Haura datang pagi-pagi sekali. Hari ini ada ulangan biologi, jadi ia akan menghapal kembali di sekolah. Sebenarnya tadi malam Haura sudah belajar, tapi ia ingin mengulang kembali.
Sampai di depan pintu, Haura berhenti sejenak. Menimbang apakah ia harus masuk atau menunggu temannya yang lain datang.
Di dalam kelas ada Jio. Tak biasanya cowok itu datang sepagi ini. Lagi pula, kemarin cowok itu tampak seperti orang kesurupan.
"Ngapain berdiri di sini?"
Haura terkejut. Ia hampir mencium lantai kalau saja Jio tak cepat menangkapnya.
"A-awas." Haura buru-buru melepaskan tangan Jio yang melingkar di pinggangnya.
"Sejak kapan lo berdiri di situ?"
Jio menggedikkan bahunya, "sejak lo bengong di depan pintu mungkin?"
"Lo ... lo udah gak kesurupan lagi?" Tanya Haura ragu-ragu.
Jio tersenyum geli. Ia memberikan sorot humor. "Lo beneran ngira gue kerasukan setan?"
"Ya iyalah, abisnya lo serem gitu."
Cowok itu menghela napas. "Sampein makasih gue ke Tante Silvi, cookies nya enak kaya biasa." Jio melirik Haura, "soal semalem ... karena dia pulang."
Haura diam. Ia menatap punggung Jio yang masuk ke dalam kelas. Entah kenapa di mata Haura punggung yang terlihat kokoh itu sebenarnya rapuh.
Haura menyusulnya ke dalam. Ia duduk di belakang Jio.
"Hari ini ada ulangan biologi. Lo udah belajar?" Tanya Haura.
Cowok itu mengangguk.
"Mau ngulang materi sama gue?"
"Duduk sebelah gue sini."
"Oke."
Mereka pun belajar bersama. Sampai akhirnya Ela datang dan menghampiri mereka.
"Eh, pagi-pagi udah belajar aja. Rajin amat."
Haura tersenyum manis, "jangan bilang lo lupa kalo hari ini ada ulangan?"
Ela mengernyitkan dahi. "Lah, emang ada ya?"
"Sini kuping lo gue jewer. Hari ini ulangan biologi ogeb." Balas Haura geregetan.
Ela menepuk jidatnya, "astaga gue belum belajar sama sekali." Cewek itu pun buru-buru membuka tas dan belajar kilat.
* * *
Bel istirahat berbunyi, menandakan waktu ulangan mereka sudah habis.
"Kumpulkan semua lembar ke depan."
Setelah terkumpul, guru itu keluar. Jio dan Galen langsung pergi ke kantin. Sedangkan Haura masih mendengarkan celotehan Ela.
"Duh, nomor 3 sama nomor 5 bener gak ya? Gue lupa-lupa inget."
"Gue bahkan gak bisa nyontek saking killernya tuh guru."
Banyak lagi ocehan yang di ucapkan Ela. Tapi Haura hanya mendengarkannya dengan malas.
"Ra, ada yang nyariin lo di depan."
"Siapa, Din?"
"Si Sarah dari kelas sebelah."
"Oh, makasih ya." Setelah mengucapkan terima kasih, Haura langsung menghampiri Sarah, cewek pendek imut yang memakai kacamata.
"Nyari gue, Sar?" Tanya Haura dengan tersenyum manis.
Sarah gugup, ia tidak terbiasa berinteraksi dengan orang lain. Apalagi dia masuk sekolah ini karena beasiswa, membuat gadis itu merasa insecure dengan Haura.
"I-iya Haura."
"Ada apa?"
"Ini a-aku mau minta tolong kasih ke Jio, ya." Sarah menyerahkan kotak bekal, ia mengatakan dengan malu-malu.
Haura menerimanya. "Kenapa gak kasih sendiri aja?"
"Aku malu, kamu kan deket banget sama Jio. Tolong bantu aku, ya." Ucap Sarah sambil membenarkan kacamatanya.
"Oke."
Ini bukan pertama kali bagi Haura. Dari kelas sepuluh teman cewek Jio hanya Haura. Makanya banyak sekali cewek yang menitipkan hadiah untuk diberikan kepada Jio. Awalnya Haura fine-fine saja. Tapi karena semakin lama ia merasa repot, Haura pun menolak untuk dijadikan makcomblang.
"Kasih sendiri aja. Lo kalo berani suka sama Jio, artinya harus berani ngasih ini ke dia. Masa harus gue, sih."
Itulah yang akan dikatakan Haura ketika gadis-gadis itu meminta tolong kepadanya.
Untuk Sarah tadi, Haura menerimanya karena merasa kasihan. Gadis itu sering dirundung hanya karena bukan berasal dari keluarga berada. Sarah seringkali disuruh-suruh, dipermalukan, atau diperlakukan secara keji oleh orang-orang yang merasa dirinya lebih baik.
Haura bukan tipe yang akan mengurusi masalah orang lain. Jadi selama perundungan itu tak mengganggunya, maka ia akan diam saja.
Jio beruntung disukai banyak orang seperti ini, tapi Haura bingung kenapa cowok itu selalu menolak setiap gadis yang mengungkapkan perasaan padanya.
Sementara di lain tempat Jio sedang menghadang adik kelasnya.
"Lo kenapa sih, Bang? Dari tadi gue gak lo kasih lewat."
"Lo mau kemana?"
"Mau ke kelas lah." Ucap Firman, adik kelasnya.
"Boong aja lu, gue denger lo mau bawain makanan buat Haura kan?"
"Kagaklah."
"Jujur aja, Bro." Jio menepuk dadanya bangga. "Gue ini temennya Haura. Biar gue bantu proses pdkt lo."
Firman tampak sumringah, "serius lo, Bang?"
"Duarius malah."
"Tapi ada beberapa fakta yang harus lo tau." Ucap Jio.
"Fakta apa, Bang?"
"Lo tau kan gue tetangga cewek yang lo taksir?"
Firman mengangguk.
"Dia itu gak bisa masak."
"Gak pa-pa. Biar gue yang masakin Kak Haura." Jawab Firman.
"Dia itu kalo dibangunin susah, kebo anaknya."
"Gue gak bakal permasalahin itu."
"Lo tau, tuh anak kalo tidur suka ngiler."
Firman terdiam beberapa saat. Jio tersenyum kecil, dia yakin Firman akan menyerah sekarang.
"Gue gak masalah." Balas Firman.
'Anak ini kekeh juga,' batin Jio.
Jio berpikir beberapa saat. Sampai akhirnya sebuah ide terlintas di otaknya.
"Lo kalo makan bubur tim diaduk atau gak diaduk?"
"Kalo gue sih tim gak diaduk."
Jio menepuk tangan sekali. "Waduh kayanya kalian gak cocok. Haura itu tim bubur diaduk, beberapa kali gue liat dia makan bubur diaduk."
Firman menampilkan wajah tidak percaya, "serius lo? Gak mungkinlah Kak Haura tim bubur diaduk."
"Lo gak percaya sama gue?"
Firman kecewa. "Gak bisa ini, gue tim bubur gak diaduk garis keras. Kayanya bener yang lo bilang, Bang. Gue emang gak cocok sama Kak Haura." Cowok itu menunduk lesu. Ia pikir mereka memiliki kesamaan tentang bubur.
Jio menepuk pundak Firman, menyemangatinya. "Tenang, Bro. Masih banyak cewek yang makan bubur gak diaduk. Lo bisa cari cewek yang satu tim sama lo dalam dunia perbuburan."
"Yaudah, Bang. Gue cabut dulu."
"Yoi, Bro. Hati-hati lo jalannya, jangan karena putus cinta lo nekat makan bubur diaduk."
Jio tertawa. Hari ini sudah tiga kali ia menggagalkan rencana cowok yang berusaha pdkt kepada Haura.
Dari SMP banyak sekali cowok yang naksir kepada Haura. Tak dipungkiri, Haura memang cantik. Apalagi kepribadiannya yang apa adanya, banyak cowok yang merasa nyaman saat berbicara dengannya. Tapi Jio selalu menggagalkan usaha mereka.
Seringkali Haura mengeluh kenapa tidak ada cowok yang mau mendekatinya. Kalau ada pun tidak bertahan lama. Haura yakin ia tidak jelek, ia sudah melakukan perawatan terbaik. Tapi kenapa selalu susah mendapatkan pacar?
"Cowok-cowok yang mau deketin Haura belum ada yang sekeren gue. Hal-hal kecil gitu aja mereka gak bisa terima. Mereka bahkan belum liat Haura ngupil terus ditempelin di baju gue." Gumam Jio.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
Silvi Aulia
aduh ini nih ada Tante Silvi Thor 😍🤭
2023-07-29
2