yang lain."
Aldo melepas kaosnya, terlihat otot - otot tubuhnya yang kekar.
Shiren menutup matanya begitu datang membawa baju ganti.
Aldo sengaja memamerkan tubuhnya.
"Cepat pakai bajumu!" Shiren menyerah kan dan bergegas berbalik arah dengan muka bersemu merah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 54 Episodes
Comments