Jovan mempercepat langkah kakinya masuk ke dalam mobil. Saat ini dia harus memastikan Bella tidak kembali melakukan hal hal gila yang mengancam keselamatan jiwanya.
Kemana perginya gadis itu.. Batin Jovan cemas.
Mobil Jovan melaju dengan kecepatan sedang menyusuri jalanan yang mungkin di lewati Bella saat berlari tadi.
Benar saja, dari kejauhan tampak Bella terus berlari seolah benar benar ingin menghindar dari dunia ini hingga, tampak langkah lari Bella mengarah ke sebuah taman kota.
Mobil Jovan terhenti di tepi jalan depan deretan kios kios penjaja makanan taman saat melihat Bella membelokkan langkah kakinya entah menuju kemana.
"Apa yang akan gadis itu lakukan di taman di jam segini ?" gumam Jovan pelan sambil melangkahkan kaki yang masih terpincang masuk ke dalam area taman mencari keberadaan Bella .
Saat ini hari semakin sore dan sebentar lagi matahari akan menuju pembaringannya.
Jovan benar benar khawatir, mental Bella sedang tidak baik baik saja dan sebagai dosen pembimbing salah satu mata kuliah yang Bella ikuti dirinya merasa wajib bertanggung jawab.
Jangan melakukan hal hal aneh Bella , please where are you..
Tampak dari kejauhan saat ini Bella tengah duduk di sebuah bangku taman yang menghadap langsung ke arah sungai besar yang mengalir membelah kota.
Bella melamun , ya. Pandangan Bella terasa kosong , dadanya sesak dan rasanya sangat ingin menangis meluapkan beban pikiran.
Netra Bella terus menatap arus sungai yang tampak tenang dan memantulkan sinar temaram senja yang indah.
Meski begitu cantik namun pasti menghanyutkan karena sungai yang membelah kota tersebut adalah salah satu sungai besar yang kedalaman nya bisa lebih dari lima meter.
"Air yang cantik.. So beautiful ."gumam Bella pelan dengan tatapan yang masih tampak kosong .
Angan Bella melambung membayangkan jika hidupnya bisa seperti air yang mengalir tanpa ragu seperti yang dia lihat saat ini pasti tidak akan ada rasa stress apalagi tertekan dia rasakan.
"Aku ingin seperti air, mengalir bebas tanpa beban.." lagi lagi Bella bergumam sendiri hingga tidak dia sadari jika Jovan sudah berdiri tepat di belakang bangku yang dia duduki.
"Jangan melakukan hal hal aneh lagi , Bella.." suara Jovan tiba tiba membuyarkan lamunan Bella .
Bella hendak beranjak kabur lagi tapi kali ini Jovan lebih cepat mencekal pergelangan Bella .
"Jangan kabur terus, apa kamu tidak capek heum ? Duduk lah mari kita bicara." ajak Jovan yang tanpa persetujuan langsung duduk di ruang kosong bangku taman tepat di samping Bella .
"Apa bapak tidak ada kerjaan lain selain ngejar saya terus pak ? Harusnya bapak biarin saya tertabrak tadi." ucap Bella dingin tanpa menatap Jovan yang duduk di samping nya.
"Lalu ? Iya kalau kamu langsung meninggal setelah tertabrak, kalau tidak bagaimana ? Bukankah kamu hanya akan menambah beban kedua orang tua kami heum ?" ucapan yang dilontarkan Jovan terdengar bijak dan tenang seolah memang Jovan ingin agar Bella tidak emosi lagi .
"Bella.."
"Pak Jovan.."
Suara keduanya bersamaan, saling melempar pandang lalu kembali hening.
Bella menghela nafasnya panjang hendak bicara namun,
Sebelum Bella mengucapkan hal hal aneh yang akan merepotkan dirinya sendiri terlebih dahulu Jovan mengutarakan kalimat nya.
"Bella, kamu harus bertanggung jawab. Saat ini tubuh saya terluka parah karena menolong kamu tadi, lihatlah ini sakit sekali bahkan tadi mengeluarkan banyak darah."Jovan menunjukkan pada Bella beberapa luka di bagian pergelangan tangan serta kaki.
Tidak lupa Jovan memasang tampang ekspresi kesakitan yang tentu saja sengaja di lebih lebihkan.
"Apaan ini cuma lecet pak , jangan mendramatisir deh !" Bella berdecak kesal usai mengamati bekas luka yang Jovan maksud .
Awshh~
Jovan meringis kesakitan saat Bella dengan sengaja menekan salah satu luka di pergelangan tangan.
"Ini beneran sakit dan kamu harus bertanggung jawab Bella, kamu harus mengobati luka di tubuh saya." ucap Jovan tanpa melepaskan satu tangan Bella yang sejak tadi dia cekal.
"Bapak bisa ke rumah sakit, di sana banyak tenaga medis yang lebih bisa menangani. Saya gak mau ah ."lagi lagi Bella menjawab ketus.
"Astaga Bella,kamu kejam sekali. Bagaimana jika orang tua kamu mendengar hal ini ? Putri kesayangan yang tega menyakiti dosennya sampai terluka parah dan tidak mau bertanggung jawab .Heumm, baiklah.." Jovan mengeluarkan sebuah ponsel dari saku celananya dan sontak saja Bella membelalak kaget .
"Ponsel saya !!!" Bella ingin merebut ponselnya dengan panik. Jangan sampai Dosennya itu benar benar menelpon sang ayah.
"Mau tanggung jawab apa tidak !?" ancaman Jovan terdengar kekanakan tapi sungguh dia sangat menikmati ekspresi panik Bella saat ini
.
"Bapak curang. Memanfaatkan kesempatan dalam kesempitan."Bella gagal merebut ponselnya lalu mendengus kesal dan tidak ada pilihan lain selain menuruti keinginan sang dosen.
Kemudian,
Jovan dan Bella berjalan beriringan menuju tempat dimana Jovan meninggalkan mobilnya.
Keduanya masuk ke dalam mobil, tentu saja kali ini Bella tidak akan lari meski tangannya tidak di cekal.
Ada ponsel berharga yang di tawan oleh Jovan sehingga Bella tidak bisa berbuat hal lain selain menurut.
Setelah keduanya masuk ke dalam mobil, Jovan melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang menuju ke sebuah tempat namun bukan Rumah Sakit.
"Loh, Rumah Sakit kota udah kelewatan pak !! " Bella bingung dan panik karena mobil justru mengarah ke tempat lain.
"Siapa bilang kita akan ke Rumah Sakit ?" Jovan tersenyum smirk tengil yang menurut Bella sangat menyebalkan.
Mobil Jovan masuk kedalam basemen parkir sebuah gedung apartemen mewah yang terletak di tengah kota New Jersey.
Setelah mesin mobil di matikan, tampak Bella ragu apakah keputusan nya mengikuti keinginan sang dosen adalah hal yang benar karena..
"Jangan berpikir hal yang tidak tidak nona, saya mau kamu mengobati di apartemen saya. Memangnya apa yang kamu pikirkan heum ? Gadis nakal." ucap Jovan santai sambil mencolek dagu Bella sekilas.
Bella menatap sang dosen yang terlebih dulu keluar dari mobil dan langsung berjalan kearah lift.
"Dasar dosen sialan !!" Bella menghentakkan kakinya kesal kemudian mengekor i sang dosen yang terlebih dulu masuk ke dalam sebuah lift.
Setelah Bella masuk ke dalam lift yang sama, Jovan menekan sebuah tombol pada sisi pintu lift yang kemudian membawa mereka naik ke lantai paling atas gedung apartemen.
Tingg..
Suara pintu lift terbuka, Jovan segera melangkah keluar diikuti oleh Bella yang kesulitan menelan ludahnya sendiri kala menatap sebuah ruangan super mewah yang tidak seperti apartemen melainkan rumah super mewah yang berada di puncak gedung .
"Bagaimana bisa mereka membangun rumah semewah ini.." gumam Bella pelan.
Kemewahan yang dimaksud Bella adalah penthouse milik Jovan yang memang sengaja di siapkan untuk di tinggali selama Jovan berada di kota Nex Jersey.
Jovan mempersilahkan Bella duduk di sebuah sofa panjang ruang tamu, sementara dirinya mengambil kotak P3K.
Ruangan mewah super bersih yang memiliki robot pintar yang bergerak kesana kemari menyedot debu dan kotoran di dalam ruangan.
Bella terus berdecak kagum, Kapan aku bisa memiliki tempat tinggal mewah seperti ini..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 45 Episodes
Comments
Erna Fadhilah
kalau kamu mau nikah sama jovan itu otomatis akan jadi milikmu juga bell
2023-09-30
2
☠ᵏᵋᶜᶟ❤️⃟Wᵃf 𝐊𝐢𝐤𝐲𝐀⃝🥀
saat kau menikah sama Jovan pastinya😌
2023-07-15
1