Ch 5. Cemas

Sebalik dari kantor karena kegaduhan yang telah terjadi. Geando kembali ke kelasnya untuk mengakhiri pembelajaran. Dirinya berjalan dengan keadaan malu, karena kejadian yang telah terjadi. Banyak mahasiswa yang membicarakan tentangnya dengan cara berbisik. Bisikan tersebut selalu menggangu konsentrasi dan mobilitas Geando kerap ia berjalan.

"Lo tau dia ga sih!" bisik para mahasiswa yang sedang membicarakan tentang dirinya.

Langkah demi langkah telah Geando lewati dengan kesabaran. Dan dirinya juga harus bisa memposisikan diri, ketika ingin masuk ke dalam kelas. Dengan malu yang luar biasa, walaupun dirinya tidak merasa bersalah dipihak perkelahian yang terjadi.

"Duh jadi gak enak buat masuk ke kelas," batin Geando meletuk dan membeku disebelah pintu kelas.

Namun karena jam yang telah berbunyi sangat kencang. Dan ternyata para mahasiswa yang berada di kelasnya yang juga akan keluar. Dirinya pun bersembunyi di rerintihan tembok yang membelakangi kelas.

"Udah pulang!" panik Geando sambil menutupi segala rasa malu dengan bersembunyi.

Dirasa sudah selesai dengan pulangnya para mahasiswa yang berada di kelasnya. Geando mencoba untuk selangkah demi selangkah memajukan kakinya kearah depan dan terus kedepan.

BHA!

Dan ternyata, dirinya pun dikejutkan dengan kehadiran Andra yang berada di hadapannya. Alhasil segala barang bawaan dan kertas-kertas Andra berterbangan dimana-mana. Geando yang kaget pun mulai membantu Andra untuk membereskan dan ikut memungut barang bawaan maupun kertas yang berhamburan di lantai.

"Sorry banget gua gak lihat!" Geando memungut segala macam kertas yang terjatuh. "Lagian lu buat gue kaget! Sumpah."

"Iya gak kenapa-napa kok, lagian gue juga lagi mau cari lo tadi." Andra menoreh sambil berdiri karena barang bawaanya yang telah tertata kembali.

"Yaudah deh. Yok balik," ajak Geando.

"Yaudah ayo," balas Andra.

Mereka pun keluar dari kelas dan mulai keluar menuju pintu keluar. Namun tiba-tiba Geando merasakan hawa yang tidak enak dan perasaan yang kurang memadai.

"Do? Lo gak kenapa-napa kan?" Andra menepuk Geando yang sedang berjalan sambil melamun.

"Oh, gak kok gue gak kenapa-napa, gue balik dulu ya! Buru-buru soalnya," ujar Geando.

"Oh oke! Hati-hati lo," balas Andra.

"Yoi makasih, Ndra." Geando memasang helmnya. Dan menyalakan mesin pada motornya. Sambil melambaikan tangan kearah Andra.

Dengan rasa yang cukup tidak mengenakkan. Geando mencoba untuk mempercepat pergerakannya untuk sampai ke rumah. Dikarenakan, dirinya yang merasakan sesuatu yang kurang bahagia. Akan sesuatu yang terjadi perkelahian tadi pagi.

NGENG...

Motor digerakkan dengan cukup cepat. Dirinya mencoba untuk berpikir, bahwa sejujurnya Geando masih tidak terima akan ucapan dan tindakan Tio terhadapnya.

"CIH!" Geando meludah. Sambil menepiskan mulutnya dan menggarangkan matanya dengan tatapan tajam.

Sesampainya di rumah. Dirinya melihat semua dalam keadaan baik-baik saja. Geando mulai menyadari bahwa segalanya telah usai dan beres

"Walaupun semuanya udah beres, gue tetep gak merasa nyaman hari ini." Geando menggigit tangannya. Dengan segala sesuatu yang kurang diterima oleh dirinya.

Tak lama kemudian. Geando masuk kedalam rumah beserta motornya yang akan di parkirkan. Dirinya mencoba untuk menerima segala keadaan. Walaupun ia masih untuk membenci hari ini.

"Lagian kenapa sih, orang-orang pada liatin gue. Lagian dia dulu yang mulai." Geando mencibirkan mulutnya. Sambil menggaruk-garuk rambutnya.

ARGH...

Dirinya mencoba untuk tenang dengan cara berganti pakaian. Sambil menunggu kepulangan Renza, sang adik.

"Ganti baju dulu deh gue," batin Geando.

Setelah mengganti pakaiannya. Ia mencoba untuk membaca buku dan meminum secangkir teh buatannya. Dengan menyalakan pendingin ruangan, ia merasakan udara yang sejuk dan tenang sambil menyetel musik yang membuat dirinya jauh lebih baik.

"Mending gue baca buku aja deh, lagian itu juga buat gue tenang, apalagi ditemani dengan teh buatan gue," ujar Geando.

Ketenangan dan kenyamanan menyelimuti tubuhnya. Sampai-sampai ia merasakan udara yang sejuk dikala melihat pemandangan. Rasa dingin telah disingkirkan dengan kehangatan tubuhnya yang dilumuri dengan buih-buih kelembutan.

"Tenang banget." Geando menyilahkan tubuhnya. Sambil memandang kearah atap yang diterangi dengan lampu yang mewarnai kehidupannya.

Waktu demi waktu berlalu. Geando tertidur di ranjang yang empuk dan lembut. Dirinya yang telah merasakan kenyamanan dan juga ketenangan. Sampai lupa, bahwa jam hampir menunjukkan pukul 9 malam.

ASTAGA!

"Jam segini kenapa si Renza belum pulang! Kemana tuh anak." Geando terkejut. Sambil melebarkan matanya dan memandang kearah jarum jam yang telah lewat jam pulang Renza.

Mulailah rasa cemas berkobar-kobar. Geando mencoba untuk menghubungi nomor sang adik. Namun hasilnya adalah tidak ada jawaban dan nomornya yang tidak aktif.

"Centang satu! Anjing." Geando menghentakkan kakinya berulang kali. Dengan pikiran yang acak-acakkan.

Tak lama kemudian. Selang berapa lama, Geando yang telah binggung mencari solusi entah kemana. Dirinya mencoba untuk, tenang sambil mencari adik di sekolahnya.

TOK...TOK...TOK...

"Renza pulang," ujar Renza.

Tiba-tiba, Renza telah datang dan masuk ke dalam rumah. Geando yang telah bersiap-siap merasa terkejut, bahwa Renza telah datang di hadapannya.

RENZA!

"Lo buat jantung gue copot tau gak! Kalau mau apa-apa bilang, jangan lu matiin mulu tuh hp." Geando melemparkan helm. Sambil mengacak-acak rambutnya dengan dada yang menggebu-gebu.

"Ya maaf," ujar Renza.

"Kalau lo tau ya, Ren! Kakak ini selalu cemas kalau lo selalu pergi gak ada kabar, mana pulangnya malem lagi! Lain kali kalau ada apa-apa bilang." Geando menajamkan matanya. Dengan mulutnya yang menjelaskan akan kecemasan dirinya.

"Iya deh, Renza minta maaf. Renza masuk dulu yak, oh ya kakak kenapa luka?" tanya Renza.

"Gausah peduliin gue, mending masuk lo." Geando menajamkan matanya kearah Renza. Sambil membentangkan salah satu tangannya dengan jari telunjuknya menghadap kearah kamar.

Hari ini mungkin adalah hari yang sangat sial. Segala macam ancaman, tuduhan bahkan segala kemarahan jatuh pada diri Geando. Dirinya cukup terluka akan dunia yang jahat. Geando mencoba untuk meresapi segala cobaan yang timbul atas kekacauan.

"SIALAN!" Geando meneteskan air mata. Dan meluapkan segala amarah dengan cara memukul dinding berkali-kali.

Tak lupa ternyata dirinya memiliki rasa kecemasan yang lain. Dirinya baru menyadari, bahwa Geando masih penasaran akan apa yang dibicarakan oleh Tio  dan teman-temannya sebalik dari kantor.

"Bentar deh, dia ngomongin apa tentang gue! Anjing gue baru sadar." Geando melototkan matanya. Sambil terduduk diam diantara belenggu kecemasan.

Hal tersebut ia tidak sadari, dikarenakan ia menghiraukan bisikan tersebut sewaktu ia berjalan keluar dari kantor. Namun walau begitu, ia tetap mencoba untuk berfikir positif, agar segala macam amarah yang ada di dalam dirinya tidak bertabrakan dengan masalah baru.

"Oke tenang." Geando berjalan dan membuka jendela. Sambil menghirup oksigen dari luar.

"Kak? Kakak kenapa?" Renza mengisik-isik rambutnya dengan handuk. Sehabis membersihkan dirinya, pulang dari sekolah.

"Oh! Gak kok." Geando mengusap air matanya. Namun masih dalam jangkauan membelakangi Renza. Dan dengan nada bicara yang sangat cuek. "Udah makan belom? Kalau belom, masak aja tempe sama tahu yang ada aja di kulkas, soalnya kakak lagi cukup lelah."

"Oalah iya, nanti adek masakin juga buat kakak," ujar Renza kebinggungan.

Segala mecam cara untuk mencoba tenang telah Geando lakukan. Namun segala amarah, bahkan egoisme masih melawan rasa nyaman yang ada di tubuhnya.

Kini, ketenangan hanya ia sandarkan pada sofa lembut yang berada di ruang tamu. Sambil ditemani dengan foto keluarga yang selalu tersenyum menghadap kearahnya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!